29

3 1 0
                                    

Lily menatap kepala Judith yang menggelinding ke kakinya. Sosok ibu Judith yang ada di sampingnya lalu menghilang.

"Aku tidak percaya hidup kalian baik - baik saja setelah apa yang telah kalian padaku!"

Lily menginjak - injak kepala Judith.

"Hiks! semua ini gara - gara kalian! gara - gara kalian!!"

Lily berhenti menginjak - nginjak kepala Judith saat ia merasa emosinya sudah keluar semua.

Lily memegang erat botol alkohol. Tali cahaya dengan bentuk X muncul dan mengelilingi Lily.

"Pengadilan telah berakhir!"

***

Lily Armisael, anak perempuan yang baik dan polos, serta memiliki mata yang berwarna biru muda yang unik. Ibunya bilang kalau mata Lily sangat mirip dengan mendiang ayahnya.

Ia adalah anak tunggal, Ibunya menjadi single parent sejak ayahnya meninggal karena kecelakaan.

Meski diasuh oleh ibunya seorang, Lily tidak pernah merasa tidak bersyukur. Lily tidak memiliki banyak keinginan, ia hanya ingin menjalani hidup secukupnya dan dikelilingi oleh orang - orang tersayangnya.

Lily anak yang pemalu, mungkin itu sebabnya ia tidak memiliki banyak teman. Sepanjang hari yang dia lakukan adalah mengintili ibunya kemana pun.

Beruntungnya ibu Lily bisa mengerjakan sebagian besar pekerjaannya dari rumah. Jadi beliau tidak terlalu pusing dengan tingkah Lily yang selalu mengikutinya.

Lalu ketika Lily sudah beranjak besar sedikit dan sudah bisa membaca dengan lancar, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca buku.

Dan ibunya kini tidak lagi khawatir kalau pergi bekerja dan harus meninggalkan Lily dengan sepasang kakek nenek yang tinggal di samping rumah mereka.

Meski tidak memiliki hubungan darah, pasangan Coffin sangat menyayangi Lily seperti cucu mereka sendiri.

Mungkin karena usia mereka sudah mulai senja dan cucu - cucu mereka kebanyakan tinggal di luar kota serta jarang menengok pasangan Coffin.

***

Memasuki usia sekolah, tidak lantas membuat Lily yang pemalu menjadi anak yang periang.

Meski sangat antusias dengan sekolah, Lily masih susah untuk menyapa teman sekelasnya. Terkadang sapaannya tidak dijawab. Mungkin karena suara Lily yang kecil.

Namun sejak mengenal Judith Lily merasa kalau kehidupan sekolahnya berwarna, apalagi temannya mulai bertambah satu persatu.

Lily tidak lagi merasa sendiri.

Mereka sering bermain bersama, atau pergi ke kantin bersama. Walau terkadang ia merasa tidak nyaman, Lily masih tetap bahagia.

yah, namanya pertemanan tidak selalu dibumbui dengna yang manis - manis bukan?

Itulah yang Lily percaya.

Meski terkadang ia harus merelakan makannya diambil oleh Kevin. Dibentak oleh ale saat mood anak itu tidak bagus.

Saat Camilla menyerobot antriannya, saat Louise mengejeknya kampungan.

lily percaya kalau itu hanya sesaat. Lagi pula mereka masih anak - anak bukan? Masih ada banyak waktu untuk memperbaiki diri dan berubah.

***

"Bagaimana kalau liburan nanti kita pergi ke Villa punya John?!"

Mereka berdelapan sedang mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan untuk menghabiskan liburan musim panas.

Mario mengusulkan bagaimana kalau mereka pergi ke villa baru milik John.

Mereka semua setuju, apalagi John, anak itu yang paling sulit untuk diajak bermain keluar karena ia lebih suka ada di dalam rumah.

Lily juga sangat bersemangat. Ia bahkan memakai baju one piece yang baru dibelikan oleh ibunya minggu lalu, dan belum pernah ia pakai.

Sepert yang Lily bayangkan mereka bersenang senang di villa itu. Ada banyak camilan dan juga mainan. Meski dengan piyama dengan corak sapi dan muka bantal.

Mereka juga bermain bola bisbol.

Namun saat Alex memukul bola bisbol mereka malah masuk ke dalam kolam.

"Lily! ambil bolanya!' ucap Alex

"Ke-kenapa aku?" tanya Lily

Dia agak takut mengambilnya, apalagi bola tersebut masuk ke dalam kolam di belakangnya.

"Ayo ambil! kau kan dekat dari sana!' ucap Mario

"Iya! ayo cepat Lily!" ucap Camilla

"ta-tapi..."

"Kau kan yang paling jago renang!" sahut Judith

Duh! semua teman - temannya menyuruhnya untuk mengambil bola bisbol itu. Meski dalam hati Lily tidak ingin mengambilnya, ia tidak bisa untuk menolak.

Jadi Lily memberanikan diri untuk masuk ke dalam kolam yang nampaknya lebih dalam dari yang ia kira. Lily harus menyelam untuk mengambil bola bisbol. Beruntung air di kolam tidak telalu kotor sehingga Lily bisa melihat bola itu dengan baik.

Meski sempat sulit bernapas Lily bisa berenang ke permukan dan kembali bermain dengan teman - temannya.

Namun ada satu hal yang tidak ia sadari.

Ketika ia pulang, ibunya tidak bisa melihat dirinya, padahal lily ada di depan ibunya. 

Lily pun sadar bahwa setelah turun dari mobil Louise, dan matahari benar - benar tenggelam.

Ia sudah tak bisa dilihat oleh siapapun.

Ia sudah mati, tenggelam di kolam itu.

Dan tidak satupun dari teman - temannya yang menyadari hal itu.

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang