"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam." jawab wanita baya sembari bangun dari duduk sofanya.
"Gimana Al, lancar ngajar pertama hari ini?" tanyanya saat anak semata wayangnya berjalan menghampiri dirinya dan bercium tangan.
"Alhamdulillah, lancar mah." jawab cowo itu.
Dia adalah Alrassya. Pria itu baru saja sampai di rumah setelah pulang dari sekolah tadi. Alrassya anak tunggal dari keluarga kaya, Arinal. Arinal adalah papa cowo itu namun, sayangnya Arinal telah tiada sekitar beberapa tahun yang lalu. Neni Vectoria nama Mama dari Alrassya, bekerja sebagai bos dari pemilik butik terkenal di Indonesia.
Sejak kepergian Arinal, Alrassya benar-benar menjadi anak yang sangat menjaga Mamanya. Hal itu juga yang membuat Alrassya betah sendiri, sama sekali enggan mencari jodoh. Alrassya sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Mama tanpa ada seorang pun yang berani menghancurkan hubungan dirinya dan Mama.
"Al, ntar sore temenin mamah ke butik, ya."
"Tumben minta temenin sama Al?"
"Iya, mobil mamah masih di service sama pak Imam." Alrassya mengangguk paham. "Oh yaudah nanti Al temenin, mah."
Neni tersenyum sumringah mendapatkan jawaban setuju dari anaknya. "Terima kasih sayang." wanita baya itu tersenyum dan menepuk bahu anak semata wayangnya.
•••
"Dadah. Kamu hati-hati ya."
Azkal menganggukkan kepalanya. "Pasti sayang." ucap cowo itu.
Azkal baru saja memberhentikan motor merahnya di depan rumah mewah milik Qeeza. Saat motor telah terhenti, gadis bernama belakang Calista itu langsung turun dan melambaikan tangan pada sang pacar.
Azkal tersenyum dengan mengucapkan selamat tinggal sebelum akhirnya dia kembali melajukan motornya menuju ke rumah.
Qeeza tersenyum sumringah dan menghela napas pelan kemudian berjalan masuk ke dalam rumah saat matanya tak lagi menangkap punggung Azkal.
"MAMAAAAAA...." teriak Qeeza ketika memasuki rumah.
Dari dalam rumah lebih tepatnya di ruang tengah, wanita baya berparas cantik dengan rambut panjang yang di urai, tampak berjalan menghampiri Qeeza dengan kedua tangannya yang menutupi telinganya.
"Qeeza! Kebiasaan banget kamu tuh teriak-teriak. Kalau masuk itu ngucap salam, bukan teriak kayak gitu." pekik Indri menjewer telinga Qeeza.
Qeeza memekik kesakitan, dia memegang telinganya yang terkena jeweran sang Mama. "Aduh, mah sakit ih!" pekiknya.
Indri melepaskan tangannya dari telinga anak bungsunya itu. "Makannya jangan teriak-teriak. Di kira mamah budek apa." dumelnya.
"Ya maaf, spontan." cengir Qeeza.
"Itu gak spontan, kamu udah berulang kali Qeeza."
"Yaudah oke, Qeeza minta maaf." katanya lesu, namun Indri hanya bisa bergeleng kepala dan berlipat tangan di depan dada.
"Aku ke kamar ya, mah." pamitnya.
"Tunggu. Mamah mau ngomong." cegah Indri, wanita itu menarik tangan Qeeza yang hendak melangkah pergi.
Qeeza tampak berdecak kesal, tapi dirinya tetap menetap di sana dan mendengar apa yang akan mamanya katakan.
"Ntar sore temenin ketemu temen mamah, ya." tutur Indri.
"Hah, temenin? Gak biasanya mamah minta temenin aku." heran Qeeza.
"Niatnya mamah mau sekalian ke mall. Kita shoping bareng, udah lama kita gak quality time." jawab Indri tersenyum sembari memegang pundak sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The math teacher is my husband
Novela JuvenilQeeza Calista, seorang gadis periang dan keras kepala yang harus merasakan pernikahan dini di usianya yang masih 17 tahun, menikah karena di jodohkan dengan seorang guru matematika di sekolahnya yang terkenal akan sifat cool-nya, Alrassya Cakra Raka...