•••
Khao merasa aneh pada dirinya sendiri setelah pulang dari kafe milik First beberapa hari lalu. Saat di rumah, dia melamun dan memikirkan hal tak penting yang seharusnya tak ia pikirkan. Ada apa dengannya hari ini?,ini aneh.
Kebetulan hari ini hari Sabtu, Khao mengambil radio yang tersimpan apik di dalam lemarinya, ini jadwal penyiar kesayangannya itu. Khao menekan tombol on-off yang berada pada radionya itu.
"Oh ayolah," Khao sedikit kesal, pasalnya ia sudah menyalakan tombol on tapi radio itu tak kunjung mengeluarkan suara. Biasnya ketika tombol on sudah di tekan, radio itu langsung menyala.
Khao mengetuk-ngetuk radio itu dengan hati-hati. "Mengapa kau harus mati sekarang? Aku tahu kau sudah tua, tapi bertahanlah sebentar lagi."
Sudah segala cara Khao coba, dari mulai mengetuknya cukup keras, menekan semua tombol yang ada di radio itu, menarik turunkan antenanya, bahkan ia berencana untuk membongkarnya. Tapi setelah di pikir-pikir itu bukan ide yang bagus, jika dia mencoba membongkar radio itu tanpa tau penyakitnya apa mungkin akan lebih rusak dari yang sekarang.
"Arghh," Khao membanting pelan radionya ke kasur.
Bright yang baru saja masuk ke dalam kamar Khao sedikit terkejut, dia di sambut oleh teriakan kesal adiknya. "Aku tidak tahu apa kesalahanku sampai kau meneriaki-ku seperti itu," Bright menutup pintu kamar Khao, ia meletakkan segelas susu hangat di meja belajar yang ada di kamar Khao.
Wajah kesal Khao bahkan bisa Bright lihat dengan sangat jelas. "Maafkan aku," Khao menunjuk Radionya yang tergeletak tak jauh darinya. "Aku bermusuhan dengannya!"
Melihat itu Bright tak kuasa menahan tawanya, ia tertawa terbahak-bahak dan membuat Khao menjadi lebih kesal. "Sekarang kau bisa mendengarkan lagu lewat ponsel, mengapa kau antik sekali mendengar lagu lewat radio seperti ini?"
Khao terdiam tak menjawab pertanyaan kakaknya itu. Ia tahu kakaknya sedang menggoda dirinya. Bright mencolek dagu Khao dan langsung di tepis oleh Khao, "Diam!"
"Aku bisa ajari kau cara mendengarkan lagu lewat ponsel."
Khao menghela napasnya. "Kak keluarlah dari kamarku sekarang!"
"Radio mu itu sudah rusak, paman membeli radio itu saat kau belum lahir dan itu pun dia membelinya bekas, jadi wajar saja mungkin sudah waktunya."
"Tapi...,"
"Tapi penyiar kesayanganmu sekarang sedang siaran, kan? Aku tahu. Baiklah, jika libur nanti aku akan mengajakmu ke toko elektronik dan membeli radio yang baru bagaimana?"
Khao menggeleng. "Tidak usah, aku tidak tertarik lagi dengan radio mulai sekarang," Khao mengambil susu yang Bright bawa tadi. "Lagi pula aku menjadi tidak waras karenanya."
"Tidak waras?"
Khao meneguk susunya kemudian mengangguk. "Aku tergila gila pada penyiar itu yang bahkan aku tidak tahu wajah dan nama aslinya, apa dia masih muda atau sudah tua, apa dia sudah memiliki pacar atau masih lajang, dan apa dia sepertiku atau tidak"
"Lalu mengapa kau menyukainya?"
"Aku pun tidak tahu, mendengar suaranya saja bisa membuatku jatuh cinta," Khao kembali menyimpan susu yang sudah setengah ia minum ke meja belajarnya.
Bright baru menyadari sesuatu, dia sudah berbincang dengan adiknya kurang lebih 15 menit, tapi ia baru menyadari nya.
"Tunggu," Bright memegang bahu Khao dan menatapnya. "Maksudmu dia seperti kau itu..? Dan bukan kah kau menyukai wanita? Aku baru sadar penyiar itu lelaki."
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKSHAKE |FK
Fanfiction"Berhenti menjadi bayangan dalam hidupku jika memang kau tak bisa menerimaku" "..." bxb gausah di jelasin lagi ygy