Gerhana Devaputra
Sejak Rasi ditunjuk sebagai ketua Entrepreneur Day, cewek itu sibuk sekali. Esoknya dia bahkan langsung mengadakan rapat untuk pembentukan panitia. Benar-benar enggak mau menyia-nyiakan waktu.
"Guys, we only have time about two months to prepare this event. Jadi, kali ini kita akan membentuk panitia acaranya," ucap Ethan di depan kelas saat istirahat pukul sepuluh. Sementara Rasi berdiri di samping Ethan sambil memegang buku catatan lumayan tebal di depan dadanya.
"Nah, Rasi, lo bisa ambil alih dari sini rapatnya." Ethan pun mempersilakan Rasi untuk bicara di depan kelas. Semua mata anak-anak tertuju kepada cewek itu. Mataku pun tertuju kepadanya. Dia terlihat sangat tegang.
"Nah, Guys, gue di sini akan membagi beberapa hal yang akan kita bahas dalam rapat kali ini." Rasi mengambil spidol dan menulis di papan tulis.
1. Menu
2. Kostum
3. Dekorasi
4. Tim pelayan
5. Tim dapur
6. Tim sapu jagat
"Oke, kelas kita hanya terdiri dari 24 orang. Gue di sini enggak akan maksa kalian untuk memegang jabatan tertentu tanpa persetujuan kalian. Jadi, gue akan manggil nama kalian satu-satu dan sebutkan kalian bersedia terlibat di bagian apa. Dan gue mohon banget kerja samanya, karena nilai buat Entrepreneur Day, berpengaruh 50% buat nilai kita secara keseluruhan semester ini. Buat yang nilainya udah bagus, kalian mungkin enggak peduli. Tapi buat yang nilainya pas-pasan, ini sangat membantu sekali."
"Kayak nilai lo ya, Ras, yang nyaris terjun bebas?" Sandra langsung berkomentar dengan sinis. Dia tertawa mengejek yang tentu saja diikuti oleh tawa para pengikutnya.
Untung saja Rasi memutuskan enggak ambil pusing dengan hinaan Sandra. Cewek itu memilih untuk tetap fokus pada voting.
"Iya, makasih, San, udah ngingetin gue. By the way, gimana kalau lo duluan yang voting? Milih menjabat di bagian apa?"
Sandra terlihat kesal, mungkin karena ucapannya enggak berhasil memancing kemarahan Rasi. "Gue? Gue sih bisa ditempatin di mana aja, gue kan serba bisa," ucapnya ketus.
Rasi mengangguk, enggak ambil pusing dengan nada bicara cewek itu. "Oke, kalau gitu gue aja yang nentuin ya. Berhubung gue tahu banget kalau nyokap lo punya franchise restoran pasta, gimana kalau lo gue tempatin di bagian menu?"
Sandra enggak langsung menjawab permintaan Rasi. Cewek itu terlihat terkejut dan itu menarik perhatianku. Lagipula, aku baru tahu kalau nyokapnya Sandra pemilik usaha restoran. Dan kayaknya enggak ada anak-anak yang tahu tentang hal itu. Semuanya hanya tahu kalau Sandra itu anak seorang pejabat. Tapi kenapa Rasi bisa tahu?
"Gue enggak masalah dengan itu." Di luar dugaan, Sandra enggak mempersulit Rasi. Cewek itu menerima begitu saja keputusan tersebut. Benar-benar bukan Sandra sama sekali.
Setelah itu, Rasi langsung mengabsen teman-teman yang lain dan menanyakan mereka bersedia ditempatkan di mana. Sampai akhirnya giliranku untuk memilih.
"Menurut lo, gue cocok pegang apa, Ra?" Aku balik bertanya.
"Gerhana bagian menu aja, dia tiap hari bawa bekal. Jadi kayaknya pinter masak," ucap Ethan memberi saran.
"Nah, iya bener. Oke, lo bagian menu aja ya, Ger," ucap Rasi dia langsung mencatat di papan tulis.
Aku hanya manggut-manggut. Bagiku yang biasa kerja di kafe, ditempatkan di bagian manapun aku enggak peduli. Semuanya enteng buat aku.
Sampai aku menyadari sesuatu, kalau aku ternyata satu tim sama Sandra. Aku menoleh ke tempat duduk cewek itu. Dan bener aja, dia lagi melihat ke arahku dengan mata memelotot.
Segitu ogahnya dia satu kelompok sama gue?
Tapi aku memutuskan untuk enggak memedulikannya.
Setelah semua murid dipanggil dan mendapat bagiannya. Rasi pun membubarkan rapat. Beberapa anak ada yang kabur keluar ke kantin, ada yang memilih di kelas aja karena sepuluh menit lagi istirahat pagi sudah habis. Dan aku memilih tim tinggal di dalam kelas aja.
Begitu sekolah usai, aku bermaksud langsung kabur ke tempat kerja, tapi ditahan oleh Sandra.
"Mau ke mana lo, Gerhana? Kita kan harus rapat!" cecarnya.
"Biasanya juga gue langsung cabut setiap selesai sekolah," jawabku cuek. Aku menggeser tubuh cewek itu agar enggak menghalangi jalanku.
"Tapi kita harus rapat urusan menu," kali ini Moana yang bicara. Tentu saja dia akan memilih berada di tim yang sama dengan Sandra.
"Bisa besok kan, enggak harus sekarang? Lagian apa susahnya nentuin menu," jawabku asal ngomong. Aku harus segera berangkat kalau enggak, bisa telat sampai kafe.
"Tentu aja susah. Kalau kita asal-asalan nentuin menu, kalau enggak cocok sama lidah kebanyakan murid di sini bagaimana? Enggak bakalan laku." Sandra memandang wajahku dengan tajam.
"Kalau gitu, adain riset aja dulu. Bisa kan nyebarin flyer dan minta anak-anak buat ngisi? Dalam sehari juga pasti selesai risetnya. Atau riset lewat medsos sekolah." Aku benar-benar udah enggak sabaran harus berangkat kerja.
"Dari tadi lo enggak tenang amat, sih? Lo mau ke mana? Biar kami ikut lo aja sekarang. Kita harus rapat!"
Aku kaget ketika Sandra mengatakan kalau dia mau ikut ke tempatku bekerja. Yah, dia enggak tahu sih kalau aku harus kerja. Hal itu hanya diketahui oleh Rasi dan anak-anak cowok barisan bangku belakang plus Ethan.
"Yakin lo mau ikut?" tanyaku meminta kepastian.
Wajah Sandra terlihat kukuh mempertahankan keinginannya. Aku mendesah, "Gue naik motor jadi kalian pasti enggak bakalan bisa nyusul." Sandra sudah bermaksud protes lagi, dan aku langsung mengangkat tanganku agar dia enggak menyela ucapanku. Eh beneran manjur, cewek itu langsung mingkem lagi. "Gue bakalan shareloc, jadi kalian berdua bisa nyusul. Oke? Sekarang gue bener-bener harus pergi. Bisa-bisa gaji gue dipotong kalau telat."
Setelah mengucapkan itu, aku pun pergi meninggalkan mereka berdua dengan wajah kebingungan. Aku enggak ada waktu menjelaskan, jadi biarkan saja mereka bertanya-tanya. []
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMBIOSIS MUTUALOVE [tamat]
Novela JuvenilRasi Bintang Orion merasa putus asa dengan nilai-nilai akademiknya yang pas-pasan. Gerhana Devaputra murid miskin dan pintar di tengah lautan anak-anak dari keluarga berkelebihan harta. Mereka pun sepakat saling membantu. Simbiosis mutualisme yang p...