231. Happy Morning

353 10 2
                                    


—231. Happy Morning

Lalu lalang manusia yang memilih rehat dari olahraga paginya mulai memasuki kafetaria terbuka. Dari banyaknya makanan berat yang tersedia, Arkeyna meminta Nuga untuk membeli dua cup es krim untuk mengembalikan mood yang semula sempat hilang karena kelelahan.

"Makanan beratnya, nggak? Kamu baru sarapan sereal aja, lho, tadi. Makan, ya?"

Arkeyna menimang, tetapi keputusan jatuh pada gelengan kecil. "Nggak, ah. Nanti aja pulang dari sini masak dada ayam kukus kaya kemaren."

Nuga menyipitkan matanya, lalu menegakkan badan dengan sikap tangan menyilang. Sedang Arkeyna yang sadar hal itu balik menatap Nuga heran.

"Kenapa liatinnya gitu?" Curiga Nuga telah mengetahui apa yang ia tutupi, Arkeyna bertanya dengan sedikit gugup. "Aku serius bakalan makan, kok. Kan kamu juga mau nemenin aku nanti." Sejurus kemudian ia memasang wajah murung dengan mencebikkan bibirnya.

Lain dengan niat awal Nuga yang akan bertanya tentang menu makannya. Ia memilih untuk diam. Baiklah, gadis itu menang.

"Aku tuh belum laper tau."

Nuga membetulkan posisi duduk sembari mengangguk kecil.

"Heem, nggak papa. Asal kamu tetep makan sehat, makan cukup, tepat waktu, nggak neko-neko juga. Kamu baru sembuh, i don't want you to get sick. Not again."

Padahal, Nuga mengatakannya dengan suara lembut seperti biasa. Akan tetapi, entah kenapa membuat Arkeyna tersadar akan sesuatu tentang diet yang kini tengah ia jalani.

"Aku ... nggak akan sakit lagi. Rumah sakit nggak enak." Arkeyna menyuapkan sisa es krim di sela-sela pembicaraan mereka. Sedetik kemudian ia tersenyum jahil. "Kecuali kalo kamu yang rawat."

"Hus!" Nuga menegurnya disusul kekehan menular dari Arkeyna. Senyuman yang tercipta belum luntur, ia malah menumpukan dagu dengan tangannya, menyorot teduh gadis itu.

"Itu. Es krim kamu kok belum abis? Apa belum dimakan?" tanya Arkeyna mencuri-curi pandang pada es krim vanila miliknya. Tiba-tiba.

"Belum dimakan. Mau?"

"Ish, kamu nawarin gitu sengaja ya mau buat aku gendut?"

Bukannya tersinggung mendapat tuduhan itu, Nuga justru tersenyum geli. Gemas sekali gadisnya ini, padahal ia tahu betul jika sedari tadi Arkeyna menatap es krim tersebut sembari menahan diri.

"Malah ketawa, ih!"

Astaga lihatlah, gadis itu kembali mengerutkan bibirnya. Lucu sekali.

"Kan, bener. Kamu ngeselin banget ah."

"Nggak, Sayang. Bukan gitu maksud aku." Nuga mencubit gemas pipi Arkeyna yang kini terlihat lebih chubby. "Kalau kamu mau, boleh. Ambil aja, sengaja beli yang vanilla supaya kamu suka."

Namun, tetap saja. Arkeyna malah menunduk dan tanpa sadar melamun begitu saja. Tidak lama, karena Nuga segera menyadarkannya melalui tangan yang menyemaikan helai rambut ke belakang telinganya.

"Kalau kamu nunduk terus, aku nggak bisa liat kamu."

Lalu, tersematlah sebuah hiasan kecil di surai hitamnya yang membuat Arkeyna terkejut.

"Lho? Jepit ini?"

Yang Arkeyna tahu, jepit kecil berwarna biru ini adalah jepit yang pernah mereka dapatkan saat pergi ke sebuah wahana di mall dulu, ketika pertama kalinya mereka menaiki wahana rumah hantu dengan menaiki kereta berjalan.

"Iya. Aku masih simpen di dashboard mobil." Nuga menunjukkan deretan gigi ditambah mengerutkan hidungnya gemas. Ia tidak tahan untuk tidak mengunyel-unyel pipi Arkeyna. "Lucu banget kamu. Tapi dari selesai jogging tadi  cemberut terus, pacarnya aku kenapaaa, hm?"

Paper Rings | Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang