Bab 2

18 14 64
                                    

Judith menyelesaikan tugas yang diberikan dengan cepat-lebih cepat dari sebelumnya, hingga Mr Coffin heran sekaligus kagum pada Judith. Ia mengatakan bahwa Judith adalah mahasiswi terbaiknya. Judith hanya menanggapi pujian Mr Coffin dengan ucapan terima kasih dengan senyuman ramah.

Judith melepas ikatan rambut dan membiarkannya tergerai. Cardigan merah muda ia rapikan, helai cokelat miliknya bergoyang seirama dengan langkah kaki Judith.

"Judith kau sudah menyelesaian kelas Mr Coffin ya?" tanya Emille,

Mereka berdua bertemu di cafeteria, Judith berniat untuk membeli sepotong roti dan Emille sedang membawa pesanan miliknya dan teman - temanya. Kentang goreng, roti isi , serta cola.

Judith membantu Emille membawa tumpukan makanan itu ke meja bundar dimana dua orang mahasiswi sedang sibuk dengan ponsel masing- masing.

"Ya, aku ingin liburan panjang musim panas nanti." Jawab Judith, ia memindahkan tumpukan roti isi yang ada di nampan Emille ke nampan miliknya.

"Enaknya... aku juga ingin liburan panjang, tapi apa daya, aku harus magang bulan depan untuk menutupi nilaiku," kata Emille

Begitu mereka tiba di meja, Emille meletakkan nampannya dengan keras, menganggetkan dua gadis yang duduk di sana.

"Astaga Emille!"

Gadis dengan kuncir kuda dan kacamata tebal, Min Ci, mengumpat dan hampir menjatuhkan ponselnya. Sedangkan adis dengan rambut potongan pendek di depannya tidak tekejut.

"Hai Judith," sapa Claire lalu mencomot satu roti isi yang ada di nampan yang dibawa Judith, "Emil kau tidak boleh marah, kan kau yang kalah tadi," lanjut Claire

"Iya,iya,by the way, thanks Judith, sudah membantuku membawa makanan para babi ini." kata Emille

"Sama - sama," sahut Judith

Judith duduk semeja dengan Emille, Min Ci, dan Clarie sambil mengobrol, menanyakan kabar, dan bergosip. Judith duduk di samping Emille sedangkan di seberang mereka Min Ci dan Clarie.

"Hah... menyebalkan sekali, aku harus satu kelompok dengan bocah itu." keluh Min Ci

"Bocah? Siapa?" tanya Judith menopang dagunya dengan tangan

"Siap lagi kalau bukan Yeri!" sahut Emille dengan mulut penuh kentang.

"Yeri?" beo Judith, lalu membersihkan remahan kentang yang jatuh

"Iya! Cih! Aku masih tidak percaya dia punya muka." kata Emille, "Setelah kesalahan besar it dia-"

Judith menutup mulut Emille ketika menyadari bahwa ada seorang gadis dengan tampilan nerd memasuki area kantin, melewati mejea mereka. Rambutnya tampak berantakan, dan tidak ada gairah sama sekali di tatapannya.

Emille dan Min Ci melirik gadis itu dengan tatapan tidak suka. Beberapa orang yang ada di kafetaria juga melakukan hal yang sama.

Gadis itu duduk di meja paling pojok yang jauh dari pandangan mereka.

"Huh! Kenapa Judith? Biar saja dia mendengarnya." kata Min Ci, saat Judith melepas tangannya dari mulut Emille

"Iya! Lagian dulu kau jadi korbannya, untuk apa kau baik dengannya? Dia itu tidak tahu terima kasih." kata Emille sambil melipat tangannya.

"Ah tapi-"

"Judith, kau dicari," potong Claire sambil menunjuk pintu cafeteria, dimana Mario berdiri sambil tersenyum, melambaikan tangan saat Judith menoleh padanya.

"Cie..." goda Min Ci

"Kalau begitu aku duluan, sampai bertemu lagi!" ucap Judith

"Sampai nanti!" balas Emille

"Cium! Cium!" teriak Min Ci ketika Judith sudah ada di depan Mario.

"Teman - temanmu?" tanya Mario pada Judith

"Tidak usah pedulikan mereka," ucap Judith lalu mendorong Mario keluar dari kafetaria, Judith sadar tatapan sebagian besar mahasiswa yang ada di kafetaria kepada mereka karena teriakan Min Cin.

"Memangnya kenapa?" tanya Mario lalu menyapu bibir Judith sebentar.

"Kau ini!" ucap Judith sambil memukul bahu Mario

"Kau ingin lebih? Nanti malam ya!" goda Mario

"Sudah! Sudah! Dasar kau ini!" kata Judith

***

"Kalian lama sekali." komentar Camilla ketika Mario dan Judith tiba di apartemen gadis itu.

"Ya, namanya juga orang sibuk," balas Mario langsung masuk dan tiduran di sofa.

"Dasar tidak sopan," kata Camilla lalu menutup pintu apartemen ketika Judith masuk ke dalam.

Apartemen Camilla cukup besar untuk ia tinggali sendiri. Ruang tengahnya juga cukup luas dengan tiga buah sofa empuk, sebuah meja, TV layar lebar dan tentunya karpet besar yang tarasa lembut di kaki.

"Tunjukkan sopan santunmu dasar!" ucap Judith sambil menjewer telinga Mario

"Ma-maaf darling..."

"Haha.. tidak apa - apa, aku ambilkan minum okay?"

Camilla masuk ke dalam dapur, meninggalkan Judith dan Mario di ruang tengah. Judith duduk di samping Mario, lalu mengambil laptop dan memangkunya.

Judith membuka aplikasi skype lalu menulis sebuah pesan di dalam grup chat.

<<Group:Tiktakt00e>>

>JudithE

Hi Guys! Apa kabar? Ada yang luang musim panas nanti? Ayo kita liburan!

Mario bangkit dari rebahannya ia menoleh pada laptop, Camilla datang, menaruh nampan yang berisi es jeruk dan biskuit di atas meja depan sofa, lalu duduk di samping Judith.

"Ini pasti menyenangkan," ucap Camilla

"Pasti, oh ya, nanti kita bakal liburan kemana? Pantai?" usul Mario, mengambil gelas jeruk yang tersaji di depannya.

"Tidak, tidak itu terlalu biasa," sahut Judith

"Bagaimana kalau pergi mendaki? Berkemah di kanada? Aku punya kenalan di Ontario yang siap mengantar kita kemana saja." kata Camilla bersemangat

>Lily

Tentu! Aku suka itu! Kita akan pergi liburan kemana?

"Heh?! Lily?! Lily!"

Camilla menepuk - nepuk bahu Judith dengan senang.

"Akhirnya! Setelah setahun dia online lagi!" ucap Camilla

"Kau berlebihan ah," ucap Judith

Lily adalah sahabat mereka, mereka sudah dekat sejak sekolah dasar, mereka bahkan selalu pergi bersama - sama. Lily adalah anak yang polos dan baik hati. Judith sangat nyaman berteman dengan Lily, namun sayang Lily harus pindah sekolah karena orang tuanya dipindahkan tugas.

Mereka jadi jarang bertemu, dan Lily sangat jarang bertukar email.

>JudithE

Aku belum tahu, kau punya usul?

>Lily

Bagaimana kalau di villa milik John?

>JudithE

Usul yang bagus!

"Villanya John? Hm... itu memang tempat yang bagus dan tidak terlalu jauh," komentar Camilla

"Aku juga setuju," sahut Mario "dulu kita juga sering main ke sana, ah... tiba - tiba aku merasa nostalgia..."

"Yah, kalau diingat - ingat kita sangat nakal saat itu," ucap Camilla lalu tertawa.

Judith mengangguk lalu mengambil biskuit dan memakannya. Judith pikir menambah satu kenangan yang menyenangkan di tempat itu tidak buruk juga.

Kenangan yang menyenangkan bukan?

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang