244.

218 6 0
                                    

—244.

"Wanna lunch?"

Seorang wanita berambut panjang yang terurai sepunggung bertanya pada Nuga yang tengah membereskan ATK-nya. Satu persatu orang mulai meninggalkan ruang rapat, kini tinggal ia dan wanita serta dua orang lain yang tengah menunggu di depan pintu—mengawasi.

"Oh, anu ... jangan salah paham. Ini buat tanda terima kasih, karena kemarin udah bantuin aku kasih salam buat Pak Cakra," ujar wanita itu sembari tersenyum malu yang membuat teman-teman yang memerhatikannya ber-tos ria.

Sedang Nuga, entah apa yang dilakukan, tetapi lelaki itu terlihat cukup serius dengan ponsel yang ia pegang hingga wanita itu mengernyit dan berusaha kembali mengambil atensinya.

"Um hallo? Nuga? Ada hal yang perlu dibantu atau ...." Wanita itu melangkah lebih dekat dan memiringkan kepalanya untuk melihat Nuga. Akan tetapi, lelaki itu lekas menjauh dari sana dengan menenteng kembali laptop yang tadi sempat ia taruh.

"Nggak ada. Terima kasih." Akhirnya Nuga menjawab, mengindahkan ajakan pertama yang terlontar. "Saya permisi," lanjutnya seraya sedikit mengangkat ponsel yang menunjukkan seorang gadis tengah tersenyum manis sebagai lockscreen-nya.

Nuga berjalan keluar dari sana meninggalkan mereka yang terlihat sebal, tanpa pikir panjang. Toh, ia tidak salah di sini. Bantuan kemarin saja ia anggap sebagai amanat yang harus disampaikan, meski ia mendapat teguran dari atasannya itu karena meladeni perempuan lain.

Iya. Nuga bekerja dengan Cakra. Dan lelaki itu mengomelinya terlepas dari pekerjaan yang ia kerjakan.

Sudah bukan rahasia umum jika memasuki dunia kerja ada orang-orang seperti itu. Cakra yang notabenenya adalah atasan mereka saja kadang kala mendapat hal kurang mengenakkan.

Bisa saja tadi Nuga menjelaskan panjang lebar pada para wanita itu bagaimana ia sangat mencintai gadisnya, atau mengatakan jika ia sudah memiliki istri cantik dengan dua anak lucu nan imut di rumah, meski kalimat tersebut belum terwujud dan masih di-amin-kan.

Akan tetapi, hal terpenting sekarang adalah Arkeyna. Pasalnya, saat ia akan memberi kabar siang ini, pesan chat dari pagi tadi pun tak kunjung ada jawaban.

Tidak biasanya Arkeyna membiarkan pesan darinya. Saat marah pun, gadis itu akan mengirim pesan meski singkat.

"Keyna Sayang jangan buat khawatir, dong ... bales, ya, bales ...."

Nuga bergumam seraya mengigit bibir bawahnya, kebiasaan saat ia dilanda kekhawatiran. Kemudian, ia berniat untuk menelepon gadis itu. Namun, panggilan masuk lebih dulu datang sebelum ia menekan ikon telepon di sana.

Nama Michael tertera.

"Hal .... "

"Bales chat gue cepet!"

Sudah. Dua detiknya terbuang karena ketidaksabaran lelaki di seberang sana membuat Nuga mendengus kesal.

next chapter

Paper Rings | Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang