240. After Effects

208 8 0
                                    

—240. After Effects

970 hari ia lewati baik buruknya hubungan mereka, Arkeyna baru menemukan hal baru dari sang kekasih. Hobi lelaki itu: membuat ia kalut sendiri.

Siapa yang tidak khawatir ketika orang yang biasanya selalu memberi kabar atau minimal menghidupkan ponselnya agar mudah berkomunikasi tiba-tiba sulit untuk dihubungi?

Iya, sih, rutinitas Nuga sekarang berbeda. Lelaki itu sudah menempuh hidup yang sesungguhnya, yang lebih luas dari status mahasiswa dan kesibukan berorganisasi-nya, tidak seperti dulu.

Tapi, ya, ... sama aja!

Arkeyna tetap gelisah dan belum terbiasa dengan itu.

Setelah topik pembicaraan mereka tadi, Arkeyna terus menghubungi Nuga yang berkata sedang dalam perjalanan kemari dengan perasaan yang sulit diartikan. Namun, sudah hampir satu jam lamanya, lelaki itu tak kunjung datang. Hal tersebut membuat ia takut, dan membayangkan yang tidak-tidak.

Selang beberapa menit, bersyukurnya ia mendengar suara klakson mobil yang sangat dikenali. Nuga sudah berada di depan, melambaikan tangan dan menyambutnya dengan senyuman manis yang tak pernah bisa ia tolak.

"Udahan nangisnya. Aku, udah di sini."

"Jahat banget ... lain kali angkat dulu kalo aku telepon!"

"Kan lagi di jalan, Sayangkuuu. Maaf, ya?"

Tidak peduli lagi, tanpa aba Arkeyna berlari ke arah Nuga sebelum mendekap lelaki itu erat. Jangan lupakan tangisan yang sempat membuat Nuga bingung.

"Nggak. Nggak aku maafin! Aku marah sama kamu."

Nyatanya, seraya berkata demikian, Arkeyna tetap menyembunyikan wajahnya di pelukan Nuga.

"Ya udah, marahnya kaya gini terus, ya."

"Ih!"

Sedang lelaki itu sendiri malah terkekeh menertawakan. Astaga ..., Arkeyna dan segala pikirannya. Nuga tahu, Arkeyna masih terbawa perasaan karena buku yang dibaca, jadi tak heran gadis itu bertingkah.

— next chapter

Paper Rings | Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang