290. Ring
Inikah hukuman bagi orang yang tidak menepati janjinya? Arkeyna menghela napas pasrah setelah tahu tidak mendapati jawaban dari Nuga. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat mobil anak-anak terparkir, tetapi kosong.
"Lho? Kok? Ini ... ditinggal, beneran?"
Tas jinjing yang ia bawa terjatuh saat sekelilingnya benar-benar tersisa lapang rumput yang luas saja.
Mereka meninggalkannya sendiri? Bagus, sekarang Arkeyna Malang bisa bebas menangis di kamar yang hangat tanpa siapapun tahu. Lekas, ia berbalik, dengan perasaan tak menentu sembari menunduk.
"Arkeyna."
Tepat saat itu juga, seseorang memeluknya dari depan hingga ia hampir terhuyung ke belakang jika lelaki itu tidak mendekapnya dengan benar.
Arkeyna terkejut bukan main. Perlu beberapa detik untuk sadar jika kini ia tengah berada dalam pelukan seseorang sampai indra penciumannya menangkap harum yang familier.
Ia mendongak tanpa ragu yang disambut tatapan mata paling teduh yang pernah ia rasa.
"Nuga ...."
Senyuman terpatri kala namanya disebut. Begitu manis, sampai-sampai ia tidak sanggup berkata-kata lagi kala lelaki itu menariknya kembali ke dalam pelukannya, menyalurkan kehangatan yang dua hari ini tidak mereka rasa.
"Bandung itu dingin, lho, apalagi ini daerah puncak. Kok nggak pake jaket, hm?"
Nuga mengusap punggung Arkeyna penuh kelembutan, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena terpaan angin, kemudian menenggelamkan kepalanya di pundak gadis itu dengan nyaman.
Rindu sekali.
Tak mendapat respons dari sang gadis, Nuga melonggarkan pelukan mereka dan melihat Arkeyna yang kini menatapnya dengan raut wajah marah.
Iya, marah. Hidung yang memerah entah karena udara dingin, atau perasaan yang mendukungnya untuk menangis. Arkeyna tiba-tiba memukul dada lelaki itu, sekali, dua kali, tanpa dihentikan Nuga. Ketiga kali, Nuga bertanya dengan dengan nada khawatir karena gadis itu mulai berderai air mata sampai terisak.
"Hei, why are you crying ...?" tanyanya mengindahkan pukulan Arkeyna yang semakin melemah, lalu ia menggenggam kepalan gadis itu. "Aku terlalu lama sampai, ya? Maaf bikin kamu sendirian di sini."
Hati Nuga merasa teriris, lagi-lagi ia harus melihat gadisnya menangis di setiap pertemuan mereka. Dengan cekatan, ia mengusap kelopak mata Arkeyna dengan ibu jarinya sendiri.
"Kamu jahat."
Akhirnya Arkeyna buka suara, ia menepis lengan Nuga.
"Pergi."
Tunggu, ada apa?
"Aku bilang pergi!"
Dengan kelopak mata yang siap digenangi air mata, Arkeyna mendorong Nuga. Gadis itu membelakangi dan memungut beberapa barang yang sempat ia lupakan karena terjatuh tadi. Sesekali ia menyeka matanya, tetap mengabaikan Nuga.
Saat hendak mengambil barang terakhir, sebuah tangan menahannya dan dengan sukarela membantu ia untuk merapikan barang bawaan tersebut.
"Biar aku," ujar Nuga melanjutkan. Sementara Arkeyna tidak peduli, ia membawa langkahnya menuju vila sendirian yang dengan sadar diikuti oleh Nuga di belakangnya.
Saat tepat di depan pintu, lengannya ditarik. Nuga menahannya masuk.
"Apa?" tanya Arkeyna masih saja.
"Anu, aku mau bilang, aku-"
"Aku apa? Mau alesan apalagi kamu sekarang? Minta maaf, udah? Aku maafin. Terus udah itu, ilang lagi. Aku cari lagi, gitu, kan? Kamu tuh kenapa, sih ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Rings | Jeon Wonwoo
RomanceIni narasi AU ajaaa, lebih lengkapnya di Twitter © xxanianddd yaaa! Judulnya sama. Udah end