Mengenai kejadian di taman siang tadi yang terus berputar di otaknya, Arya hanya bergeming menatap sepiring nasi uduk di depannya tak selera. Windy yang merasa tak enak hati mencoba mengajak pemuda itu berbicara.
"Arya, kenapa gak dimakan?"
"Enek."
"Lo sakit?"
"Hati gue."
Windy mendengkus setelah percakapan singkat dengan Arya. Sekarang, ia jadi tau ada apa gerangan pemuda itu tak berselera makan. Padahal, biasanya sehambar apapun rasanya, bakal dilahap oleh pemuda itu. Windy berhenti mengunyah dan meletakkan sendoknya lalu meminum segelas air putih. Ditatapnya Arya gemas.
"Lo cemburu?"
"Gak."
"Lo tau sendiri, kan? Walaupun gue ini emang suka liatin cogan-cogan. Tapi, gue gak pernah sedikitpun berniat berpaling dari lo."
"Jadi, si Rafi itu ganteng gitu di mata lo?"
Windy mengangguk, "tapi, jelas gantengan lo. Lo kan boyfriend gue."
"Hilih."
Arya masih tak minat dengan makanannya. Ia kesal bukan main. Memang, Arya itu tipe pencemburu. Sekali sayang, tidak akan berpaling.
Arya tak ingin berlama-lama lagi duduk berhadapan dengan Windy. Ia ingin merilekskan otaknya sejenak. Windy yang melihat Arya beranjak dari tempat duduknya, bertanya penasaran.
"Arya, mau kemana?"
"Mau nge-band, udah ditungguin sama temen-temen."
"Tadi, katanya free."
"Mendadak, sih. Gue pergi dulu."
Windy menghela nafas, tiba-tiba tubuhnya lesu. Ia kemudian menyudahi santap siangnya. Lalu menuju kelas lebih awal untuk mencicil mengerjakan tugas.
Untuk beberapa saat ini, Windy akan membiarkan Arya untuk sendiri. Barangkali, Arya juga butuh rehat sejenak dari hubungan yang telah dijalin keduanya selama kurang lebih dua tahun itu.
***
Berhubung sudah tidak ada kelas lagi, Rafi dan Hana pergi ke sebuah cafe. Namanya Ferary (cafe & library). Sesuai namanya, Cafe itu menyediakan buku-buku untuk dibaca oleh para pengunjung. Cafe yang jaraknya hanya beberapa meter dari kampus itu baru saja opening dua hari yang lalu.
Minimalis, rapi, dan eye catching. Banyak bunga menjuntai dari dalam pot yang disusun vertikal di terasnya. Dindingnya menggunakan batu-bata merah yang dibiarkan apa adanya. Di dalamnya ada meja-meja berbentuk bundar dengan kursi berjumlah dua sampai tiga. Lalu, rak-rak buku kecil yang diletakkan di dekat dinding.
Ketika masuk ke dalamnya, aroma rosemery akan seperti memenuhi hidung. Mendadak tubuh merasa rileks dan menghangat. Sangat pas untuk bersantai.
Rafi dan Hana duduk berhadapan. Meja bundar di antara keduanya sudah tersaji sepiring souffle dan sepiring cakwe keju. Serta secangkir kopi cappucino dan secangkir teh chamomile.
Masih dalam suasana canggung, keduanya saling tatap dan hendak angkat bicara. Namun, mereka urungkan. Rafi menyesap tehnya untuk mengurangi rasa canggung.
"Aku pikir kita bisa berbicara lebih santai setelah meminta maaf," kata Rafi.
"Apa perlu aku mengejekmu lagi supaya kita punya topik pembicaraan?"
Rafi malah terkekeh mendengar candaan --atau mungkin bukan candaan-- itu dari Hana.
"Kurasa ada topik lain. Tugas kelompok kita belum dikerjakan sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me In Your Old Diary
Novela JuvenilHana yang mempunyai kemampuan mengingat yang buruk. Bertemu dengan seorang pemuda bernama Rafi, yang beberapa hari terakhir nampak memperhatikan dan mengikutinya. "Find me in your old diary," kata pemuda itu. Meninggalkan rasa penasaran di benak Han...