11. Pembatasan

614 28 5
                                    

Bruk!

Tubuh Alrrasya tertabrak oleh seorang gadis yang datang dari arah kanan koridor. Nampak gadis itu sangat terburu-buru dengan menggunakan tas ransel di pundaknya.

Alrassya menghela napas gusar. Sudah cukup baginya mendapat kesialan hari ini.

"KAMU?!" pekik Alrrasya pada Qeeza.

"Bapak lagi?" Qeeza membuang napasnya kasar.

"Sumpah ya, bapak ghoib banget tau gak! Dimana-mana selalu ada bapak." dumel Qeeza.

"Mau kemana?" Alrrasya tak merespon penuturan Qeeza, melainkan cowo itu bertanya pada gadis itu sebab dilihatnya Qeeza membawa tas ransel sekolah di area luar kelas.

"Mau pulang lah, yakali bolos. Saya kan anak baik-baik, pak." jawabnya.

"Pulang?"

"Iyalah pak."

"Masih jam berapa ini?" Alrrasya melihat ke arah jam tangannya, nampak masih menunjukkan pukul 13.52 wib.

"Pak, guru kan rapat. Makannya pulang cepat, bapak gimana sih. Katanya guru, tapi kok gak tau pengumuman sekolah." dumel Qeeza memutarkan bola matanya malas.

"Rapat?"

"Dih? Bapak guru bukan sih, masa ada rapat gak tau."

Alrrasya tampak diam sebelum akhirnya pergi meninggalkan Qeeza di koridor depan toilet. Qeeza menatap heran dan berkerut dahi melihat Alrrasya yang pergi begitu saja tanpa mengatakan satu kata apapun.

"Gak sopan banget main pergi-pergi aja." gumam Qeeza.

"Oh iya, Azkal!" katanya teringat dengan Azkal yang sudah menunggu di parkiran sekolah. Segera dirinya kembali berlari secepat mungkin untuk sampai pada Azkal, takut kalau cowo itu akan menunggu lama di sana.

•••

"Lama banget?" tanya Azkal sembari menyodorkan helm pada Qeeza yang baru saja memberhentikan langkahnya.

"Ada problem dikit tadi." jawabnya sembari menerima helm dari Azkal dan memakainya. Setelah selesai memakai helm, Qeeza bergegas naik ke atas motor kekasihnya itu.

"Udah, ayo." ucap Qeeza yang di angguki oleh Azkal.

Azkal menarik gas motornya dan mulai berjalan meninggalkan area sekolah. Motor sport milik cowo itu keluar gerbang SMA Cemerlang 2, mulai melintas di jalanan raya ibu kota. Azkal mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang, dengan Qeeza yang memeluk erat pinggangnya di belakang.

Sepanjang perjalanan tak ada ucapan, pertanyaan dan segala macam jenis obrolan. Hanya ada keheningan dan suara jalanan raya yang memenuhi gendang telinga. Azkal dan Qeeza saling berdiaman tanpa berniat untuk membuka suara.

"Nyampeee...." ucap Azkal saat beberapa menit akhirnya motor sport miliknya berhenti di depan rumah Qeeza. Segera gadis itu turun dari atas motor tak lupa melepaskan helm di kepalanya dan ia kembalikan pada Azkal.

Azkal menatap senyum ceria kw arah kekasihnya yang telah berdiri anggun di depannya. "Kamu nanti malam free, gak?" tanya Azkal.

"Emmm kayaknya free deh, kenapa?"

"Jalan yuk."

"Ayo!"

Azkal tersenyum menampakkan giginya yang rapi. "Oke! Ntar malam aku jemput ya."

"Iya. Nanti kamu kabari aku aja kalau udah mau otw."

"Iya sayang."

"Yaudah, kalau gitu aku pulang dulu ya. Sampai ketemu nanti malam." lanjut Azkal.

The math teacher is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang