Rasi Bintang Orion
"Ras, bentar lagi udah mau penutupan," kata Justin. Stan pun sudah berangsur sepi. Tim kami tengah membereskan beberapa kekacauan di stan yang terjadi karena sampah. Tapi akhirnya aku dapat bernapas lega karena semua berjalan lancar.
Justin berdiri di sampingku yang sedang menghitung pendapatan kami. "Akhirnya selesai juga ya, Ras. Makasih atas ide cemerlangnya. Gue beneran salut sama lo." Dia mengusap rambutku dan tersenyum. "Bagaimana kalo kita nonton besok?"
"Ng..., Gerhana di mana ya?" Aku celingukan, berusaha tak menghiraukan ajakan Justin. Aku lelah. Mungkin besok sampai akhir pekan, akan kugunakan untuk me time. Tidak ada salahnya sih mengajakku jalan, tapi waktunya sangat tidak tepat. Dengan wajah memelas, aku berkata, "Jazz, sorry banget ya. Gue harus nyari Gerhana. Nanti gue kabarin."
Sambil berjalan keluar, kulepaskan topeng Batman dan apron yang kupakai. "Laras, gue nitip ya bentar," kataku seraya menaruh apron di meja.
Laras mengacungkan ibu jarinya sambil tetap menyapu. "Oke, Rasi."
Hatiku merasa hangat. Aku benar-benar berhasil menjalankan misiku: mendapatkan izin dari Mama ganti guru les privat, misi untuk Satria (kayaknya ini berhasil mulus. Tinggal mendapatkan izin agar Satria diperbolehkan untuk kuliah). Tapi misi untuk berbaikan dengan Sandra? Hmm, aku tidak tahu kapan ini bisa terlaksana. Kalau bisa, sebelum study tour. Aku hanya tidak mau terjadi kesan yang tidak enak dengan teman-teman lain. Masa dengan mereka saja aku bisa berbaur, sedangkan dengan Sandra tidak? Uhh, apalagi pasti Mama menanyakan Sandra tadi. Aku sangat bingung.
Coba kutelpon Gerhana. Kuraba-raba kostum dan jubahku. Ah, sial! Aku lupa. Tadi sehabis merekam Satria, ponselku langsung kutaruh di tas.
Jujur saja aku masih agak kesal dengan kelakuan Pevita. Dia penghancur suasana belajarku pada saat les tambahan di Café Sedjuk. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak punya hak untuk mengusirnya. Lalu, tadi dia kenapa sih harus datang? Buat mood orang hancur saja. Dasar cewek modus!
"Ra!" Mendengar panggilan itu, aku langsung menghentikan langkah dan berbalik. Gerhana berdiri seorang diri menatapku beberapa saat, lalu menghampiriku. "Ngapain lo di sini?"
"Gue yang harusnya nanya 'ngapain lo di sini'." Aku berdecak, lalu berjingkat mencari sosok Pevita. "Si Pevita Peach mana? Kok enggak ada?"
"Udah balik dia tadi pas kami lihat-lihat ke stannya Sandra."
"Lho, kok gitu?"
Gerhana menggaruk kepalanya. "Bisa sambil duduk aja enggak ngomongnya? Ada yang mau gue omongin ke lo."
Aku menurut saja sewaktu dia menuntunku berjalan menuju TKP. "Ngomongin apa sih, Ger, sampe bawa gue ke sini segala?" tanyaku.
"Gue butuh privasi sama lo."
"Ih, apaan sih? Di sana kan juga bisa. Lagian juga gue nyari lo karena lo enggak balik-balik. Ke mana aja sih emangnya? Pacaran tuh jangan di sekolahan."
"Eh, siapa juga yang pacaran." Gerhana duduk sambil mendekap kedua kakinya. Dia menatap lurus ke depan. "Gue enggak ada hubungan apa-apa sama Pevita."
"Kirain aja gitu. Lagian dia kenapa tiba-tiba dateng lagi setelah lama tenggelam kalo enggak ada sebab?"
Gerhana menurunkan kakinya dan menghadapku. "Sebelumnya gue minta maaf sama lo, Ra."
"Eh, kenapa lagi? Lo enggak ada salah kok sama gue. Harusnya gue yang bilang maaf karena udah ngerepotin lo padahal lo enggak ada posisi di ED ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMBIOSIS MUTUALOVE [tamat]
Novela JuvenilRasi Bintang Orion merasa putus asa dengan nilai-nilai akademiknya yang pas-pasan. Gerhana Devaputra murid miskin dan pintar di tengah lautan anak-anak dari keluarga berkelebihan harta. Mereka pun sepakat saling membantu. Simbiosis mutualisme yang p...