Wardrobe serba putih dengan cahaya temaram di setiap sudut ruang itu sudah terbangun sejak pertama apartemen ini dibuat. Sekilas, ruangan tersebut tampak biasa saja dengan meja hias dan beberapa koleksi bernilai jual tinggi, tidak jauh berbeda dengan setiap unit di gedung ini. Namun, yang membuatnya lebih istimewa adalah satu pintu yang berada di tengahnya.
Mungkin, beberapa orang menganggap hal ini tidak masuk akan dan hanya ada dalam sebuah dongeng atau film ber-genre thriller action untuk menampilkan kesan misterius penuh rahasia. Akan tetapi, bagi seorang Cakra yang sedari kecil sudah hidup dalam garis keturunan keluarga Sean, bukan lagi suatu yang mengejutkan.
Pintu lemari pada umumnya saat dibuka akan memperlihatkan tumpukan pakaian, bukan jalan menuju ruangan lain. Jangan tanya pada ia yang tahu-tahu harus menempati tempat ini, karena sang kakeknya-lah yang merencanakan semua dengan dalih perlindungan.
Kembali pada lemari dengan pintu menuju ruang lain. Tidak ada satupun orang yang boleh mengetahui tempat ini, terkecuali Jehan dan Jio. Dua lelaki yang menjadi temannya dalam segala hal itu termasuk ke dalam pelengkap untuk rencana panjang yang telah ia dedikasikan sejak lama.
Meski dalam unit ini terdapat tiga orang lainnya-Nuga, Michael, dan Decky, Cakra tetaplah Cakra dengan ribuan rahasia yang tidak dapat ditembus hanya karena hubungan mereka terlihat dekat. Biarlah begini, demi keutuhan mereka yang sudah ia anggap seperti keluarga.
Sialnya, entah bisikan dari mana, Cakra tanpa ragu membawa orang asing yang baru ia temui kemarin sore ke dalam sini, dan memperlihatkan jelas semua pada seorang lelaki yang terdiam membisu, mencerna apa yang ia perlihatkan.
Lelaki dengan tinggi semampai untuk usianya yang baru berumur 20 tahun itu melipat kedua tangan sembari memperhatikan banyaknya deretan foto yang terpajang di antara benang-benang merah.
"Butuh waktu berapa jam lagi buat terima tawarannya?"
Pertanyaan Cakra berhasil mengalihkan atensinya. Lelaki itu membalikkan badan, menghadap Cakra dengan sorot mata dingin. Tidak berubah, persis seperti tatapan yang menyambutnya pertama kali.
Tidak ada respons, lantas Cakra menyunggingkan satu sudut bibirnya disusul kekehan singkat. Apa luka lebam serta robekan di bibirnya membuat lelaki itu tidak dapat berbicara? Atau kelopak mata sedikit membengkak biru itu membuat lelaki tersebut hanya bisa menatapnya angkuh?
Brandal Kecil kurang ajar.
Lupakan sejenak tentang Cakra dan segala hal kehidupannya yang mungkin membingungkan, karena ia memiliki ceritanya sendiri untuk ini.
"Kenapa milih gue?"
Lelaki itu buka suara, lalu menghampiri foto dengan figuran besar berisikan para Penghuni Special Sean's Apartment-Nuga, Michael, Decky, Jehan, dan Jio.
"Tempat sembunyi, dan hidup yang menjamin. Lo butuh itu."
Kemudian, jawaban itu mendapat kekehan remeh yang semakin lama semakin besar. Lelaki itu menyugarkan rambutnya ke belakang dengan smirk menyebalkan.
"Lo manfaatin luka seseorang." Fakta bahwa Cakra membawanya kemari karena melihat ia kabur setelah dipukuli habis oleh sang ayah, membuat ia berani berkata demikian. Matanya tak lagi menatap Cakra, tetapi sorot mata itu mengarah pada figura tadi. "Lo manfaatin mereka semua, buat lindungi diri sendiri."
Tidak terduga, tepat sasaran. Cakra tersenyum manis dibuatnya. Seperti dugaannya, lelaki itu akan cepat menyimpulkan sesuatu hanya dalam hitungan detik.
"Ada harga untuk sebuah kebaikan."
"Orang gila."
Cakra tertawa, berani sekali berandalan ini. Dalam hidupnya, hanya Decky yang berani bersikap kekanak-kanakan meski berakhir minta maaf karena tak ingin uang jajannya dipotong habis.
"Udah ada berapa korban?"
Lagi, Cakra menyunggingkan senyum kagum. Lelaki dengan otak kriminal memang cepat menangkap hal-hal terburuk. Akan tetapi, senyumannya memudar seiring lelaki itu berjalan dan menemukan sebuah guci berisi abu.
Lelaki itu terdiam lama, lebih dari apa yang tadi ia lakukan. Di abu itu, terukir sebuah nama wanita, dengan marga yang sama dengan seseorang di belakangnya.
Ia menoleh. Pandangan mereka bertemu, raut wajah Cakra sangat berbeda sekarang. Tidak menunjukkan emosi, tetapi ia tahu tatapan kosong penuh kesedihan itu. Ah mungkin, dengan sedikit dendam.
Memikirkan semua ini, lelaki itu seperti melihat dirinya sendiri. Dari foto para bajingan yang terpajang di benang merah dan kehidupan penuh sandiwara, membuat ia tahu bahwa keinginan untuk membalas mereka terlampau besar.
Terutama gambar wanita di sana, yang ia yakini adalah orang terpenting dalam hidup Cakra, yang mana karena itulah dia sangat berambisi hanya untuk sebuah dendam.
Lelaki itu mengembuskan napas kasar. Matanya menyorot serius pada Cakra, kemudian mengulurkan tangan.
"Tepati janji lo buat pastiin kehidupan ibu gue jadi lebih baik."
Secara tidak langsung, lelaki itu menerima penawaran Cakra hanya karena tahu mereka memiliki hal serupa. Ia, berubah pikiran, mendukung siapa saja yang sekiranya butuh bantuan apalagi mengenai seorang wanita.
Cakra mengangguk. "Tulis, dan kirim ke nomor ini apapun yang lo butuhin. Lusa, lo bisa mulai tinggal di sini."
"Oke."
"Nama lo?"
Lelaki itu masih menatap Cakra, menyelami netra hitam segelap malam yang siapa menatapnya akan tertunduk, tak berkutik.
"Deandra Pradipta. Gue siap jadi bagian dari sandiwara lo."
-•°•°•°•-
-New Cast Unlocked-
Lee Chan
As
Deandra Pradipta (20)Seorang lelaki yang memutuskan untuk putus kuliah karena suatu keadaan kacau ini akan bergabung bersama Penghuni Special Sean's Apartment, sebagai teman baru mereka.
-•°•°•°•-
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Rings | Jeon Wonwoo
RomanceIni narasi AU ajaaa, lebih lengkapnya di Twitter © xxanianddd yaaa! Judulnya sama. Udah end