Bab 1

31 14 79
                                    

Judith menatap ke belakang, pada bangunan yang semalam menjadi tempat dimana ia tertawa bersama teman - temannya.

Judith dapat merasakan angin dingin yang menyapu kulit, rambutnya yang sudah berantakan masih saja diraba dengan lembut.

Padahal Fajar akan segera datang, namun Judith tidak merasa senang sama sekali.

Sebenarnya, apa yang salah?

***

Judith keluar dari kelas dengan langkah tegap seperti biasa. Dari luar ia memang tampak baik - baik saja, berdiri kokoh setelah berdebat panjang dengan teman sekelasnya di pelajaran Mrs Hoobin hingga suaranya serak.

Judith bukan orang yang mudah digoyahkan hanya dengan beberapa patah kata. Untuk menunjukkan bahwa hipotesanya lebih mendekati realita daripada milik lawan.

"Judith!!!"

Teriakan cempreng itu menusuk telinga Judith, ia tahu siapa pemilik suara ini. Judith hendak menoleh ke belakang tetapi ia lebih dahulu ditabrak hingga hampir terjatuh.

"Camilla!" ucap Judith setengah membentak karena terkejut.

Camilla tersenyum centil seakan tidak mendengar perkataan Judith, Camilla mengibas rambutnya ke belakang. Berbeda dengan Judith yang memakai pakaian serba coklat hari ini, Camilla mengenakan rok pink selutut dengan kaos lengan pendek sewarna buah peach.

Camilla tampak tidak menenteng benda lain selain dua carik kertas di tangan.

"Suaramu serak, kau tidak apa - apa?" tanya Camilla menyadari bahwa suara sahabatnya berbeda dari biasanya.

"Tidak apa - apa, ini sudah biasa," sahut Judith sambil tersenyum, menunjukkan bahwa ini bukan masalah baginya. Walau sebenarnya ia ingin marah – marah karena Camilla yang tidak hati – hati dan hampir mmbuat mereka terjatuh.

"Syukurlah," ucap Camilla sambil mengelus dada, lalu menyamakan langkah kakinya dengan Judtih yang berjalan lebih cepat.

"Bagaimana denganmu? Kudengar kau akan ikut resital akhir agustus nanti, Mouran tidak memarahimu lagi kan?" tanya Judith basa basi.

"Dia? Memarahiku? Aku akan menunjukkan permainan terbaikku minggu depan, aku pastikan dia akan berlutut," sahut Camilla, lalu mengibaskan tangannya, "Bocah itu akan menyesal karena meremehkanku!"

Mereka berbelok menaiki tangga, beberapa mahasiswa melirik mereka.

"Dan kau Judith, kau harus mengurangi kesibukanmu, nilai sempurna itu memang bagus, tapi jangan lupa istirahat." Camilla menasehati.

Judith tersenyum kalem sambil berkata, "Aku akan menyelesaikannya dengan cepat, lalu mengambil libur musim panas yang panjang."

"Nah begitu dong!" sahut Camilla senang.

Pintu otomatis terbuka ketika mereka berdua berada di depan perpustakaan.

Beberapa pasang mata melirik, Camilla mengibaskan rambutnya lalu menggandeng Judith masuk ke dalam. Mereka mengambil tempat di meja dekat rak sastra Yunani. Di sebelah pemuda yang tidur dengan nyenyak. Baju kebesaran berwarna

Judith meletakkan tasnya di atas meja, lalu mengeluarkan laptop tipis yang warnanya telah pudar. Sedangkan Camilla masuk di antara rak buku fiksi.

Judith juga mengeluarkan Snack bar, lalu menepuknya ke pipi pemuda yang tidur di sebelahnya.

"Ughh... Sebentar...." keluh si pemuda.

Pemuda itu menggeliat, mengeluarkan wajahnya dari balik lengan. Kedua matanya yang berwarna hijau sejenak menghipnotis Judith.

"Oh, darling," sapanya lalu menguap sebentar, menyadari bahwa sang kekasih, Judith, sedang berada di sampingnya

"Kau tidak boleh tidur di sini," ucap Judith, memperhatikan Mario yang membuka snack bar yang diberikan Judith. Lalu memakannya dalam sekali gigitan.

"Aku lelah," keluh Mario, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Judith.

Judith membiarkan Mario terlelap, pemuda itu pasti baru selesai dengan kelasnya sama seperti Judith. Namun yang membedakan setelah kelas selesai Judith dapat waktu luang sedangkan Mario hampir tidak memilikinya. Jadi wajar melihat Mario nampak lelah dan mencuri waktu untuk istirahat .

BRUK!

Setumpuk brosur serta majalah diletakkan di atas meja oleh Camilla, gadis itu sepertinya telah menyapa beberapa mahasiswa yang memperhatikannya sejak masuk ke dalam perpustakaan.

"Kau mendapat ini darimana?" Tanya Judith

"Aku mendapatkannya dari anak - anak," jawab Camilla, "Padahal aku hanya mengatakan bahwa aku punya banyak waktu luang musim panas nanti."

Kebanyakan brosur yang berisi iklan liburan, serta event yang terlihat menyenangkan untuk diikuti. Judith mengambil gambar salah satu brosur tersebut.

"Aku juga ingin liburan," gumam Judith

Setelah sekian banyak waktu yang ia habiskan untuk mendapatkan nilai terbaik di kelas, Judith ingin menghibur dirinya yang penat dengan

Tiba - tiba saja Mario memeluknya, Judith mengira kalau Mario masih tidur. Pemuda itu menyapu pipi Judith singkat.

Duh! Dasar lelaki!

Tapi Judith menyukainya sih.

"Hm? Tinggal liburan saja, musim panas nanti kau senggangkan? Mari liburan saat itu." usul Mario, memperhatikan brosur yang dipegang oleh Judith. Sebuah brosur yang berisi iklan paket liburan di Panama.

"Iya liburan! Bersama! Pasti seru!" Timpal Camilla semangat.

"Bersama...." gumam Judith

Mendengar kata bersama, Judith tiba - tiba teringat dengan masa kecil mereka, ketika mereka berkumpul bersama. Kalau diingat – ingat sudah sangat lama sejak mereka berkumpul.

Kapanya? Waktu perpisahan di sekolah dasar?

Sisanya mereka saling bertemu di sela liburan musim panas, tapi tidak perah lengkap. Ada saja satu orang yang absen, padahal mereka sudah berjanji akan berkumpul bersama setiap liburan musim panas.

"Bagaimana kalau kita mengajak yang lain juga? Kita sudah lama tidak bertemu bukan?" usul Judith

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang