07. Penemu matematika

599 29 0
                                    

Thank you buat yang udah follow...
Yuk bisa yuk ramaikan TMTIMH!!!




"Keluarkan matematika wajib III, buka halaman 67. Kita akan belajar algoritma euclidean. Algoritma euclidean adalah sejenis algoritma di rekam oleh Euclid di elemen."

"Asumsikan dua bilangan bulat tidak sama. Bagilah yang lebih besar dengan yang lebih kecil. Jika sisa, masih merupakan angka bukan nol. Terus membagi sampai sisanya nol."

Sabtu pagi di awali dengan pelajaran matematika, di gurui oleh Alrassya Cakra Rakantara.

Pagi ini, guru baru itu tampak sangat tampan. Pakaian berjas hitam, tampak sangat gagah di kenakan pada tubuhnya. Menurut siswa-siswi SMA Cemerlang 2 Jakarta, Alrassya lebih cocok menjadi CEO daripada harus mengajar di sekolah. Karena perawakannya yang tampan dan tubuhnya yang gagah dengan dada berbidang.

Matematika selalu menjadi pelajaran membosankan bagi anak sekolah, namun, akan berbeda bagi mereka yang memang pada dasarnya menyukai pelajaran penguji kesabaran dan otak ini. Soal sedikit tetapi memiliki jawaban anak beranak, selalu menjadi hal yang paling mereka tak suka. Menjabarkan, mengalikan, menambahkan, membagikan, mengukur, bahkan membentuk suatu sudut, semuanya bersatu tanpa satu pun yang tertinggal dalam satu buku.

Paling sebal ketika mendapatkan soal yang sangat jauh berbeda dari yang di jelaskan sebelumnya. Kalau ketika di jelaskan penjabaran hanya dengan dua angka, bisa jadi soal yang di berikan bisa melebihi dari dua angka bahkan, rumus yang di kenakan bisa berbeda. Sungguh sangat menyebalkan sekali matematika ini!

"Sampai sini ada yang mau di tanya?" Alrassya melontarkan pertanyaan setelah beberapa menit sebelumnya dia telah menjelaskan isi materi hari ini.

"Saya pak." seorang cowo berambut keriting mengacungkan tangannya.

"Yah, silahkan."

"Siapa sih pak yang menemukan matematika, angka, penjabaran, pengukuran dan segala bentuk matematika lainnya? Sungguh membuat resah dan gila warga bumi."

Pertanyaan itu terlontar tanpa berdosa. Alrassya membelalakkan matanya tak percaya dengan muridnya yang berani bertanya seperti itu, terlebih lagi langsung mengatakan pada dirinya yang jelas-jelas guru matematika.

Tak hanya Alrassya, seisi kelas pun turut kaget mendengar penuturan dari cowo rambut keriting itu.

"Heh, gila pertanyaan lo." Ujar seorang siswi pemilik rambut pendek.

"Kenapa? Salah? Kepo gue. Enek soalnya sama matematika."

"Izal, kalau tidak suka dengan pelajaran saya lebih baik keluar. Saya tidak rugi jika kamu benar ingin keluar."

"Saya tidak ingin mengajar kalau ada siswa yang sama sekali tidak berminat dalam pelajaran saya. Silahkan keluar Izal." lanjut Alrassya.

Seisi kelas seketika melihat ke arah Izal yang terdiam membeku. Sebagian dari mereka ada yang melihat penuh dengan kesenangan karena melihat raut wajah panik cowo itu.

"Panik-panik. Izal panik woyy."

"Ahahah janji gak panik."

"Hayooo.... Izal..."

Sorakan demi sorakan keluar dari mulut setiap siswa-siswi di dalam kelas. Sedangkan Izal yang menjadi tersangka hanya bisa diam dan menelan paksa salivanya.

"Ekhem..."

"Semuanya harap diam." ujar Alrassya.

"Izal, kamu pilih keluar atau tetap mengikuti pelajaran saya? Kalau tetap ingin mengikuti, saya harap kamu bisa tenang dan melihat dengan seksama materi yang saya berikan."

The math teacher is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang