Qeeza berlari sekuat tenaga untuk secepat mungkin tiba di gerbang sekolah yang dilihatnya sudah hampir tertutup rapat. Tak peduli dengan napasnya yang tersengal tak beraturan, dia terus berlari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan jalanan yang ramai.
Pagi ini akibat menunggu Azkal yang tak kunjung datang menjemputnya di rumah, gadis berumur 17 tahun itu mengharuskan pergi seorang diri menggunakan bis karena jam yang telah menunjukkan pukul 8 pagi. Kesal? Marah? Tentu saja. Siapa yang tidak marah kalau dijanjikan akan di jemput pagi tapi nyatanya tak kunjung datang? Qeeza tak tahu alasan kenapa Azkal tidak jadi menjemputnya.
"PAK TUNGGU!!!" teriak Qeeza beberapa langkah lagi tiba di depan gerbang.
Krep!
Gerbang sekolah tertutup dengan rapatnya saat kaki Qeeza sampai di depan. Gadis itu terbelalak, bagaimana mungkin ia akan telat. Tetapi memang ini nyata terjadi, hari ini, pagi ini, ia telat masuk ke sekolah. Gerbang sudah tertutup rapat dengan seorang satpam yang hendak bersiap untuk menggembok pagar.
"KAK ALDI!" teriak Qeeza melihat seorang ketua OSIS yang baru saja hendak pergi menjauh dari gerbang.
Seorang cowo berpenampilan rapi dengan jas merah ber-lis batik itu seketika menengok ke arah Qeeza saat namanya di panggil.
"Kak Aldi, kasih gue masuk dong. Please...." mohon Qeeza.
Ketua OSIS yang bertubuh tinggi itu menghela napas gusar. Dia kembali berjalan ke arah gerbang.
"Kenapa telat?" tanyanya.
"Ada problem dikit tadi. Please buka dong, kak." Qeeza menyatukan kedua tangannya di depan, memohon untuk bisa masuk ke dalam sekolah.
"Buka pak." titah Aldi pada sang satpam.
Mendengar perintah dari sang ketua OSIS, satpam sekolah itu langsung membuka kembali gerbang sekolah itu dengan lebar. Qeeza yang melihat itu seketika menyengir senang. Gerbang yang sudah terbuka dengan lebarnya, buru-buru ia mengacir masuk ke dalam melewati ketua OSIS yang bersikap dingin di depannya.
"Ekhem!" dehem Aldi membuat Qeeza berhenti melangkah.
"Ikut gue." ajak Aldi berjalan lebih dulu di depan Qeeza. Qeeza hanya diam dan mengekor di belakang tubuh tinggi ketua OSIS itu.
Sepanjang perjalanan tak ada perbincangan antara kedua. Qeeza hanya diam dan pikirannya terus bergelut bertanya soal Aldi yang akan membawanya ke mana.
Qeeza mengernyitkan dahinya saat Aldi berhenti di depan dan berbalik badan ke arahnya.
"Kenapa kak?" tanya Qeeza.
"Ke tengah lapangan sekarang. Hormat bendera." ucap Aldi dingin, matanya mengarah pada tengah lapangan.
Sekarang mereka berada di pinggir lapangan sekolah. Aldi yang menjadi ketua OSIS di sekolah SMA Cemerlang 2 Jakarta memang terkenal dengan sikap dingin dan tegasnya. Meski begitu, banyak siswi yang menyukainya karena memiliki tampang yang handsome.
"Yah kak, panas tau."
"Cepat."
"Kak, masa hormat bendera." decak Qeeza.
"Bersihkan toilet?" tanya Aldi yang langsung di balas gelengan Qeeza.
"Lebih parah!"
"Yaudah hormat bendera."
"Ck! Kakak tau panas gak sih?!"
"Kamu tau waktu gak?" Qeeza berdecak kesal. Niat ingin menyudutkan ketua OSIS itu, tetapi malah dirinya yang terkena sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The math teacher is my husband
Teen FictionQeeza Calista, seorang gadis periang dan keras kepala yang harus merasakan pernikahan dini di usianya yang masih 17 tahun, menikah karena di jodohkan dengan seorang guru matematika di sekolahnya yang terkenal akan sifat cool-nya, Alrassya Cakra Raka...