Beberapa saat yang lalu Hana dibuat terkagum-kagum akan keindahan berbalut kemegahan sepanjang kompleks La Hermosa menuju rumah Rafi. Sekarang matanya lebih berbinar lagi, ketika melihat rumah yang begitu besar dengan halaman sangat luas dengan air mancur di tengah-tengahnya.
Ini bukan kali pertama Hana melihat rumah sebesar dan semegah itu, walaupun hanya sekadar melihat dari televisi. Tetapi ada yang berbeda, rumahnya Rafi dilengkapi dengan sistem IoT (Internet of Things).
Salah satu yang pertama dilihatnya adalah gerbang depan yang otomatis terbuka ketika ada kendaraan yang akan masuk. Di ruang tamu yang tergabung dengan ruang tengah dan mini bar, terdapat robot pembersih debu berjalan dan sebuah alat berbentuk persegi panjang di dekat dinding mini bar yang menampilkan ramalan cuaca.
Hana tak bisa menyembunyikan rasa takjubnya, matanya berbicara banyak. Di depannya, Rafi berjalan santai menuju tangga sambil sesekali melihat Hana di belakangnya. Senyum Rafi merekah ketika ada segaris senyum kecil di wajah gadis itu.
Dari tangga atas terlihat seorang wanita bertubuh tambun dan rambut dicepol. Namanya Bi Minah, pengasuh Rafi sejak umur Rafi tujuh tahun. Wanita itu menyambut Rafi dengan senang sembari menyentuh pundak Rafi. Sudut matanya terlihat membentuk kerutan saat tersenyum.
"Mas Rafi tumben baru pulang," kata Bi Minah. "Sama siapa ini?" Tanya Bi Minah dengan nada menggoda.
"Ini Hana, Bi. Temanku di kampus. Mau mengerjakan tugas kelompok."
Bi Minah mengangguk pada Hana sambil tersenyum dan dibalas Hana anggukan pula.
"Kalau gitu bibi buatin camilan yang uenak buat Mas Rafi dan mbak Hana, ya," kata Bi Minah bersemangat. "Tapi, Mas Rafi ganti baju dulu, ya. Bajunya sedikit basah, nanti kedinginan."
Rafi mengangguk.Bi Minah sangat perhatian dengan Rafi. Sudah dianggap seperti anak sendiri. Begitu pula Rafi yang menganggap Bi Minah seperti ibunya. Semenjak Rafi kehilangan ibunya, Bi Minah selalu bertindak layaknya ibu bagi Rafi. Menasehati, mengingatkan untuk beribadah, belajar ataupun makan, juga menemani Rafi saat ia sedang sedih. Walaupun begitu Bi Minah juga tidak segan untuk bersifat tegas pada Rafi saat sikap pemuda itu sedang bandel-bandelnya.
"Kamarku ada di lantai dua," kata Rafi. Ia memperhatikan Hana yang hanya berdiri mematung dengan mata membulat. Rafi malah terkekeh melihat ekspresi Hana.
"Kok masih di situ? Ayo naik," ajak Rafi.
"Di kamarmu?"
"Iya," kata Rafi. "Kenapa?"
"Tidak di ruang tengah saja?"
"Aku kurang nyaman dengan kursi di ruang tengah, mejanya juga terlalu pendek untuk ukuran kursinya. Lebih baik di kamarku, bisa sambil lesehan di karpet."
Hana berjalan di belakang Rafi mengamati punggung pemuda itu yang tampak lembut dan ramah. Hatinya mendadak hangat mengingat bagaimana sikap pemuda di depannya itu pada dirinya. Sangat lembut dan penuh kegangatan.
Sampai di depan kamar Rafi, Hana masih mematung berdiri di ambang pintu. Sebenarnya Hana risih masuk ke kamar laki-laki. Bukan apa-apa hanya saja ia mulai teringat akan teman laki-lakinya dulu.
"Han?"
"Iya."
"Tidak masuk? Pintunya dibuka saja biar bisa lihat keluar," kata Rafi.
Memasuki kamar Rafi, Hana seperti disambut oleh hamparan taman bunga. Wangi sampai-sampai Hana merasa setelah dari kamar Rafi, pakaiannya akan wangi dalam waktu yang lama.
Kamarnya luas didominasi warna krem dan hitam. Banyak poster-poster band luar negeri yang ditempel di dinding. Di dekat pintu ada sebuah meja panjang dengan deretan piagam penghargaan, piala dan figura foto di atasnya. Perhatian Hana tertuju pada sebuah gitar yang disandarkan pada tempat tidur. Hana ingat gitar itu yang dipakai Rafi saat menyanyi di video youtube-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me In Your Old Diary
Teen FictionHana yang mempunyai kemampuan mengingat yang buruk. Bertemu dengan seorang pemuda bernama Rafi, yang beberapa hari terakhir nampak memperhatikan dan mengikutinya. "Find me in your old diary," kata pemuda itu. Meninggalkan rasa penasaran di benak Han...