17.

927 111 7
                                    

•••

Akhir akhir ini setelah sering bertemu dengan First, Khao merasakan keanehan dalam dirinya sendiri. Dia kadang sadar, kadang juga tidak sadar dengan apa yang dia perbuat. Dia merasa ada sisi lain yang tersembunyi dalam dirinya, tapi entahlah itu apa.

Khao melamun sembari memandangi piring berisikan makanan buatan First. "Aneh," gumamnya.

Dari kejauhan sana, First terkekeh melihat Khao yang sedang melamun menatapi makanannya. Untuk First, jika Khao berbuat seperti tadi pun tidak masalah. Keuntungan lebih untuknya.

Jika ada kemauan, pasti disitu ada jalan. Itulah prinsip yang First terapkan saat ini. Soal perasaan tak bisa di tunda-tunda, ia harus segera mencari jalan untuk segera mendapatkan adik dari Gawin dan Bright ini.

Pemuda itu lantas berjalan mendekati Khao dan mengejutkannya. "Ada apa? Kau tak suka makanannya?" Tanya First, "Tidak enak?"

Dengan cepat Khao menggeleng, ia tak mau jika First salah mengartikan diamnya. "Aku bahkan belum mencobanya, bagaimana aku bisa menyimpulkan ini tidak enak?"

First duduk di kursi sebelah Khao. "Aku suapi bagaimana?"

Tidak lagi, Khao tidak ingin bertingkah aneh ketika First memperlakukannya seperti ini. "Aku bisa sendiri."

"Baiklah."

Sedikit demi sedikit Khao memasukan makanan yang First buat kedalam mulutnya. Dia masih bisa merasakan mual saat menelan makanan itu, wajar saja dia belum sepenuhnya pulih.

"Apa demammu mereda?" Tanpa permisi First sudah meletakkan telapak tangannya pada kening Khao. "Lumayan."

Entah ada apa dengan Khao saat ini. Ia terlalu gugup ketika dekat dengan First, tak biasanya ia seperti ini. Bahkan dirinya sampai tersedak karena kehilangan fokus ketika memandang First. Tapi lihatlah First, ia terus menggoda Khao dengan cara menertawakannya. Bukan ejekan, itu untuk memecah kecanggungan keduanya.

"Kak First pulanglah, sebentar lagi mungkin kedua kakakku sudah pulang."

First melirik jam yang menempel pada dinding. "Masih pukul satu, aku akan menemanimu sampai kedua kakakmu pulang."

"Maaf hari ini aku banyak merepotkan mu." Kepala Khao tertunduk, ia malu dengan beberapa kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu. Ingatannya seperti hilang dan kembali lagi dalam waktu singkat.

Tapi tunggu, lihatlah keadaannya sekarang. Dia sedikit membaik, wajahnya pun sedikit lebih segar dari yang tadi. Itu membuktikan jika pelukan yang First berikan tadi sangat berpengaruh. Ajaib.

"Diantara kedua kakakmu, mana yang paling kau sayang?" Tanya First tiba tiba. Keduanya sama sama diam, itu sebabnya First mengajukan pertanyaan.

"Setara. Aku menyayangi keduanya, mengapa?"

"Tidak, tapi yang aku lihat kau lebih condong pada Bright."

Khao mengangguk. "Mungkin karena kami sedarah?" Jawabnya. "Tapi meskipun begitu, aku tidak akan membedakan keduanya."

Pertanyaan apa lagi yang harus First ajukan. Jujur saja, mengobrol berdua seperti ini lebih nyaman rasanya. "Kau sudah memiliki pacar?"

"Belum," singkatnya. "Kau?"

"Kau tahu jawabannya bukan?"

Benar, mengapa Khao harus bertanya.

"Lupakan saja Kak Rey, akan aku bantu kau dekat dengan kakakku bagaimana?" Dengan cepat First menatap Khao. "Tidak sulit bagiku untuk mendekatkan kalian berdua. Keuntungan bagiku memiliki tiga orang Kakak."

MILKSHAKE |FKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang