22

1 0 0
                                    

Kevin ditinggal sendiri, Mario menyusul Camilla dan masih belum kembali. Kevin bingung dengan Camilla, kenapa perempuan itu tiba - tiba marah?

Memang apa salah mereka?

Kevin duduk di satu kursi putar yang berdebu. Perempuan memang makhluk yang sulit dimengerti. Kalau mereka mudah dimengerti sudah pasti ia mendapatkan satu atau dua mantan.

Kenyataannya sampai hari ini Kevin singel kronis, tak satupun gadis yang ia dekati jatuh cinta padanya. Padahal ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk memperbaiki diri mulai dari dalam dan luar.

Meski tidak humoris Kevin selalu menjaga tutur katanya. Walau penakut, sebisa mungkin ia tak tunjukkan, kecuali pada sahabat - sahabat terdekatnya.

"Astaga... Mereka lama sekali...."

KRUYUUUUK!!!

perut Kevin berbunyi. Jelas minum air tidak dapat mengenyangkan perut. Ia butuh dari sekedar benda berbentuk cair yang tawar.

Kevin membuka setiap laci dan lemari, mencari - cari apa yang bisa ia makan.

"Ugh... Apa ini?"

Kevin mendapati sebuah bungkusan berwarna hitam, berbeda dengan benda - benda yang ada di dalam kamar ini yang berdebu. Bungkusan hitam yang ada di depannya tidak kotor sedikit pun.

Kevin pikir kalau itu tidak mungkin karena bungkusan itu diletakkan di dalam lemari. Karena cangkir yang ada di sebelah bungkusan berdebu.

Kevin membuka bungkusan di atas meja, dan menemukan ada banyak biskuit coklat yang masih terbungkus kemasan, ada juga biskuit cokelat lain yang tidak terbungkus namun basah dan berjamur.

"Kayaknya aman." Gumam Kevin

Ia mengambil biskuit yang masih terbungkus dan tidak kadaluarsa.

KRUYUUUUK!!

Rasa lapar menjadi - jadi, Kevin membuka bungkusan dengan tergesa gesa. Melahap dengan cepat, remahan biskuit terjatuh mengotori lantai yang sudah berdebu.

Lapar.

Kevin masih merasa lapar. 

Bruk!

Kevin kaget lalu menoleh ke belakang, tepat ke arah kompor yang menyala. Sebuah panci lengkap dengan sup di dalamnya membuat Kevin tergoda.

Kevin mendekati panci itu dan memakan daging domba yang ada di dalamnya.

Ah!!! Ini adalah sup terenak yang pernah ia makan!

***

"Kevin!"

Kevin menoleh, Alex memanggilnya, namun Kevin tidak beranjak sedikitpun. Ia masih setia duduk sambil menghabiskan makanan ringan.

"Kevin! ayo! kita main bola!!!"

Alex, salah satu teman pertamanya, sekaligus teman yang tidak pernah membiarkannya sendirian. Alex selalu mengajak Kevin untuk bermain atau berkumpul dengan teman - teman lain ketika jam istirahat.

Padahal Kevin ingin menghabiskan waktu istirahat dengan menghabiskan snack yang sudah ia kumpulkan diam - diam di sekolah.

Orang tuanya selalu ketat dalam hal makanan. Kevin hampir tidak pernah menyentuh makanan lain selain makanan yang dibuat oleh koki rumah mereka.

Satu - satunya kesempatan yang ia miliki untuk mencicipi makanan selain masakan rumah adalah saat ia berada di luar rumah dan lepas dari pengawasan kedua orang tua.

Sekolah, satu - satunya tempat dimana ia tidak akan diawasi 24 jam oleh pengasuhnya. Tidak ada orang yang mengawasinya, guru - guru tidak terlalu peduli dengan urusan siswa asalkan mereka tidak membuat masalah.

Tentu saja, makan bukan kegiatan yang membuat masalah bukan?

"Duh! kau ini!"

Alex terlihat kesal dan berkacak pinggang. Baju kaos yang dipakainya berwarna kuning terang, terpantul oleh sinar matahari musim semi, Kevin menyipitkan mata saat melihat Alex yang disiram oleh cahaya.

"Aku lelah Alex...." balas Kevin

"Katanya kau ingin berubah! Kau bilang kalau kau tidak ingin diejek lagi!"

"Uhh!!! Bagaimana kalau aku kesana lalu aku diejek lagi?"

Alex menoleh ke arah lapangan. Ia ingin mengajak Kevin untuk bermain bola bersama yang lain. Namun ucapan Kevin membuat Alex mengurungkan niat.

"Kalau gitu kita main berdua aja!"

Duh! Alex gigih sekali!

"Iya! iya! aku akan pergi denganmu! tapi setelah menghabiskan ini dulu!"

Kevin menghabiskan makanannya dengan cepat, lalu pergi bersama dengan Alex ke salah satu sisi lapagan yang tidak ramai.

Alex membawa bola basket. Ia mengambilnya dari gudang. Mereka menikmati permainan walau hanya berdua.

Keringat membanjiri mereka berdua, terutama Kevin. Ia merasa kalau dari ujung kaki sampai ujung rambutnya basah karena keringat.

Padahal ini bukan musim panas. Matahari juga tidak seterik itu.

"Hei! lihat! lihat! ada bola yang bermain bola!"

Seorang anak laki - laki menunjuk ke arah Kevin.

Kevin menjatuhkan bolanya, kaget karena gerombolan anak - anak itu mendekati mereka tiba - tiba.

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang