Bab 6

1 0 0
                                    

Memangnya apa lagi yang paling menyenangkan selain menghabiskan waktu dengan orang – orang yang kau sayangi?

Di sinilah Judith, duduk di dalam perahu bersama dengan Mario.

Semalam sehabis makan malam mereka memilih untuk tidur dan beristirahat. Terutama Kevin, anak itu harus digotong menuju kamar. Judith pikir setelah lari marathon pemuda itu memang butuh istirahat yang panjang.

"Danaunya indah ya," ucap Mario

Mereka berada di danau buatan tidak jauh dari bangunan Villa. Setelah sarapan tadi Louise langsung menyarankan mereka pergi ke danau.

Judith mengenakan cardigan merah muda dengan gaun one piece berwarna putih. Rambut cokelat gelapnya tergerai, Judith juga menggunakan topi lebar dengan hiasan pita dan bunga mawar. Sedangkan Mario mengenakan kemeja coklat yang tidak dikancing serta kaos cokelat. Ia juga mengenakan celana pendek. Rambutnya yang gondrong ia ikat.

"Iya," ucap Judith

Ah... kalau dibilang piknik bersama, Judith merasa kini ia sedang berkencan dengan Mario. Teman – teman yang lain berada di pinggir danau. Hanya mereka berdua yang naik perahu berputar-putar di tengah danau.

Yah, walau terkadang Alex lewat di samping mereka, pemuda itu satu – satunya yang menikmati keindahan danau dengan terjun langsung.

Air danau jernih dan Judith bisa melihat ikan – ikan kecil yang berenang di dalamnya.

Duh, Judith tidak bisa lebih senang dari ini.

"Bagaimana kabar bibi?' tanya Mario

"Ibu? Dia baik – baik saja," jawab Judith sambil tersenyum, menyembunyikan rasa sakit tiap kali ada pembicaraan yang menyangkut ibunya.

"Judith, aku jadi mendapatkan ide," ucap Mario, "Setelah kupikir – pikir pesta pernikahan di dekat danau itu bagus ya?"

Judith mencubit pinggang Mario, "Dasar!"

***

Mereka duduk melingkat di pinggri danau, sedang menikmati teh dan beberapa cemilan. John berada di samping Kevin rebahan. Sedangkan Lily duduk di samping Camilla membaca buku novel yang dibawa.

"Wah lihatlah mereka, kukira kita akan piknik bersama...." Komentar Camilla memperhatikan Judith dan Mario yang sedang adu kemesraan di atas perahu.

"Kalau iri bilang aja. Dasar rakyat jelata." sahut Louise

"Hei kau itu ya!!!" teriak Camilla hendak menerjang Louise.

Namun Kevin dengan cepat menahan Camilla sebelum gadis itu beradu dengan Louise.

"Dasar wanita bar – bar, tidak ada anggunnya," ejek Louise

"Ka-kau! Lepaskan Aku kevin! Lepas!!!"

"Tidak!"

"Tuh kan! Wanita bar – bar!"

John dengan matanya yang setengah mengantuk hanya diam memperhatikan ketiga orang itu. Ia tidak berniat membantu sedikit pun. Lagi pula melerai Louise dan Camilla itu membutuhkan tenaga fisik dan psikis yang tidak sedikit.

"Dasar buruk rupa! Kau pikir kau sudah terlihat berkelas dengan memakai pakaian yang merusak mata itu?!" ucap Camilla,

"A-apa kau bilang?!"

Louise kesal mendengar perkataan Camilla, pemuda itu pun hendak menerjang Camilla. Kevin yang menjadi tembok di antara kedua orang itu memandang pada John dan Lily. Seolah meminta bantuan.

Lily yang menangkap arti tatapan Kevin lalu berdiri, memegang kedua bahu Camilla.

"Camilla...." Ucap Lily dengan nada memohon.

Camilla lalu menghela napas, "Baiklah," ucapnya.

Louise berhasil diduduk tenang setelah dibujuk oleh Kevin.

Camilla menghela napas guna mendinginkan kepalanya, ia mengambil biskuit yang ada di dekat John yang sedang berbaring, dan tak sengaja Camilla melihat tatapan John yang mengarah pada Lily.

"Ciee.... Uhuk, John kau suka dengan Lily ya?" goda Camilla

"Uhuk!"

Kevin langsung tersedak teh yang diminum, Louise ber-oh panjang. Sedangkan Lily menatap Camilla dengan tatapan tidak mengerti.

Dan John, pemuda itu hanya diam dengan tampang datarnya.

"Itu tidak mungkin," sanggahnya lalu berbaring memunggungi Camilla.

"Ah ya! Aku juga baru sadar! Dari kemarin kau juga teru – terusan melihat kea rah Lily!" kata Louise "Kau bahkan mengatar Lily menuju ke kamarnya! Kau pasti ada sesuatu dengan Lily!" lanjutnya sambil menunjuk John

"Cieee!!! Ciee!!! Kalau suka bilang saja! Ya kan Lily?" goda Camilla sambil menyenggol Lily.

"A-uh..."

Lily tidak tahu harus menjawab apa, jadi ia memilih untuk diam saja.

"Duuh kalau kalian diam seperti ini tidak ada kemajuan lho..." kata Camilla

"Benar, John sebagai lelaki kau harus jantan dan berani mengungkapkan apa yang kau rasakan," tambah Louise.

Di saat seperti ini Camilla dan Louise malah satu frekuensi, dan John membeci itu.

"Mengungkap apa? Melelahkan," sahut John lalu berbaring menatap langit yang masih terlihat menyilaukan meski mereka berada di bawah pohon.

"Duh dasar! Ayo maju Lily!" ucap Camilla mendorong Lily tiba – tiba dan membuat gadis itu terjatuh tepat di atas John.

Refleks John yang tidak bagus membuatnya tidak bisa menghindar dari Lily. Bibirnya juga tidak bisa menghindar dari bibir Lily. Dan harus John akui kalau pertemuan kedua bibir itu tidaklah manis, gigi mereka bahkan beradu dan itu sama sekali tidak enak.

"BWAAHAHHAHAHAH!!!"

Kevin. Louise dan Camilla menertawai John, Lily segera bangkit sambil memegang bibirnya yang terasa nyut – nyutan. Dan John masih diam berbaring  ia terlalu malas untuk memarahi Camilla.

Sang PengadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang