43. Alrassya gak rindu Qeeza, kah?

582 26 8
                                    

Emang susah ya tinggal VOTE dan COMENT doang???

•••

Qeeza duduk termenung di kursi ruang tunggu. Perempuan itu baru saja datang ke rumah sakit untuk bergantian dengan Neni yang sudah menjaga Alrassya semalaman.

Hari ini adalah hari kelima di mana Alrassya masih dalam keadaan koma. Laki-laki itu masih bertahan dalam mimpi panjangnya. Meski sudah koma 5 lima hari, tetapi dokter mengatakan bahwa kondisinya masih stabil dan masih ada harapan untuk bertahan.

Qeeza yang duduk seorang diri di kursi penunggu depan ruang ICU, hanya bisa diam dan menatap kosong ke depan. Bohong kalau perempuan itu tidak merindukan sosok suami di sampingnya. Setiap malam biasanya ia di peluk, di manja, di temani tidur, tapi sekarang? Sudahlah lah... rasanya sangat hampa. Tidak ada lagi yang bermanja dan mengajak adu argumen. Qeeza merindukan semua hal tentang Alrassya. Sudah hari kelima ia tak tidur bersama Alrassya.

Selama Alrassya koma, setiap malam yang menjaga adalah Azkal dan Neni dan biasanya bergantian dengan Farel dan Areyza. Sedangkan Qeeza hanya di perbolehkan untuk menjaga pagi hingga sore saja karena mengingat ia yang tengah mengandung. Rumah Qeeza dan Alrassya kosong, perempuan itu untuk sementara tinggal bersama Indri dan Tama.

Biasanya Qeeza di temani oleh Sandy dan Moane atau bahkan Indri. Tapi untuk kali ini, ia meminta untuk menjaga Alrassya hanya seorang diri.

"Kapan kamu siumannya, mas?" ucap Qeeza dalam hati. Tangan kanannya tak henti-henti mengelus pelan perutnya yang sedikit mulai buncit.

"Aku kira kehadiran baby di perut aku akan menjadi hari bahagia buat kita berdua. Tapi nyatanya malah-

"Ssstttt! Jangan ngomong gitu, gak baik." seseorang datang tiba-tiba dan memotong ucapan Qeeza. Perempuan itu di buat kaget dan langsung sadar dari lamunannya.

"Kak Eza?" kagetnya.

Areyza mendudukkan diri di Samling Qeeza dan meraih tangan Adik satu-satunya itu.

"Adanya baby di perut kamu itu adalah anugerah dari Allah yang gak boleh kita sia-siakan. Allah ngasih kamu baby karena Allah percaya kalau kamu dan Alrassya bisa ngejaga dan membimbingnya. Harusnya kamu bersyukur, dek." tutur Areyza bijak.

"Jangan suka berprasangka buruk ya. Gak boleh, dosa."

"Maaf kak." Areyza tersenyum dan mengusap puncak kepala Qeeza.

"Kenapa kakak bisa di sini?"

"Kakak khawatir sama kamu kalau jaga Alrassya sendirian."

"Gak perlu aku di khawatirin, kak."

"Kamu lagi hamil, gak mungkin kamu kakak biarin sendirian."

Qeeza diam dan menyandarkan punggungnya di kursi. "Kenapa mas Alrassya belum siuman juga ya, kak. Apa dia gak mau ketemu aku lagi?" tanyanya.

"Sssttt! Jangan suka ngomong gitu, Za. Kamu ini kenapa sih, pikirannya buruk terus?" kaget Areyza.

"Aku cuma nanya. Emangnya salah aku nanya?"

Areyza mengehela napas. "Gak mungkin lah Alrassya gak mau ketemu kamu. Apalagi sekarang kamu hamil, kalau Alrassya udah siuman pasti dia bakal seneng banget pas tau kamu lagi hamil anaknya."

"Tapi kenapa mas Alrassya gak siuman juga? Gak tau apa istrinya kangen?!" sebalnya memanyunkan bibir.

"Uluh-uluh... rupanya ada yang kangen sama ayangnya nih... ahahah..." ledek Areyza yang membuat Qeeza semakin menunjukkan wajah kesalnya.

"Kak...ih! Udah ah, kak Eza gak asik. Udah tau adeknya lagi sedih jugaaaa...!"

"Eheheh oke-oke maaf ya. Iya, kakak tau gimana rasanya jadi kamu. Yang biasanya tidur ada yang nemenin, pagi-pagi udah dapat kiss, eh sekarang gak ada. Orangnya milih turu."

The math teacher is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang