Bab 9

1 0 0
                                    

Daging – daging yang belum tercacah dengan benar terlihat jelas di mata Judith, mungkin akibat sambaran petir berkali – kali. Cahaya yang datang dalam sekejap itu bisa menerangi sang monster yang membuka mulutnya.

"Gila... gilaa...." gumam Louise, lelaki itu merapal satu kata bagaikan

"HUEEK!!"

Camilla yang ada di samping Judith mengeluarkan isi perutnya.

Judith merasa seluruh tubuhnya merinding, perasaan takut yang meronta – ronta ingin keluar. Namun Judith tidak ingin menunjukkannya, meski dadanya bertalu dengan kencang. Judith mengelus punggung Camilla berushaa untuk menenangkan gadis itu.

Ya, Judith harus bisa tenang di situasi seperti ini, ia harus tenang

"Pergi! Kita pergi dari sini!" perintah Mario.

Mereka harus pergi sebelum monster itu menyadari keberadaan mereka. Alex membopong John yang diam mematung. Lelaki itu tampaknya yang paling syok melihat monster itu. Sedangkan Kevin berlari di samping Alex, Camilla dan Judith berlari paling depan bersama dengan Mario.

Mereka tiba di tempat yang terlihat seperti gudang, penuh dengan box, serta barang – barang yang sudah rusak. Judith dan Kevin menyalakan ponsel mereka, mengaktifkan fitur senter yang ada di dalamnya. Alex mendudukkan John di samping sofa.

Mual yang Camilla rasakan masih tersisa, ia duduk di samping john, menyandar pada sofa.

"A-aku ta-takut...." Ucap Camilla, memegang tangan Judith dengan erat.

"Sekarang bagaimana?! Apakah ada jaminan kalau kita bisa keluar dari sini?! Kau lihat tadi kan? Tadi! Lily!" racau Louise dengan wajah yang ketakutan.

"Aku tahu," sahut Mario

Pemuda itu lalu memperhatikan semua teman – temannya, mereka tidak mungkin hanya berdiam diri sampai matahari terbit bukan? monster itu tampaknya akan memburu mereka sampai habis.

Mario menggigit bibirnya, rencana, rencana, ia perlu sebuah rencana!

"Kalian bisa menghubungi pihak luar tidak? Ponselku tertinggal," ucap Mario

"Ah! Benar! Kau benar! Ponselku tidak seperti kalian yang langsung tak berguna saat petir datang!" ucap Louise, merogon ponselnya yang ada di kantong celana.

Meski Judith merasa kesal dengan ucapan lelaki itu, Judith memilih untuk diam saja. Lagi pula yang dikatakan Louise benar, ponsel Judith tidak menerima singal. Ia tidak bisa menggunakan ponsel itu untuk keperluan lain. Ponsel Kevin juga kondisinya sama dengan Judith, tidak dapat berfungsi untuk menghubungi pihak luar.

Louise menelepon pelayannya.

"Hallo tuan."

"Grook! Cepat jemput aku di villa! Sekarang!" teriak Louise di dalam telepon.

"Baik tuan muda."

John menutup teleponnya lalu menoleh pada teman – temannya, "Tenang semuanya! Aku sudah menelepon pelayanku! Kita semua pasti akan dijemput!" kata John

"Syukurlah!" ucap Mario

Judith juga merasa bersyukur.

"Tenang saja! Semua pasti-"

BRAK!!!!

Patform ruangan yang mereka tempati tiba – tiba retak, Judith dan Kevin mengarahkan ponsel mereka ke sumber suara.

"Mu-mungkin villa ini sudah rapuh, kan John?" komentar Kevin pada John.

Namun John tidak mengatakan apapun, ia masih diam saja.

Camilla mencoba untuk berdiri, Judith membantunya.

"Tidak ada apa – apa di sana, sudahlah jangan paranoid begitu," kata Alex, "Lagi pula-"

"TUAAAN! TUAAAN MUDA!!! SAYA KEMARI MENJEMPUT ANDA!!!! HAAAAARRGGHHHH"

Dari dalam lubang tangan besar mucul, disusul dengan kepala yang yang hanya memiliki mulut lebar. Suara – suara yang mengerikan-serta suara yang dikenal oleh Louise keluar dengan nyaring.

"TUAAAN!!! SAYAAAA!!! ARGH!!!!"

"Brengsek! Keluar!!!" teriak Alex

Mereka berhamburan berlari keluar dari dalam ruangan. Namun Judith merasa kalau ada yang kurang saat mereka berlari.

"John!!" panggil Judith menyadari bahwa lelaki kurus itu tidak keluar dari ruangan bersama dengan mereka.

Judith menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, pada pintu lebar yang terbuka, menampilkan sosok John yang masih diam saja sementara si sosok monster itu mendekati pemuda itu.

"Lari! John!!" teriak Judith

Mendengar teriakan Judith yang lain juga ikut menghentikan langkah mereka.

John menoleh pada Judith saat ditusuk dan diangkat oleh tangan itu, "Malas... aku.... Malas...." ucap John dengan tatapan yang kosong.

Lalu dalam satu suapan, daging itu dimakan dengan brutal hingga menyisakan cairan merah dimana – mana, daging itu ditarik keluar dan dimasukkan lagii, serat – seratnya robek dan terlihat tidak beraturan sama seperti gigi – gigi runcing milik si monster yang sedang menghisap daging itu bagai permen karet.

"Ayo! Judith!"

Mario menarik Judith meninggalkan tempat itu.

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang