3 | It's a Deal

73 11 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


📚

Pada hari-hari setelah ia bertemu pemuda itu, entah secara kebetulan atau bagaimana Hana terus-terusan melihat pemuda itu dimana pun. Pemuda berambut ikal itu pun juga terkadang menyapanya dengan gaya kikuk khasnya itu. Tak terkecuali hari ini, saat Hana akan pergi ke kampus. Di depan kedai roti, ia mendapati Rafi baru saja keluar dari kedai itu dengan membawa kantong plastik putih di tangan kirinya. Mereka berdua sama-sama berhenti dan menatap.

"Selamat pagi, Hana." Pemuda itu menyapanya sambil menampilkan senyum cerah.

Gaya kikuknya sudah sedikit berkurang saat menyapa Hana. Mungkin karena akhir-akhir ini ia sering melakukan ritual menyapa pada Hana. Sedangkan Hana yang disapa hanya mengangguk.

Beberapa hari yang lalu, keduanya juga sudah berkenalan saat kebetulan bertemu di minimarket. Tetapi, secara cepat Hana menegaskan walaupun mereka sudah berkenalan bukan berarti mereka sudah bisa akrab dan jadi teman. Alhasil, sampai sekarang pun Hana juga bersikap apa adanya saat disapa. Kalau bukan mengangguk, ya tersenyum singkat saja.

Hana beralih menatap pria berumur 50-an dan lumayan berotot itu di samping Rafi. Pria itu menyunggingkan senyum ramah padanya. Kalau diingat-ingat kembali, pria itu selalu bersama Rafi. Sewaktu di rumah makan dan di minimarket juga. Hana menerka-nerka, barangkali pria itu bukan hanya sopir pribadinya saja tetapi juga penjaga dan pelayannya? Hana ikut menyunggingkan senyum pada pria tadi.

"Bagaimana kalau kita pergi ke kampus bersama?" Tanya pemuda itu. "Naik mobil." Lanjutnya.

"Terima kasih, tapi aku akan naik bus saja."

Hana melanjutkan perjalanannya ke kampus setelah sebelumnya mengangguk permisi pada pria itu dan Rafi. Namun, tak disangka-sangka pemuda itu malah mengejar Hana dan mensejajarkan langkah.

"Kau mau roti? Rotinya enak loh." Rafi menunjukkan sekantong rotinya di depan Hana. Wajahnya begitu sumringah saat menawarkan roti-roti itu. Sepertinya ia penggemar berat roti.

"Sayangnya aku tidak suka memakan makanan yang manis."
Rafi tak mau menyerah dan terus menawarkan roti miliknya itu.

"Yang seperti pizza juga ada kok, ada saus, sosis sama lada hitamnya juga. Jadi rasa manisnya bakal berkurang."

"Rafi, kau berbakat sekali jadi sales. Sudahlah, makan saja rotimu. Lagipula aku sudah sarapan."

Pemuda itu diam karena kehilangan topik pembicaraan. Ia terus menatap sepatu dan jalanan saat menuju ke halte bus.

"Bagaimana dengan bapak yang tadi? Kau diperbolehkan begitu saja berjalan kaki seperti ini?" tanya Hana.

"A.... Anu itu, sebenarnya ayah bakal marah kalau sampai tahu. Tetapi pak Zainal itu bukan tipe pengadu, jadi tidak apa-apa."

Find Me In Your Old DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang