23

1 0 0
                                    

"Apa mereka menggelinding bersama?"

"Apa yang melempar apa? bola melempar dirinya sendiri?"

Hinaan yang dicampur dengan tawa membuat telinga Kevin panas, Ia tidak suka dengan candaan mengejek yang di bawa oleh geng franky. Sejak pertama kali menginjak kaki di sekolah, anak itu terus mengejek Kevin.

Padahal kevin tidak pernah menyinggung Franky dan gengnya, namun entah kenapa anak itu selalu mencari kesempatan untuk mengolok - ngoloknya.

"Hei! tutup mulut kalian!"

Alex maju, di hadapan Kevin. "Pergi sana!' ucap Alex

"Kenapa kau main dengan nya Alex?" tanya anak berkacamata di samping Franky, "Padahal permainanmu bagus, sayang sekali,"

"Jangan mengejek Kevin lagi!" ucap Alex

"Jangan mengejek kevin lagi nyenyenyenye hahaha!"

Kevin tidak berani membalas uapan Franky dan gengnya, biasanya Kevin hanya diam saja. Karena kalau Kevin membalas ucaan franky bisa - bisa ia dipukuli beramai - ramai.

Namun kali ini ada Alex, ada seseorang yang menemaninya. Kevin tidak perlu takut!

"Kalian!"

KRUUYUUUK!

Keheningan panjang mulai menguasai mereka. Suara yang tak dapat dicegah itu bersumber dari Kevin.

"Ahahahaha!"

Tawa yang lebih besar pun meledak. tak hanya geng franky saja, namun anak - anak yang ada di sekitar sana juga tertawa.

Wajah Kevin memerah, ia langsung berlari. Meninggalkan kerumunan serta Alex yang memanggil namanya.

Ia malu! Malu sekali!

Kevin masuk ke dalam kelas yang kosong, lalu menutup pintunya dan menangis.

Menangis betapa menyedihkannyya dirinya sendiri.

KRUYYUUUK!!!!

Ah.. bahkan tubuhnya sendiri mengejeknya dengan cara yang menyakitikan.

Aroma cokelat yang tiba - tiba tercium oleh Kevin membuat tangisnya berhenti. Rasa lapar mulai menguasai.

Kevin lalu tersadar, di salah satu meja terdapat sebuah kotak. Kotak yang berisi biskuit coklat.

Lama Kevin memandangi kotak tersebut cukup lama.

"Kurasa tidak apa - apa kalau kucicip sedikit,"

Kevin menyerah dengan rasa laparnya dan mengambil satu biskuit.

"Enak!"

Kevin mulai mengambil sedikit demi sedikit biskuit itu hingga habis. Rasa lapar serta rasa biskuit yang enak membuatnya tidak sadar menghabiskan satu kotak itu.

"Kevin?"

Kevin menoleh, mendapati Judith, Lily dan John di belakangnya. Judith dan Lily terlihat terkejut sedangkan John terlihat masam.

"Kau makan....semuanya?" tanya John

"a-aku..."

Kevin baru tersadar ia mengambil barang yang bukan miliknya, dan sekarang ia dipergoki oleh yang punya.

Kevin melihat ke arah Lily. Berharap kalau anak itu tidak marah karena ia mengambil biskuit yang ada di atas meja Lily sembarang.

"A-aku... maaf... aku lapar tadi..."

"Bukankah kita sudah dapat makan di kantin tadi?" ucap Judith, "dan kau masih lapar?"

"A-aku...."

"Kelvin! Rupanya kau di sini!"

Alex muncul, wajahnya terlihat lega saat  melihat Kevin.

Judith, Lily dan John memperhatikan Alex yang berlari mendekati Kelvin lalu mengecek keadaannya.

"Kenapa kau pergi tadi?! ka-kau menangis?! harusnya aku menghanjar mereka sebelum menyusulmu kemari!" uap Alex

"Ke-kevin menangis?!"

"Kevin kau kenapa?"

Mereka bertiga baru menyadari Kevin yang habis menangis setelah ucapan Alex. Mereka tidak fokus melihat mata Kevin yang sembab karena melihat mulut Kelvin yang kotor bekas biskuit.

Alex lalu menceritakan apa yang terjadi dengan berapi - api.

'Ma-maaf telah mengambil biskuitmu," ucap Kelvin pada Lily

"Tidak apa - apa, lagian kamu sedang lapar dan sedih, aku senang karena kamu bisa ceria lagi,"

"Kalau kau sedang sedih, aku bisa membagi kudapanku denganmu," ucap Judith

"Aku...kalau kau sedih nanti... aku bisa memberikan permen milikku padamu."

Kelvin menangis kembali, ia terharu mendengar ucapan sahabatnya. Mereka berlima lalu berpelukkan.

***

"UHUK!"

Kelvin tersedak, ia memuntahkan daging yang ia kunyah. Rasa gurih dan empuk saat mengunyahj tiba - tiba tergntikan dengan rasa manis.

"HIII!!!!"

Kelvin terkejut melihat apa yang ia muntahkan. Daging berwarna hitam, serta cairan berwarna merah. 

Bau busuk menjepit hidung Kelvin.

"UGHHH!!!!"

Kelvin jatuh terduduk, melihat nanar apa muntahannnya.

BLUURRB!!

Kelvin melihat ke arah panci yang tiba - tiba mendidih. Kuah yang semua ia lihat bening kini berubah menjadi merah. Jatuh berceceran.

Kevin pusing mencium aroma yang semakin terampur aduk. Kuah merah terus terjatuh. Kevin merasa dirinya tenggelam.

"UU-UGH!!!"

Kevin kini terendam oleh kuah merah, tubuhnya mulai memanas. Kevin merasa dirnya sedang di masak.

"A-Arrghhh!!!!"

Kevin berteriak, rasa panas dan terbakar menyiksa seluruh tubuhnya. pakaian yang ia kenakan mulai meleleh.

"TIDAK! TIDAK!"

Kevin mencoba keluar dari kamar itu, namun pintu tiba - tiba saja tertutup.

''MARIO!!! CAMILLA!!!!"

Kelvin memangggil - manggil kedua temannya, namun tidak ada jawaban.

Tubuhnya mulai meleleh menimbulkan rasa perih dan sakit secara bersamaan. Lelehan tubuhnya yang berwarna merah kecoklatan berampur dengan kuah yang jatuh. Menimbulkan bau yang membuat Kevin pusing.

Kevin merasa kengerian melihat tubuhnya yang sedikit demi sedikit meleleh. Kedua tangannnya yang tersisa setengah. Jari -jarinya yang terjatuh karena telapak tangannya yang terlebih dahulu meleleh.

"Aarghhhh!!"

Satu persatu tubuhnya mulai terpisah - pisah. Meski kepala belakangngnya sudah berlubang, Kesadaran Kevin masih tersisa, dan sedang ditertawkan oleh remahan cokelat yang terjatuh dari atas platfom.

Mata kiri Kevin yang sudah terlepas dari tubuhnya dan sedang mengapung masih dapat melihat betapa halusnya remahan cokelat itu.

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang