Gerhana Devaputra
Khusus untuk acara Entrepreneur Day hari Kamis nanti, Rabu ini kegiatan belajar mengajar selesai pukul dua belas agar siswa bisa fokus mempersiapkan semuanya.
Aku dan Keanu pun langsung pergi ke kafe untuk membuat cheesecake dan brownies di sana. Aku sudah izin pada Om Baskoro untuk memakai dapur kafe. Sebenarnya di dapurnya Bu Djati juga bisa, hanya alat-alatnya kurang lengkap.
Selain cheesecake dan brownies, masih ada menu sandwich dan french fries. Bahan-bahannya semua akan diantarkan hari ini ke kafe. Besok pagi, aku dan Keanu akan mengambil semua kue dan bahan-bahan di kafe sebelum ke sekolah. Sayangnya, Donie mengundurkan diri sebagai tim konsumsi. Dia ikut dengan Sandra membuat stan lain. Oleh sebab itu, konsumsi hanya ada aku dan Keanu.
Sedih memang, karena tenaga jadi sangat berkurang. Keanu cukup membantu, tapi tetap saja masih keteteran. Aku belum paham kenapa Donie memilih tim Sandra, tapi aku dengar mereka berdua tetanggaan. Untungnya Donie tetap mau meminjamkan juicer milik ibunya.
"Keanu, lo bisa kan misahin putih telur sama kuning telur?" tanyaku ketika kami sudah mulai bekerja.
"Eh, apa?"
Aku mendesah, paham kalau dia pasti sama sekali enggak pernah terjun ke dapur apalagi megang telur mentah. Maka, aku memperagakan pada Keanu bagaimana memisahkan kuning dan putih telur.
"Oke, gampang kan? Coba sekarang lo yang kerjain. Gue ngerjain yang lain."
Tapi hanya selang beberapa detik, baru aku mau menimbang cream cheese, aku mendengar bunyi yang mengkhawatirkan. Benar saja, Keanu baru saja memecahkan telur tapi semuanya jatuh ke atas mangkuk termasuk cangkang-cangkangnya. Terus dia mengambil sendok dan bermaksud menyendok kuning telur agar terpisah dari putihnya. Tentu saja sampai lama dia berusaha, kuning itu enggak juga berhasil masuk ke sendoknya yang ada kuningnya sudah pecah dan tercampur dengan putihnya.
Keanu memandangku dengan wajah yang berpeluh, "Ger, a little help?"
Aku menarik napas dalam, sabar.
"Begini, Nu, lo ambil telur. Ketok tengahnya, gunakan ibu jari lo, begitu misah cangkangnya, lo bolak-balik begini, sampai putihnya habis dari cangkang. Beres, deh! Lo simpen kuningnya di mangkuk yang ini. Oke?" ucapku menjelaskan sekali lagi.
"Ya, oke, sih, tapi gue harus mecahin segini banyak telur? Ada kali seratus."
"Enggak sampai seratus. Kita bikin cheesecake cuma tujuh Loyang. Satu loyang butuh delapan telur. Jadi paling 56 butir aja."
"Kalau gitu lo aja yang ngerjain deh. Gue ngerjain yang lain."
"Oke, kalau gitu. Semua bahan yang buat di tim sudah ada di dekat kompor. Cream cheese sekitar 700 gram. Butter 700 gram. 910 ml buat susunya. Lo timbang dan ukur dulu ya. Ukurannya harus pas. Baru lo aduk di atas panci, nyalain kompornya kayak gini."
Dan lagi-lagi, Keanu hanya memandang wajahku dengan bingung.
"Oke, kan?" tanyaku setelah aku menjelaskan semuanya.
Keanu enggak menjawab. Aku hanya diam menunggu, kupikir dia sedang mencerna semua penjelasanku.
"Coba lo ulangin lagi." Keanu meringis padaku.
Aku mengusap wajahku frustasi. Alamat aku yang bakalan kerja sendirian.
"Ya udah, lo duduk manis aja deh, di depan," perintahku akhirnya.
"Enggak bisa gitu dong, Ger!" Keanu protes.
"Lo bisa bantuin Om Baskoro jadi pelayan kafe, soalnya hari ini gue lagi cuti dan minjem dapurnya juga. Hitung-hitung balas budi. Bisa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMBIOSIS MUTUALOVE [tamat]
Ficção AdolescenteRasi Bintang Orion merasa putus asa dengan nilai-nilai akademiknya yang pas-pasan. Gerhana Devaputra murid miskin dan pintar di tengah lautan anak-anak dari keluarga berkelebihan harta. Mereka pun sepakat saling membantu. Simbiosis mutualisme yang p...