44. Phone A Family

1.3K 171 22
                                    


"Mau berangkat?"

"Belum. Ini lagi sarapan, Pa," tutur Cori pada earbuds-nya.

"Perginya sama Ben?"

"Iya. Dia lagi panasin mobil deh kayaknya. Gimana resto Papa?" tanyanya disela-sela sarapan salada romaine, tomat ceri, dada ayam dan potongan roti panggang dengan dressing minyak zaitun, garam, dan lada.

Cori makan dedaunan pemirsah! Sebuah kemajuan meski mencobanya butuh tekad yang enggak main-main. Cori tidak suka daun hijau, cori tidak suka tumbuhan berklorofil. Namun, dia sudah bertekad untuk berteman dengan mereka. Dan pertemanan ini dimulai dengan menyukai selada romaine, kesukaan mamanya.

"Sebentar lagi sibuk. Kami sedang mempersiapkan menu-menu untuk makan siang. Kamu butuh sesuatu? Apa perlu Papa ke sana? Ben baik padamu? Dia enggak macam-macamin kamu kan, Nak?"

"Easy, Chef. One question at a time, please." Cori terkekeh. Pertanyaan Super Dad-nya yang selalu kelewat protektif tidak pernah membuatnya tersinggung.

"Maafkan Papa. Ketidahadiran kamu membuat Papa suka menebak kelewat jauh. Papa enggak bisa melihat kamu secara langsung, itu sebabnya."

"Cori baik-baik aja, Pa. Abang enggak berani macam-macam sama anaknya Sudjana. Percaya sama Cori."

"Kalau memang begitu, Papa bisa tenang."

"Gitu dong."

"Jadi kapan kalian mau menikah? Udah punya rencana tahun, bulan, atau tanggal, mungkin? Ben sudah ajak kamu bicara dengan Popy?"

"Semua jawaban Papa belum semua," tukasnya. Suaranya mulai terdengar jauh...

Abang memang belum pernah bahas Bunda ke aku, sih. Kenapa, ya?

Helaan napas keluar begitu saja dari ujung telepon. Cori jadi bertanya-tanya.

"Ada apa, Pa?"

"Apa karena masa lalu keluarga kita?" Cori langsung paham apa yang Sudjana maksud.

"Alhamdulillah Abang terima Cori dan sejarah keluarga kita, Pa. Papa jangan khawatir," ucap Cori malu-malu.

"Benar?"

"Yes, Chef."

"Syukurlah. Papa pikir Ben...seperti mantan kamu itu." Geraman rendah ditangkap oleh Cori. Cori paham perasaan papanya. Sangat.

"Doakan kami ya, Pa."

"Selalu, Nak. Selalu."

Bunda...merestui aku dengan anak Bunda, kan?

***

"Bon, menurut kamu Kak Cori gimana orangnya?" Ben memanfaatkan waktunya yang sempit di jalan raya menuju Kantor Cabang Sei Panas.

"Baik banget orangnya." Suara Boni langsung meninggi di pendengaran Ben. "Kemarin aja Bunda baru dikirimin roti khas Tarempa. Apa tuh Bang namanya? Yang isinya abon ikan."

A Healing Journey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang