Eitttssss....
Sebelum itu udah pada follow belum? Buruan dong di follow, biar gak ketinggalan cerita-cerita terbaru Author.Kalau udah follow, jangan lupa vote juga ya di setiap chapternya:)
Bantu share juga ya guys!
Thank you and happy reading... 💗•••
Pagi-pagi sekali Qeeza sudah bangun dari tidur lelapnya yang hanya dia kerjakan 3 jam saja karena faktor Shaquilla yang selalu menangis. Sekarang perempuan muda anak satu itu berada di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi, sedangkan Alrassya masih tenggelam dalam tidurnya. Alrassya tadi malam pun ikut tidak tidur untuk membantu Qeeza menjaga Shaquilla.
Qeeza meletakkan spatula masaknya lalu berjalan ke arah kulkas berniat mengambil daging dan tomat dari dalam sana. Namun, saat Qeeza berniat membuka pintu kulkas, tiba-tiba Alrassya hadir di depannya, tepat di depan pintu kulkas untuk menghalangi pergerakannya.
"Loh... udah bangun?" kaget Qeeza.
"Kenapa gak bangunin aku?" Alrassya malah bertanya balik.
"Gak tega aku, kamu pulas banget bobonya."
"Harusnya bangunin aja, biar aku bantuin masak."
Qeeza menghela napasnya. "Minggir ih, aku mau ambil daging." ujar Qeeza.
"Cium dulu!" Alrassya mengarahkan pipinya pada Qeeza, berusaha untuk menggoda istrinya itu.
"Sayangggg....." Qeeza nampak kesal.
Mendengar itu, Alrassya beranjak dari depan kulkas. Melihat pergerakan sang suami yang mulai menjauh dari kulkas, Qeeza langsung mengambil daging dan tomat di sana. Sekarang, posisi Alrassya berada di samping istrinya dengan mata yang terus melihat gerak Qeeza sibuk memasak.
"Kamu masak apa?" tanya pria itu.
"Sop daging."
"Aku bantuin ya."
"Gak usah. Kamu mandi aja, siap-siap pergi kerja." balas Qeeza sembari menggongseng masakanya di atas kompor.
"Sayang, kamu gak mau kuliah?" tanya Alrassya tiba-tiba, yang langsung membuat Qeeza terdiam.
"Kamu gak takut ketinggalan jauh sama temen-temen kamu? Aku gak maksa sih, cuma kan-
"Kayaknya aku gak usah kuliah dulu. Gak masalah kalau aku harus ketinggalan jauh sama temen-temen. Lagian sekarang udah ada Shaquilla yang harus aku jaga." potong Qeeza yang sebelumnya telah mematikan api kompor dan menghadap ke suaminya.
"Shaquilla bisa kita carikan baby sitter."
"GAK! Aku gak mau pake baby sitter, aku mau ngerawat anak aku sendiri tanpa bantuan siapapun."
"Kalau pake baby sitter, aku gak mau Shaquilla lupa sama mamahnya." lanjut Qeeza.
"Kok gitu?"
"Iyalah. Shaquilla pasti otomatis tiap hari sama baby sitter, main sama baby sitter, semua serba baby sitter. Dan kalau Shaquila udah gede nanti, dia malah deket banget sama baby sitternya daripada mamahnya sendiri atau papahnya sendiri."
"Shaquilla juga pasti bakal berpikir kalau kita gak bisa jaga dia, sampe harus pake baby sitter." lanjut Qeeza kesal.
Alrassya diam seribu bahasa dan mendengus. Yang dikatakan istrinya ada benarnya juga. Banyak di luaran sana anaknya pakai baby sitter dan membuat sang anak begitu lengket pada baby sitternya dibandingkan dengan kedua orang tuanya. Inilah yang Qeeza takutkan.
"Kamu gak perlu khawatir. Umur ku memang masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu. Tapi ku pastikan aku gak gagal merawat anak ku. Akan ku rawat dan ku bimbing Shaquilla sampe besar." Alrassya tersenyum sumringah dan mulai mendekatkan dirinya pada Qeeza sebelum akhirnya ia memberikan belaian kasih pada sang istri.
"Kalau itu mau kamu yaudah. Aku gak bisa maksa."
Qeeza masih dengan raut wajah kesalnya dan berulang kali terus menghela napas. "Kita jaga Shaquilla bareng-bareng, ya." ujar Alrassya sebelum meninggalkan jejak kecupan yang lama di dahi sang istri.
....
"Saatnya anak mamah mandi. Ututututuu... mengulet dia ahahah..." Qeeza meraih anaknya dari dalam box bayi untuk dibawa mandi.
Pekerjaan rumah semua telah selesai dengan Alrassya yang sudah berangkat bekerja sejak satu jam lalu. Shaquilla bangun di saat yang tepat. Saat sang Mama sudah selesai pekerjaan rumah dan hendak sedikit bersantai, meski nyatanya ia belum mandi.
Di pukul 9 pagi ini, Qeeza akan memandikan bayi kecilnya, dimana bak dan beberapa perlengkapan mandi baby sudah ia siapkan di dalam kamar mandi. Qeeza memandikan anaknya dengan begitu sangat hati-hati. Ia selalu ingat trik as cara memandikan bayi baru lahir yang di ajarkan oleh dokter dan Indri juga Neni. Meski nyatanya ia masih sedikit takut dan ragu, tapi ia tetap berusaha. Kalau tidak di coba, kapan bisanya? pikir Qeeza.
Waktu terus berjalan dan kini Shaquilla telah selesai mandi. Qeeza mengenakan dress putih dan sarung kaki bayi pada anaknya, dengan tak lupa sebelum itu ia berikan baby oil dan minyak kayu putih pada anaknya.
Shaquilla telah selesai mandi dan berpakaian, sekarang saatnya ia menyusu pada sang Mama. Qeeza mendaratkan bokongnya di atas kasur dengan kedua kaki yang ia luruskan, sedangkan tangannya sibuk menggendong Shaquilla yang akan ia berikan ASI. Semenjak Shaquilla lahir, air ASI milik Qeeza lumayan cukup deras dan kadang bisa membuat bajunya basah akibat tumpahan ASI-nya. Qeeza tidak mempermasalahkan itu, ia justru senang dan merasakan anaknya begitu sangat kuat meminum ASI-nya. Asal jangan bapaknya Shaquilla aja yang juga ingin meminta bagian, pikir Qeeza.
•••
Next?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
The math teacher is my husband
JugendliteraturQeeza Calista, seorang gadis periang dan keras kepala yang harus merasakan pernikahan dini di usianya yang masih 17 tahun, menikah karena di jodohkan dengan seorang guru matematika di sekolahnya yang terkenal akan sifat cool-nya, Alrassya Cakra Raka...