21. Swalayan

738 35 1
                                    

Sepasang suami istri yang tak lain adalah Qeeza dan Alrassya, sekarang mereka berada dalam satu mobil yang sama. Menyusuri jalanan kota hendak menuju ke Swalayan. Sebenarnya Qeeza tidak ada niat bahkan bersemangat pergi ke sana, baginya menonton televisi di rumah lebih asyik daripada harus ke Swalayan hanya sekedar belanja bahan dapur. Terlebih lagi cuaca siang ini cukup terik, tetapi masih ada untungnya juga bagi gadis 17 tahun itu karena ia menaiki mobil untuk sampai ke tempat itu sehingga tidak harus terkena paparan sinar matahari yang terik.

Seorang cowo memakai kaos oblong hitam polos nampak sibuk fokus menyetir mobil hitam miliknya dengan memasang wajah datar tanpa ekspresi. Sejak tadi tak ada perbincangan antara cowo itu dengan istrinya. Mereka sama-sama diam, tidak ada satu pun yang berani mengawali pembicaraan. Kediaman terus terjadi beberapa menit hingga akhirnya mereka sampai pada Swalayan. Dengan cekatannya Qeeza yang memakai sweeter merah muda dan celana jeans ketat panjang, melangkahkan kakinya turun dari mobil bersamaan dengan Alrassya.

Keduanya masuk secara bersamaan ke dalam Swalayan hingga mengundang perhatian para pengunjung. Pasalnya mereka nampak seperti pasangan yang serasi meski tak ada phsycal touch di antara mereka. Tetapi tiada satu pengunjung pun yang mengira mereka adalah sepasang suami istri. Para pengunjung mengira mereka hanya sebatas kakak dan adik saja.

Alrassya membiarkan Qeeza berjalan duluan di depannya, sesuka hati gadis itu saja barang apa yang ingin ia beli. Sedangkan dirinya mengekori di belakang dengan tangan kanan yang sudah stay memegang troli belanja.

"Beli apaan, pak?" tanya Qeeza.

"Terserah kamu saja."

"Kayak cewe." gumam gadis itu sebelum akhirnya kembali berjalan menelusuri setiap ruang Swalayan.

Beberapa menit berjalan di dalam Swalayan tanpa ada barang yang di ambil, akhirnya Qeeza berhenti tepat di depan kotak freezer. Gadis itu mengambil beberapa bungkus sosis, nugget, dan otak-otak.

"Cukup?" tanya Alrassya.

"Cukup pak." jawab Qeeza kemudian lanjut berjalan.

Tomat, bayam, kangkung, minyak makan, gula, garam, cabai merah, cabai hijau, paprika, daging, ikan, bumbu dapur. Semua Qeeza ambil dari dalam rak dan kotak freezer. Troli sudah mulai penuh dengan bahan masakan dapur, tetapi nampaknya Qeeza masih sangat sibuk mencari-cari sesuatu hingga membuat Alrassya hanya bisa mengikuti saja dari belakang. Belanja banyak bagi Alrassya tidak masalah, yang penting dapat bermanfaat dan tidak terbuang.

"Gue pengen ini deh. Minta sama om ini boleh gak ya? Tapi gue malu mintanya."

"Gak usah deh." lanjutnya kembali menaruh sebuah snack beng-beng share it. Qeeza kembali berlanjut jalan di depan Alrassya dengan nafsunya yang terus tertahan untuk tidak mengambil jajanan yang ia inginkan. Sebenarnya sangat tidak afdol baginya jika pergi ke suatu tempat tidak membeli jajanan.

Perjalanan di dalam Swalayan terus berlanjut selama beberapa saat. Troli yang mulai penuh dengan barang membuat Alrassya kewalahan membawanya, tetapi tidak mungkin ia meminta istrinya itu untuk gantian membawa troli.

"Masih ada yang di cari?" tanya Alrassya.

Qeeza berhenti melangkah sembari menoleh ke arah Alrassya. Gadis itu nampak diam sebelum akhirnya bergeleng kepala. "Nggak ada." jawabnya.

"Kalau gitu kita ke kasir." ucap Alrassya yang di setujui oleh Qeeza.

Sesegera mungkin pasutri itu berjalan ke kasir dengan Qeeza yang sebenarnya sangat kecewa. Mengapa bisa ia malu untuk meminta snack pada Alrassya? Oh sungguh sangat mengganjal jika harus menahan diri untuk tidak membeli snack favoritnya itu.

Sesampainya di kasir, Alrassya langsung menaruh semua barang-barang belanja di atas meja kasir. Saat asiknya memindahkan barang dari troli mengarah pada meja kasir, Qeeza di kagetkan dengan banyaknya snack di dalam sana.

The math teacher is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang