Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lain waktu, lain keberanian. Dua puluh menit berlalu setelah Jehan mengabari jika sang pujaan hati akhirnya memutuskan datang. Nuga menghela napas panjang, lalu membuangnya perlahan seraya memanjatkan harap agar apa yang direncanakan dapat terealisasikan, berulang kali.
Bucket bunga mawar ditangan yang ia khususkan untuk gadis itu ia hirup wanginya. Cantik, dan harum semerbak, seperti apa yang Arkeyna sukai.
"You can, Nuga. You love her, a lot. Do it."
Bak mantra yang dapat mempertahankan tekad, Nuga merapalkan kalimat itu setiap kali bayangan Arkeyna muncul dalam benaknya.
Lilin-lilin mulai menyala, Nuga menyadari dan segera memakai topeng hitamnya kemudian—tanda kehadiran seseorang. Suara derap langkah kaki terdengar. Membelakangi arah tangga naik membuat Nuga membalikkan badan.
Terpaku.
Lebih dari apa yang ia bayangkan, gadis yang pertama kali ia temukan dua tahun lalu dengan lugu menggunakan pita besar di surai hitamnya sebagai hiasan, kini datang dengan gaun putih bersih lengkap dengan pita yang sama persis warnanya.
Nuga seperti kembali ke masa itu, Arkeyna, tetap sama cantiknya.
"Key."
Kemudian, pandangan mereka saling mengunci satu sama lain. Dengan wujud nyata, perlahan Nuga mengembangkan senyum kala percaya tak percaya bahwa mereka akan dipertemukan lagi.
Nalurinya berkata bahwa ia harus maju selangkah demi selangkah untuk dapat lebih dekat. Lantas, dengan sudut bibir yang kembali terangkat, Nuga berjalan ke arah Arkeyna.
"Stop it."
Sekitar empat langkah lagi. Akan tetapi, kakinya berhenti di satu titik. Kening Nuga mengkerut halus, bingung.
"Kenapa ...."
"Don't do this!" Arkeyna menaikkan satu oktaf suara. Alih-alih menjelaskan, ia memilih untuk mundur tanpa memutus pandangan mereka yang membuat pegangan Nuga pada mawar putihnya melemah seketika. Lelaki itu kembali mencoba mendekat, tetapi ia segera mengacungkan jari tepat pada kaki Nuga berpijak. "Please, stop there."
Menyangkal penolakan yang ditunjukkan secara langsung dari sang empu, Nuga memanggil nama gadis itu dengan pelan.
"Key ...?"
"I beg you, Kak!"
Senyumnya menyurut. Sapaan asing kembali terdengar. Nuga menatap Arkeyna sekali lagi. Jalan ceritanya ... tidak seharusnya begini, kan?
"Aku nggak tau apa yang kamu rencanakan, tapi tolong, berhenti."
Satu hal yang langsung menyerang hatinya saat Arkeyna menjatuhkan topeng putih yang didesain sama seperti kepunyaannya itu ke lantai.