38. Moza, Si Maha Benar

1.4K 163 17
                                    

Ehem, tebakan kamyu enggak ada yang bener 😆

Selamat mencari jawabannya di Bab ini
\( ö )/

---

"Win, alamat Cori di Kompleks Nuri 1, kan?" Moza menghadang Winnie ketika dia akan naik ke lantai dua.

"Iya, Kak."

"Cori di kluster Kepodang, kan?"

"Iya."

"NAH!"

Winnie terkejut sampai memegang dadanya.

"Lo apa-apaan sih, Kak? Deket sama lo bikin umur gue berkurang lima tahun," kesal Winnie.

"Iya iya gue minta maaf."

"Dimaafin," katanya cepat. "Emang... kenapa Kak Moza tanya alamat Kak Cori?" tanya Winnie curiga.

"Lo mau tahu apa yang aneh dari alamat Cori?"

Winnie jadi mengurungkan niatnya menaiki undakan tangga, lalu mendekati Moza dengan rasa penasaran yang memuncak.

"Emang apa, Kak? Nggak ada yang aneh seinget gue."

"Ck! Ini anak pasti enggak tahu. Pak Malik sama Cori sama-sama tinggal di Kluster Kepodang, Win!"

"Heee? Imposibel. Enggak mungkin."

"Apa sih yang nggak mungkin di dunia ini?" Moza memutar bola matanya.

"Kenapa Kak Cori enggak pernah cerita ke gue?"

"Sengaja, kali?" Mata Moza menyipit curiga.

"Emang Kak Moza tahu dari mana alamat Pak Malik?"

"Gue kebetulan nemu paket Pak Malik di meja sekuriti." Winnie mengangguk-angguk.

"Eh tapi, apanya yang aneh? Menurut gue biasa aja. Berarti mereka tetanggaan. Selesai perkara."

"Jangan-jangan mereka tinggal berdu--"

"Kak Moza! Kalo ngomong ati-ati dong," sela Winnie.

"Tapi menurut gue ada yang aneh dari mereka, deh," ibuh suara di belakang mereka.

Dua pasang mata itu menoleh pada Marzuki yang baru datang, lengkap dengan jaket kulit dan tentengan helm racing yang tidak bisa ditinggal sembarangan di parkiran.

"Kenapa lo bilang begitu, Ki?"Lagi-lagi mata Moza menyipit curiga.

"Soalnya..." Pria itu sengaja berhenti dan kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan seperti pencuri yang hendak menyambar target diam-diam.

"Soalnya?" ulang Winnie.

"Soalnya apa, Juki?" tanya suara berat dari arah ruangan kepala cabang Legenda.

"Astaga naga! Bapak ngagetin!" teriak Marzuki.

"Yah Bapak. Bapak gangguin aja nih," protes Moza. "Juki lagi serius, Pak."

Yusuf bukan sedang kehilangan wibawa sebagai pemimpin cabang, tapi kepribadiannya yang friendly membuatnya sedekat itu dengan stafnya.

"Kalian! Ngobrolin apa, sih? Serius amat." Yusuf nimbrung tanpa diundang. Radar gosip Yusuf berdiri tinggi bagai tower provider seluler.

Tidak karyawannya, tidak bosnya, penyakit ingin tahu sudah menjangkiti semua lapisan hirearki di PT. Sejahtera Bersama.

"Itu lho, Pak. Kita baru tahu kalau Cori dan Pak Malik tetanggaan."

A Healing Journey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang