RASI BINTANG ORION
"Princess Orion!"
Aku yang tengah menyantap hamburger double cheese di kantin menoleh karena mendengar seseorang memanggilku dari arah belakang. Bukan karena sebutan princess-nya yang membuat menoleh kali ini, melainkan nama belakangku. Itu yang membuatku kepo.
Dengan pedenya, Ethan berjalan di bawah payung pink yang dipegangnya. Kok jadi lucu sih ngelihat dia begitu? Seperti cowok cantik. Oh, tapi jangan bayangkan dia seperti Maxime Bouttier. Itu terlalu tampan.
"Kenapa lo, Than?" tanyaku ketika dia duduk di sebelahku. Tentu saja kedatangannya menyambut Raja Lebah. Banyak bisikan-bisikan ghaibnya. Di hari Sabtu ini ternyata tidak sedikit yang datang ke sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler. Aku? Kabur dari rumah... Tidak, tidak begitu maksudku. Ini hanya pelarian saja. Ke mana lagi coba aku bisa melarikan diri? Café Sedjuk sudah tidak mungkin, kan? Kelas Creative Writing pun untuk minggu ini sudah, jadi memang tidak ada urusan apa-apa ke sekolah.
Bosan? Iya, sih. Tapi kalau dipikir-pikir lebih baik di sekolah daripada di rumah. Di rumah sepi seperti kuburan. Tidak ada yang saling menegur satupun, kecuali aku yang memulainya dengan panggilan, "Bang Sat... temenin gue, yuk!"
Yup, dia yang mengantarku ke sekolah. Bahkan kuajak abangku nan tampan itu masuk ke SMA Elang Angkasa. Uh, jangan heran. Hampir semua siswa yang ada di sini menjadikan Satria pusat perhatian. Jelas dong adiknya yang cantik ini akan jadi sorotan hari Senin besok. Lihat saja nanti.
By the way, dia sekarang sedang memesan spagetti carbonara dan air mineral di stan pojok. Kenapa lama sekali, ya? Jangan-jangan dia kesulitan membaca menu.
Aku berdecak. "Than, jagain burger gue!"
"Lha, kok gue malah ditinggal. Ke mana woy?"
"Berisik lo, ah." Setelah itu, aku berlari secepat kilat menuju stan pojok. Benar dugaanku. Kini Satria sedang terpaku di depan kartu menu yang tertempel di dinding. "Ya elah, Bang. Ngapain pake baca gituan, sih? Langsung bilang aja kenapa."
"Kata abangnya pilihan toppingnya banyak. Terus suruh milih di sini."
"Ya ampun, Bang. Polos banget, sih. Kenapa enggak bilang ke Rasi dari tadi? Sini gue bacain toppingnya." Aku berdiri tepat di sisi kiri Satria dan mulai membaca, "Mozarela, kornet, sarden, beef, sosis, jamur. Abang mau yang mana? Kalo saran gue sih mozarela featuring jamur enak itu, Bang."
"Featuring lagi. Lo kata itu keju sama jamur nyanyi duet apa."
"Ih, gue kan bener. Mereka bakal duet di dalam perut. Si keju geleng-geleng terus si jamur angguk-angguk."
"Terserah lo deh, Dek. Gue udah laper."
Setibanya kami di tempat semula, Ethan melihat kami dengan tatapan layaknya menemukan batu berlian di antara tumpukan pasir di depan kosannya. Matanya berbinar dan mulutnya menganga.
"Kenapa lo, Than?" tanyaku setelah menggigit burger.
"Lo siapa?"
"Rasi Bintang Orion. Kenapa?"
"Ah, bukan lo, Ras. Cowok yang di sebelah lo itu, siapa?"
"Ohh, kenalin ini abang gue, Than. Yang kemarin sempet viral gara-gara gosip sialan itu. Err... kesel gue!"
"Eh, udah, Dek." Satria mengelus kepalaku. "Kenapa diungkit lagi, sih?"
"Habisnya gitu, sih. Gosipnya bikin sakit hati. Apalagi mulutnya itu ember banget. Ihh, rasanya ingin gue silet-silet pake cutter yang ada di kelas kesenian."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMBIOSIS MUTUALOVE [tamat]
Novela JuvenilRasi Bintang Orion merasa putus asa dengan nilai-nilai akademiknya yang pas-pasan. Gerhana Devaputra murid miskin dan pintar di tengah lautan anak-anak dari keluarga berkelebihan harta. Mereka pun sepakat saling membantu. Simbiosis mutualisme yang p...