Bab 16

1 0 0
                                    

Lari!
Lari!
Lari!

Judith berteriak, membuat perintah pad tubuhnya agar bergerak. Bulir - bulir keringat dingin mulai berjatuhan, dan Judith belum menggeser tubuhnya barang seinci pun!

Melihat kedua temannya yang dimakan monster membuat perasaan Judith campur aduk, namun yang pasti rasa takutnya lebih menodminasi, menguasai setiap sel yang ada di dalam tubuhnya.

Bergerak! Ayo bergerak!

HAARGHH!!! HAARGGHHH!!

BRUK!

Judith ambruk, karena tubuh bagian atasnya lebih cekatan ketimbang kedua kakinya yang masih terdiam.

"Hiks!!!"

Apakah ia akan selamat?

Judith mulai mempertanyakan keselamatannya yang diujung tanduk. Jika Alex yang sekuat itu tidak bisa melawan si monster apalagi Judith!

"Hah, hah, hah!"

Napasnya memburu, ketika Judith berhasil berdiri dan kendali tubuhnya kembali normal, Judith langsung berlari sekencang - kencangnya.

Ia sudah tidak memperdulikan kemana kakinya membawa dirinya!

Kedua tangannya yang memegang ponsel bergetar. Peluh dingin masih berlomba - lomba keluar dari tubuhnya.  Di dalam villa yang gelap, Judith merasakan ada banyak pasang mata yang sedang menontonnya.

Menertawainya yang kini tampak menyedihkan.

Judith tak berani menoleh ke belakang, bayang - bayang tubuh Alex dan Louise yang dipenuhi oleh luka menjadi realita yang mengerikan di matanya.

Beberapa kali ia tersadung, Judith langsung bangkit tanpa memperdulikan perih kakinya yang tergores lantai.

Ia harus kuat! kalau tidak ia akan tamat di sini!

Semakin jauh Judith berlari,, ia merasa semakin tersesat. ada begitu banyak lorong dan juga kamar. Judith merasa ia sudah memutari lapangan sepak bola beberapa kali.

Rasa pesimis mulai muncul, mengetuk - ngetuk dirinya yang sedang bersembunyi dari rasa takut. Mulai menghasut untuk menyerah dan mulai menerima realita bahwa ia adalah manusia biasa. Eksistensi yang selalu berpura - pura menjadi yang paling superior.

Realita hanya penonton, mereka tidak akan bergerak untuk membantu. Mereka adalah yang paling jujur diantara semua yang jujur. Tidak ada kebohongan dalam realita.

Mereka adalah penonton yang setia.

Judith mengecek jam yang ada di ponselnya. Masih tengah malam, pagi masih jauh, dan malam masih berjaya.

Judith tidak dapat mendengar suara hujan yang turun. Ia juga tidak sempat menengok ke jendela, karena lorong tempatnya berlari hanya menyediakan pintu, pintu, dan pintu. Tidak ada jendela untuk melihat dunia luar.

Ia terkurung, di dalam villa, bersama dengan monster yang mengerikan.

Kalau saja mereka tidak bermain sang pengadil, akankah semua ini tidak terjadi?

***

"Ayo kita main!"

Judith dan teman - temannya duduk melingkar di meja milik Mario. Mereka sedang menikmati waktu istirahat yang menyenangkan.

Bagi anak - anak seperti mereka, bermain adalah keseharian yang harus mereka jalani. Tidak ada sehari tanpa bermain dan bersenang - senang.

"Mau main apa?" tanya Louise, "UNO? batu gunting kertas? catur?"

"Aku oke apa saja," kata John sambil merapikan rambut cokelatnya yang menutupi matanya.

"Bagaimana kalau kita main sang pengadil? anak - anak di kelas sebelah selalu memainkannya!" usul Mario

"Oke!" ucap Judith dan Alex bersamaan

"Eh tau nggak, aku dengar dari Sisy," Camilla mencondongkan badannya ke depan, tangannya ia letakkan di samping bibir, memasang pose bergosip.

"Katanya permainan ini ada rohnya lho! Sisy bilang permainan ini ada gegara ada ksatria di masa lalu yang mati karena difitnah! Terus orang - orang biasa mengabadikannya dalam permainan!"

"Menakutkan...." gumam Lily

"Ah palingan itu hanya cerita dongeng," komentar Alex,

"Iya, hampir semua permainan yanga ada punya dongengnya sendiri - sendiri," tambah John

"Nah, kalau gitu ayo main!" ucap Mario

"AYOO!!"

***

Judith berhenti berlari saat sadar tidak ada monster di belakangnya. Judith menggunakan waktunya yang sedikit itu unuk menarik napas panjang.

Sekarang bagaimana?

Judith mulai menata rasa takutnya. Menggantinya dengan rasionalitas, ia tidak boleh tenggelam lagi oleh perasaan negatif!

"Mario... Kevin... Camilla...." gumam Judith

Ya, Judith tidak tau kemana ketiga orang itu pergi. Apakah masih berada di lantai yang sama dengannya atau tidak? Apakah mereka selamat?

Juidth merinding, membayangkan kalau mereka tidak selamat.

tidak! Tidak! Hentikan pemikaranmu itu Judith!

Judith harus positif! Mereka bertiga pasti ada di salah satu ruangan, mereka tidak mungkin meninggalkannya sendiri bukan?

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang