Bab 14

1 0 0
                                    

Louise merasakan sakit saat daging miliknya ditusuk, wajah – wajah itu memang berteriak ketakutan dan penuh kesedihan. Namun bagi Louise suara – suara yang dikeluarkan oleh wajah – wajah itu adalah tawa yang kencang dan penuh dengan kebahagian, tawa yang mengejek dirinya yang tak bisa kabur dari ketakutan.

Apakah bagi mereka ia adalah daging ayam? Yang sedang ditusuk – tusuk sebelum dibakar? Bahkan setelah lantai terlihat sangat becek, Louise masih memiliki kesadaran untuk merasakan sakit. Meski mulutnya tidak mengumpat, Louise menyimpan umpatan – umpatan itu di dalam hainya.

SIALAN! DASAR MAKHLUK RENDAHAN!!

SIALAN!

SIAAALAAAN!

Wajah – wajah yang menusuk daging lalu menyatu, menciptakan sebuah mulut yang besar. Menarik masuk tongkat runcing yang menjadi tusukan daging ke dalam, bersama dengan Louise.

***

Di sebuah ballroom, pesta diselenggarakan dengan meriah, muda mudi dengan penampilan terbaik berpencar di setiap sudut ruangan. Menikmati lantunan lagu yang dibawakan oleh orchestra. Louise ada diantara mereka, dengan senyum percaya diri, ia disapa oleh beberapa muda – mudi.

Pesta ya? Itu hal yang paling disukai oleh Louise, ia dapat melihat semua yang terbaik dari yang terbaik. Tidak pernah ada pesta yang membuatnya tidak nyaman. Menikmati dansa, serta secangkir anggur kualitas tinggi.

Tidak ada pesta huru – hara, ini bukan club pinggirin yang hanya menjual kesenangan kasar yang sembrono. Pesta seharusnya berisi dengan hal – hal yang terbaik, bukan sekedarnya.

Hari ini adalah pesta hari jadi sebuah perusahaan yang merupakan rekan bisnis keluarganya. Louise datang dengan undangan yang dilapisi ukiran emas, harus louise akui kalau undangan yang diberikan kepadanya memiliki design yang bagus, meski tidak sebagus ukiran yang ada di lorong rumahnya.

Empat muda – mudi langsung mengerumuni Louise yang datang. Louise, tentu saja menyapa mereka dengan sopan, yang juga dibalas dengan sapaan yang tidak kalah sopan. Di tempat ini, Louise adalah tuan muda paling berpengaruh.

"Apakah dia tidak malu datang dengan penampilan seperti itu?" celetuk gadis bergaun merah di samping Louise, "Bukankah itu pakaian sama yang ia kenakan minggu kemarin?"

"Benar, aku juga ingat! Dia pernah memakai pakaian yang sama saat pembukaan restaurant kemarin!"

"Artinya ia mengenakan pakaian yang belum dicuci?"

"Mungkin hahahaha.!!!!"

Muda – mudi di dekat Louise mulai mengomentari penampilan gadis yang baru saja masuk ke dalam ballroom. Mereka menggunjing betapa tidak elegannya penampilan gadis itu, mengenakan gaun yang sudah ketinggalan trend, dan menggunakannya lebih dari satu kali.

Mayoritas orang – orang yang datang ke pesta ini adalah orang – orang yang dapat mengganti pakaiannya setiap satu jam sekali. Mereka juga bukan orang kaya baru yang membawa barang – barang yang kelewat wah hingga terlihat norak.

"Sudah, hentikan, untuk apa membicarakan orang yang tidak berguna," kata Louise

"Anda benar Mr Flameheart, memang tidak ada gunanya menaruh perhatian pada orang sepertinya,"

Pemuda dengan tuxedo berwarna cokelat muda yang senada dengan warna rambutnya menyutujui apa yang dikatakan oleh Louise. 

"Ah! Saya dengar Anda memenangkan tender bulan lalu!" ucap gads dengan rambut merah maroon, lipstiknya pun berwarna senada. kedua matanya berbinar menatap Louise.

Ah... inilah yang ia paling sukai ketika pergi ke sebuah pesta.

Ia bisa bercerita sambil menerima tatapan penuh kagum.

Louise juga tidak keberatan kalau harus memperkenalkan dirinya pada orang lain yang baru ia temui.

Dengan senang hati Louise akan menceritakan tentang dirinya sendiri.

****

"Cerewet sekali!" komentar Judith

Louise sedang duduk bersama dengan Judith, Lily dan Mario di kantin. Mereka berempat sedang menikmati jatah makan siang mereka.

Ada sup jagung, roti panggang, salad buah serta telur gulung, serta jus semangka.

Makanan yang sangat sederhana sekali.

Louise sedang bercerita tentang bagaimana ia bisa mendapatkan nilai sempurna saat penilaian atletik.

"Judith...." ucap Lily

"Huh! Padahal aku ingin membagi pengalaman berhargaku ini," ucap Louise sambil menyilangkan tangannya.

"Sudah, sudahlah! ayo kita makan," kata Mario

Mereka lalu makan, Lily makan sambil sesekali bersenandung.

"Lily, awas kau tersedak," peringat Mario

"Ha-habis enak banget sup jagungnya..." sahut Lily

"Ini sih eggak enak," ucap Louise "Masih lebih enak sup jagung yang dibuat oleh koki di rumahku. Mungkin karena kau belum pernah pergi ke restaurant jadi kau anggap makanan biasa ini sangat enak."

"O-o begitu ya.."

Mario menyenggol Louise sambil memberikan tatapan tajam.

***

Louise membuka matanya, ia kini berada di tempat yang gelap dan asing.

"Di-dimana ini?!" ucapnya sambil melihat ke kanan kiri.

PATS!

Lampu dinyalakan, dan baru saat itulah Louise sadar bahwa dirinya sedang berada di atas piring raksasa.

"SELAMAT MAKAN!!! HHAAHAHAHHIHIHIHI"

Sebuah tangan raksasa muncul membawa sebuah gergaji.

Louise membeku melihatnya, ia tak sempat menghindar saat gergaji itu memotong dirinya.

"HM..... LEZZAAAT!!! HIHIHIHIHAHAHA!"

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang