35. DARAH LEBIH KENTAL DARIPADA AIR

20 13 8
                                    

GERHANA DEVAPUTRA

"Kakak!"

Aku menoleh ketika mendengar suara Daffy memanggilku. Seketika itu juga wajahku langsung semringah. Kulihat wajah mungil Daffy mengintip di balik pintu masuk kelas yang dijadikan kafe dadakan. Di belakang tubuh Daffy ada Siti yang menemani.

"Lex, bentar ya, gue nyambut tamu spesial dulu," ucapku langsung memberikan buku menu kepada Alex yang memakai kostum Joker.

"Hai, Daffy," sapaku riang, aku mengangguk sopan kepada Siti. "Kalian mau masuk? Sekalian makan siang."

Daffy mengangguk dengan antusias. Aku pun menggandeng tangannya dan membawanya menuju salah satu meja yang masih kosong.

"Daffy mau cheesecake buatan Kakak? Minumnya jus stroberi," ucapku.

"Mau!" Gemas banget dengar suara Daffy.

"Mbak Siti mau apa? Di sini ada burger, cheesecake, brownies, sandwich. Mau minum kopi? Mbak Siti suka ice cappuccino dengan whipcream yang banyak, kan?"

"Iya, kok hapal sih kopi kesukaan Mbak?"

Aku tertawa mendengarnya. "Ya, hapal, lah. Beberapa kali aku dititipin Pak Deni beli minuman dari Café Sedjuk buat istri tersayang katanya."

Siti cemberut. "Ya ampun. Pantes aja kok dia so sweet banget ngebawain kopi kalau Mbak lagi capek. Ternyata nyuruh kamu, ya. Lain kali kalau disuruh lagi jangan mau!"

"Enggak apa-apa kok, Mbak. Lagian kalau itu bisa membuat hubungan Pak Deni dan Mbak Siti makin harmonis, dengan senang hati aku bantuin."

"Masyaallah. Kamu memang anak baik ya, Gerhana. Pantas Tuan besar sayang banget sama kamu."

"Oh ya, Bapak ke mana? Ikut ke sini juga, kan?" tanyaku.

Siti mengangguk. "Tuan kan pemilik Yayasan, jadi kalau ke sini setiap keliling pasti ditemani oleh kepala sekolah."

"Oh, jadi Bapak lagi keliling semua kelas yang ikut Entrepreneur Day?"

"Iya."

Aku mengangguk, bisa memahami kenapa Tuan Aquilla enggak bisa langsung melihat ke kelasku. Toh, aku bisa menunggu, dan ada Daffy di sini.

"Ya udah. Tunggu sebentar ya, nanti pesanannya Kakak bawakan." Aku pun pamit dan enggak lupa sebelumnya menepuk pelan puncak kepala Daffy.

Di meja kasir, aku menunggu sebentar karena saat itu Rasi sedang berbicara pada ibunya.

"Mama sama Papa jangan pulang dulu ya, nanti ada penampilan spesial di kelas ini jam dua siang. Dijamin Mama enggak bakalan nyesel deh," ucap Rasi penuh harap. Sementara Pak Diptha masih duduk di kursinya.

"Hmm, Mama sih sudah cuti sehari ini khusus datang ke sekolahmu. Ya sudah, Mama tunggu. Sekalian Mama mau nyapa teman SMP kamu dulu, siapa itu namanya, Cassanova?"

Rasi tertawa. "Cassandra, Ma."

"Iya, dia lama enggak main ke rumah ya? Dulu perasaan sering datang."

Wajah Rasi langsung terlihat sedih, tapi dia bisa menyembunyikannya dengan baik dari ibunya. "Kami sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing, Ma."

Ibunya Rasi mengangguk tapi wajahnya tetap kurang puas dengan jawaban Rasi. "Iya, sih. Ya sudah, Mama duduk lagi ya. Satria, kamu enggak apa-apa kan?"

Satria yang ditanyakan memberikan jempol pada ibunya, "Chill, Mom, I'm okay!" Saat ini dia benar-benar sibuk menyiapkan beberapa pesanan kopi.

Wajahnya terlihat khawatir, tapi beliau enggak protes. Beliau pun berbalik, dan tubuh kami langsung berhadapan. Sekilas ekspresi tegang saat dia melihatku, tapi kalimat yang keluar dari mulutnya benar-benar membuatku heran. "Oh, halo, Gerhana." Hanya itu, disertai senyuman tipis. Setelah itu beliau kembali melangkah menuju suaminya. Membuat aku dan Rasi hanya saling pandang terheran-heran.

SIMBIOSIS MUTUALOVE [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang