13.

907 107 11
                                    

•••

First membaringkan tubuh Khao perlahan pada sofa. Pemilik kafe itu awalnya kesulitan membaringkan tubuh Khao karena ukuran sofa yang tak terlalu besar. Setelah itu First mengambil satu botol air mineral yang ia simpan di sana untuk keadaan darurat.

"Minum ini."

Khao menggeleng lemah. "Tidak terimakasih."

First tak ambil pusing, ia meletakan botol air mineral itu tak jauh dari jangkauan Khao. "Aku akan menghubungi kakakmu."

Pemilik kafe itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Baru saja ia akan mencari nomor salah satu kakak Khao, pergelangan tangannya dicekal oleh Khao. "Tolong jangan hubungi mereka, saat ini mereka sedang sibuk dan aku tidak ingin mengganggu mereka terus menerus."

Sejenak First menatap pergelangan tangannya. Tanpa sadar, senyum di wajahnya terlihat. Untung saja mata Khao terpejam, saat First tersenyum Khao tak dapat melihatnya.

Ponselnya ia masukan kembali ke dalam saku celananya. First berjongkok menyetarakan tubuhnya dengan Khao. Telapak tangannya sudah menyentuh kening Khao. "Apa kau membawa obat obatan di tas mu?" Tanya First.

Lagi lagi Khao menjawabnya hanya dengan gelengan kepala. "Maaf, Kak."

"Untuk apa?" Tanya First bingung.

"Aku telah merepotkanmu, aku akan kembali sebentar lagi." Khao mencoba untuk bangkit tapi First menahannya dan membiarkannya untuk tetap berbaring.

First menggeleng. "Tidak. Istirahatlah di sini sampai keadaanmu lumayan membaik." First mengambil selimut yang ia simpan pada kotak kayu yang cukup besar di ruangannya. Jika malam tiba, ia selalu kedinginan itu sebabnya ia menyimpan selimut.

"Tidurlah, aku akan mengambil tas mu, dan akan aku bangunkan nanti," kata First setelah menyelimuti tubuh Khao.

"Terimakasih banyak, Kak."

First hanya mengangguk. Dia keluar dari ruangan itu hanya untuk mengambil tas Khao dan kembali untuk menjaganya.

•••

Chimon dengan segera menoleh saat First menghampiri meja yang ia dan teman temannya tempati. "Khao baik baik saja, Kak?" Tanyanya khawatir.

"Dia sedang istirahat." First mengambil tas yang terletak di kursi kosong di meja itu. "Ini tas milik Khao?"

Chimon mengangguk. "Tolong beritahu Khao dia tidak perlu memikirkan tugas ini, lagipula ini salahku memaksanya untuk mengerjakan tugas hari ini."

"Tolong kabari kami jika terjadi sesuatu padanya," sahut Racha.

Love dan Chimon segera menoleh kearah Racha. Mereka tahu jika Khao menyukai Racha dan mungkin sebaliknya. "Kau khawatir dengan calon pacarmu?" Goda Love.

First dengan cepat menoleh mendengar kata 'Calon pacar' di keluarkan oleh salah satu teman Khao. Sementara Racha mencubit lengan Love cukup keras.

"Sakit!"

"Perth, tolong ambil alih kafe sementara aku menjaga Khao di dalam," titah First kemudian kembali ke ruangannya dengan membawa tas Khao.

Sebenarnya Perth masih nyaman berada diantara mereka lebih tepatnya bersama Chimon, tapi apa boleh buat jika kakaknya sudah memerintah.

"Maafkan aku tidak bisa membantu kalian banyak," kata Perth. "Datanglah lagi jika masih ada waktu."

Dengan berat hati mereka semua mengangguk. Jujur saja kehadiran Perth di sana sungguh membantu pekerjaan mereka.

•••

"Khao aku letakkan tas mu di si...," perkataannya terhenti saat ia melihat Khao yang sepertinya tengah tertidur. First menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku meninggalkanmu hanya sebentar dan kau sudah tertidur?"

MILKSHAKE |FKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang