Inpo typo...
•••
6 bulan kemudian...
6 bulan telah terlewati dengan cepatnya, membuat pasangan suami istri yang tak lain adalah Qeeza dan Alrassya, hubungan mereka semakin lama semakin terlihat sangat rukun dan tentram. Semua masalah teratasi secara bersama-sama.
Dalam rumah tangga keduanya, mereka memiliki kesepakatan untuk tidak saling menyalahkan satu sama lain, mencari tahu dulu tentang semua masalah yang datang tanpa mengambil keputusan secara sepihak. Selama beberapa bulan terakhir hingga bulan ini, berkat kerja sama atas kesepakatan, rumah tangga mereka masih sangat damai meski nyatanya satu per satu masalah terus datang apalagi ketika Falin terus mengusik mereka.
Waktu yang sudah terlewati 6 bulan, tepat hari ini adalah hari dimana kandungan Qeeza menginjak 7 bulan. Setiap harinya Alrassya memastikan bahwa istri dan calon anaknya dengan keadaan baik-baik saja dan selalu sehat. Tak lupa setiap dua minggu sekali Qeeza control untuk USG ke rumah sakit.
Kandungan yang sudah memasuki 7 bulan, tentunya membuat perut Qeeza terlihat sangat buncit dan tubuhnya sedikit mengembang. Tetapi bagi Alrassya, istrinya itu tetap sangat terlihat cantik di matanya. Kelahiran anak pertama benar-benar sudah tak sabar Alrassya sambut. Setiap harinya ia terus berkhayal bagaimana saat anak pertamanya lahir dan ia menjadi seorang ayah.
Selama 7 bulan hamil, jika di ingat-ingat sangat jarang sekali Qeeza merasakan ngidam. Baby di dalam perutnya begitu sangat pengertian, pikir sang suami. Merasakan nyeri saja sangat jarang, hanya beberapa kali saja.
"Ternyata hamil tidak semenyakitkan itu. Tapi gak tau kalau mau lahiran nanti." gumam Qeeza di setiap sorenya ketika mengingat kalau ia tak pernah merasakan sakit.
Sore ini, di sebuah Taman Mekar Sari jalan Sudirohusodo, pasangan suami istri itu nampak duduk manis di sebuah kursi panjang besi bercat putih. Mereka tengah asik menikmati suasana angin sore dan melihat banyaknya orang-orang yang berjalan untuk sekedar bermain-main seperti mereka dan bahkan ada yang berolahraga. Tak lupa di pinggiran taman, banyak sekali terlihat jajanan yang di penuhi oleh pembeli.
Dengan mesranya, Alrassya membawa tangan kirinya untuk menjadi tumpuan kepala sang istri, sedangkan tangan kanannya sibuk mengelus perut buncit perempuan itu. Begitu terlihat sudah sangat besar, tak tahu bagaimana jika sudah 9 bulan nanti. Apakah akan lebih buncit dari ini? pikirnya.
"Mas, mau gulali..." ucap Qeeza memanyunkan bibir. Perempuan itu sedikit menunjukkan wajah rayuannya pada sang suami.
"Kamu mau gulali?'' tanyanya memastikan dan langsung di angguki oleh Qeeza.
Alrassya menegakan tubuhnya dan tersenyum manis ke arah istrinya. "Yaudah kamu tunggu di sini, aku beli gulalinya dulu." Alrassya bangun dari duduknya dan berjalan menuju sebuah stan gulali yang berada di sebelah barat taman.
Sembari menunggu kembalinya Alrassya, perempuan hamil muda itu duduk manis dan mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru taman hingga akhirnya...
"Aduh..." pekik seorang gadis kecil sekitar berumur 6 tahun yang jatuh tiba-tiba di depan Qeeza. Karena merasa kasihan, langsung istri Alrassya itu bangun dari duduknya dan membantu gadis kecil di depannya.
"Kamu gak papa?" tanyanya.
"Aaaa kaki aku sakit..." ringisnya.
Qeeza terkejut saat melihat adanya luka merah di bagian lutut gadis kecil tersebut. Lantas ia langsung membawanya untuk duduk di kursi taman.
Qeeza dengan menahan tekanan di perutnya, ia membungkuk untuk meniup luka merah di lutut anak itu.
"Masih sakit?" tanyanya yang di angguki oleh gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The math teacher is my husband
JugendliteraturQeeza Calista, seorang gadis periang dan keras kepala yang harus merasakan pernikahan dini di usianya yang masih 17 tahun, menikah karena di jodohkan dengan seorang guru matematika di sekolahnya yang terkenal akan sifat cool-nya, Alrassya Cakra Raka...