Tidak ada yang istimewa di sabtu pagi bagi Hana. Ia tetap bangun saat subuh, mengerjakan pekerjaan rumah di jam yang sama setiap harinya, dan tentu saja mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
Apa yang kemarin dilihatnya bukan mimpi. Itu nyata! Teman semasa kecilnya itu ada di depannya. Murti Sadendra, temannya itu telah berubah dari Murti yang dulu. Penampilannya benar-benar membuat pangling. Hana bahkan perlu mengecek ulang foto profil di kontaknya untuk memastikan apa yang dilihatnya.
"Benar Hana, kan?"
"Ah, Pak Ervan?!" "Maaf tidak menyapa Bapak terlebih dahulu. Saya sangat terkejut melihat Hana di sini." Kata pemuda itu antusias, matanya berbinar dan senyumnya masih tersungging jelas.
"Oh! Kamu Murti, kan? Apa kabar?" Tanya Pak Ervan semangat.
"Saya baik, Pak."
"Wah, apakah Hana kenalanmu?" Tanya pak Ervan.
"Iya, Pak. Saya mengenal Hana."
"Ayah kenal orang ini?" Giliran Rafi bertanya. Ia bingung dengan situasinya. Apakah hanya dia yang tidak mengetahui siapa pemuda ini?
"Oohh... Ini Murti, ayah pernah bertemu dengannya saat konferensi pemberian beasiswa dari perusahaan ayah. Ia menjadi salah satu penerima beasiswa ke luar negeri."
"Bagaimana kuliahnya? Lancar?"
"Iya, Pak. Saya bahkan mendapat kesempatan untuk menjadi asisten penelitian Mr. Ling di proyek lapangannya. Ini semua berkat Bapak." Murti mengatakan capaiannya dengan bangga.
"Apakah kau sedang liburan?"
"Benar, Pak. Liburannya cukup lama, karena itu saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sudah terhitung dua mingguan sejak saya datang kemari."
"Apakah bapak sedang mengadakan acara? Ah, ini putra bapak?" Ucap Murti sembari mendekati Rafi. Dilihatnya secara bergantian antara Rafi dan Hana.
"Iya, dia putraku satu-satunya, Rafi. Kami hanya sedang makan bersama dan saling bertukar cerita."
"Salam kenal, Raf. Aku Murti." Sapa Murti riang.
Rafi mengangguk dan tersenyum kecil menanggapi sapaan Murti. "Rafi. Salam kenal."
Di sisi lain, Hana tidak bisa lepas dari menatap Murti. Di dalam pikirnya, hanya gema nama pemuda itu memenuhi kesadarannya.
Murti?
Itu benar Murti?"Hana, mari kita bicara setelah ini. Aku sangat tidak percaya bisa bertemu denganmu." Ucap Murti. Ia menatap teman lamanya itu dengan lembut.
"Saya permisi dulu, Pak. Silakan menikmati hidangannya." Murti membungkuk hormat dan berlalu menuju dapur dengan mengapit nampan di lengan kirinya.
Rafi masih menatap heran pemuda bernama Murti itu. Kemudian beralih menatap Hana yang masih bergeming menatap punggung Murti dari kejauhan.
Hana melihat sudut kiri atas ponselnya, jam telah menunjukkan pukul sembilan tepat. Ia menuju arah kulkas dan mengambil sebotol air mineral dan membawanya ke meja makan.
Dibukanya buku harian yang sudah tergeletak di atas meja. 'Membereskan gudang', jadwal yang tertulis di sabtu pagi itu. Lalu, malamnya 'menemani Windy ke taman Wonderland'
Rencana hari itu hampir sempurna untuk dilaksanakan. Tetapi, notifikasi pesan dari Murti mendadak membuat Hana tidak fokus detik itu.
Pagi, Nana👋
Temani aku jalan-jalan ya😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me In Your Old Diary
Teen FictionHana yang mempunyai kemampuan mengingat yang buruk. Bertemu dengan seorang pemuda bernama Rafi, yang beberapa hari terakhir nampak memperhatikan dan mengikutinya. "Find me in your old diary," kata pemuda itu. Meninggalkan rasa penasaran di benak Han...