8. Masa Lalu Masih Membelenggu

2.5K 253 28
                                    

"Plis Win, ajarin gue pake makeup," ucapnya pada layar ponsel.

"Cieee, yang mau pergi reunian. Ati-ati, Kak. Biasanya reuni SMA punya kutukan CLBK. Kalau nggak CLBK ya, tempat cari jodoh. Ha ha ha..." Winnie tertawa terbahak-bahak, membuat Cori meringis malu.

Posisi Winnie memang kasir, dan walaupun terjadi kejomplangan sosial jika dilihat dari segi usia, jabatan, grade, hingga gaji, tapi persahabatan mereka melebihi semua itu. Mereka saling memahami, mereka saling mengerti, dan berusaha untuk ada satu sama lain. Hal berharga semacam ini yang tidak Cori dapat dari teman-teman sejawatnya yang lain di kantor.

"Mas Arga nggak tergantikan. Lagian, mau CLBK sama siapa? Gue nggak punya pacar waktu SMA."

Winnie mencebik. "Diiih, cinta mati dia. Iya deh, iya. Gue doain semoga langgeng dan enggak akan tergoda sama gebetan waktu di SMA."

"Gebetan? Mana ada."

"Maca ciii?" goda Winnie penuh kemenangan.

"Enggak ada. Period. Titik. Cepetaaan mulai tutorialnya."

Winnie tidak tahan untuk terbahak-bahak. Setelah tawanya reda, barulah dia mulai bicara lagi. "Lo udah siapin kosmetik yang gue chat kan, kak?"

"Udah. Gimana cara pakenya? Gue nggak ngerti."

Kening Cori mengkerut memandang benda-benda asing di tangannya. Soalnya, saban hari Cori cuma pakai pelembab, sunscreen, dan bedak tabur. Last but not least, lipbam yang ada warna dan aroma buahnya.

Winnie berubah serius memandang wajah rekan kerjanya yang tampak tersesat. Maka dia hadir untuk menuntun Cori ke jalan yang benar.

"Kakak udah bersihin muka dan apply pelembab, kan?"

"Udah."

"Sekarang lo simak baik-baik setiap step yang bakal gue sebutin demi wajah flawless, walaupun nggak pake pun lo udah flawless sih, Kak."

Cori mendengkus geli. "Wiiin, mulai aja napa?"

"Jiah, ada yang malu-malu."

Ketika Cori akan menimpali, cepat-cepat Winnie bicara. "Gue akan menerangkan step yang akan lo praktekin. Setelah itu lo ikutin cara gue makeup. Oke?"

"Oke."

"Pertama pake krim yang itu, Kak." Cori menunjuk botol foundation. "Ho'oh. Kakak ada beauty blender?" Cori menggeleng. "Nggak masalah! Pake jari telunjuk dan jari tengah Kakak juga bisa. Pump secukupnya buat wajah Kakak. Selanjutnya kasih dikiiit aja concealer di area kantong mata sama bekas jerawat. Biar masa lalu Kakak tersamarkan. Habis itu pake bedak, nggak perlu mubazir lah asal rata. Ngalis, dikit aja koreksinya, soalnya alis mata lo udah bak semut hitam beriring, Kak. Trus kasih eye liner tipis-tipis. Mascara aplikasiin secukupnya, soalnya bulu mata lo udah cetar dan mampu menghadang ombak di lautan. Blush on tipis di area tulang pipi biar merona dan terakhir... Lip Matte Cream nude. Beuh, nomer 05 tuh, cakep banget di bibir Kak Cori. Mau di ombre nggak, Kak?"

"Ombre?"

"Entar gue tunjukin cara buatnya. Pertama, foundation." Winnie mulai meratakan krim di wajahnya, Cori menirunya di depan meja riasnya.

Cori ingin tampil cantik hari ini. Siapa tahu dia bisa terbiasa dengan semua alat-alat makeup ini. Bosan juga tahu bila dijadikan sasaran ghibah oleh Moza. Penat menjadi bahan tertawaan Marzuki terus-menerus.

Dan sejujurnya, dia sendiri tertekan dengan pernyataan judgmental yang dia buat, bahwa selama ini hidupnya tak berarti.

Jangan-jangan Moza dan Marzuki ada benarnya. Cori meringis pilu.

A Healing Journey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang