21. Dua Generasi Sudjana dan Plus Satu-nya

1.7K 182 14
                                    

"Maafkan Papa..."

Cori terpaksa mengangkat kepalanya yang sudah nyaman menyandar di bahu Sudjana.

"Kenapa Papa minta maaf?"

Suara Sudjana yang berubah serak dan sendu membuat Cori menegakkan tubuhn dan memutar badan sepenuhnya pada Super Dad-nya.

"Mungkin Arga meninggalkanmu karena dosa kami dulu," ucapnya putus asa.

"Papa tahu itu nggak benar!" Cori benar-benar tidak terima. "Papa sudah menebusnya dengan tidak pernah meninggalkan Cori sepicing mata pun dan dengan menjadi orang tua terbaik untuk Cori. Enggak ada hal yang lebih baik di dunia ini selain Papa yang selalu ada untuk Cori. Jadi Cori mohon, jangan salahin diri Papa. Masa lalu Papa nggak memengaruhi jalan hidup Cori. Kandasnya hubungan kami bukan gara-gara masa lalu Papa, Pa," mohon Cori.

Helaan napas lelah keluar begitu saja dari mulut Sudjana. Dia pikir, dia telah selesai dengan masa lalu. Sudjana pikir, dengan merawat Cori dengan cara terbaik yang bisa dia usahakan, Sudjana bisa meneruskan hidupnya dengan hati lapang. Namun, ternyata masa lalu itu terus membayangi ke mana pun dia bergerak di muka bumi dan... dampaknya yang tidak main-main telah mempermainkan kehidupan putri satu-satunya.

Tangan tua itu mengusap puncak kepala Cori dan berlama-lama di sana.

"Apa dia pergi karena... statusmu?"

"Ya Tuhan, ini lagi." Cori memutar bola matanya.

Enggak bisa dibiarin!

Cori memutuskan mematikan televisi dan fokus seribu persen pada papanya. Cori memang sedang berduka, tapi dia tidak mau membuat papanya ikut bersedih karena dirinya.

"Kan udah Cori bilang, Mas Arga milih orang lain ketimbang Cori karena... fisik Cori, Pa. Lihat Cori." Cori menyapu tubuhnya dengan sekali lambaian tangan. "Bukan berarti Cori nggak mau berubah. Cori mau banget malah. Tapi... "

Nggak semudah itu, Pa...

"I've told you so many times, Young Lady! There is nothing wrong with you and your body, Coriander! Yang penting adalah kamu sehat fisik dan mental. That's all matters. Papa tidak suka kamu  merendahkan dirimu seperti ini." Urat rahangnya mengeras. Sudjana harus mengubah pikiran pendek anaknya bagaimanapun caranya.

"Tapi itu kenyataannya." Cori mengangkat kedua bahunya ringan.

"He just doesn't deserve you at all, my precious one. Hanya berarti satu hal, dia memang tidak pantas untuk  anak Papa. Titik!"

"Yeah, mungkin."

Giliran Sudjana yang tidak terima ketidakpercayadirian anaknya. Hatinya makin tersemas karena tahu anaknya mengusap mata yang sudah sembab dengan lengan baju.

"Cori..."

"Hm?"

"Percayalah, akan ada seseorang yang tidak akan memandang fisikmu dan... masa lalu Papa. Dia hanya... belum muncul dihadapanmu, Nak."

***

Dua hari ini Sudjana mengamati Cori bolak-balik kulkas dan kompor demi memasakkan mereka sarapan sederhana: nasi goreng telur dadar, kesukaan Sudjana. Walaupun begitu banyak resep fantastis dengan kesulitan tingkat tinggi baik dari Indonesia maupun mancanegara yang pernah Sudjana buat, tapi tetap saja, telur dadar dan nasi goreng adalah makanan paling ultimate di lidahnya. Sederhana, namun kaya rasa. Murah, tapi rasa tak kalah bergengsi dengan makanan mahal. Dan yang paling penting, siapa yang memasaknya.

"Ben nggak diajak sarapan bersama?" tanya Sudjana ketika piring-piring nasi mengepul terhidang apik di meja makan minimalis Cori.

"Tapi mata Cori lagi sembab Pa. Gara-gara curhat semalam. Nih." Gadis yang berubah kekanak-kanakan bila di depan Papanya itu menunjuk matanya yang membengkak.

A Healing Journey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang