36. UNGKAPAN HATI

27 14 5
                                    

Rasi Bintang Orion

"Rasi!" Samudra meneriakkan namaku. Dia melambaikan tangan memberi kode kepadaku ketika hendak kembali ke posisi di belakang kasir. Cowok dan tim basketnya itu berada di meja paling belakang yang berlatar wallpaper garis-garis hitam putih.

Walaupun agak sedikit lelah, tapi tampaknya baterai di tubuhku kembali full setelah berkeliling sebentar bersama Gerhana. Benar ya cowok itu sepertinya jugapunya aura magis yang dimiliki oleh Justin atau Samudra. Eh... aku memukul sendiri. Pikiran apa sih itu? Bisa-bisanya aku berpikiran seperti itu di saat aku menghampiri Samudra, gebetanku semenjak kelas sepuluh. Eh, mantan gebetan deh. Kan dia secara tidak langsung, sudah menolakku.

Samudra tertawa sesampainya aku di hadapannya. "Duduk dulu sini samping gue, Ras."

"Hah?"

"Iya. Sini." Samudra menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya. Tempat itu memang dikhususkan untukku sepertinya. Ah, jadi malu!

Dengan pipi yang memanas, aku duduk. Penghantarnya? Pandangan cowok-cowok basket yang tak kalah gantengya dengan Samudra. Rata-rata sih berdarah campuran. Masyaallah... mimpi apa aku semalam?

"Kok sampe nabok mulut gitu, Ras?"

Aku berdecak, pura-pura marah. "Tolong lupain yang Kak sam lihat tadi!"

"Oh, oke." Samudra memandangi sekitar. "Konsepnya keren banget, Ras. Beda sama stan lain."

Aku tertawa garing. "Gue cuma mau nunjukin kalo gue bisa jadi pemimpin mereka, kok. And hope you like it, Guys!"

"Kami semua suka, kok. Menu-menunya juga enak. Kopi dan kuenya pas gitu."

"Mau aku kenalin patissier dan baristanya enggak? Bentar, ya." Aku berdiri dan memanggil Gerhana. "Ger, sini! Ada yang mau kenalan."

"Oh, Gerhana yang bikin kuenya?" sahut salah satu cowok berdarah indo-jepang.

"Yup!" Aku menarik tangan Gerhana ketika dia berdiri di hadapanku. Aku menyeretnya ke sisiku.

"Keren banget lo, Ger," komentar Samudra. "Udah jago basket, terus jago masak lagi." Dia tertawa. "Salut gue sama lo!" Samudra mengulurkan tangannya mengajak Gerhana bersalaman.

Gerhana menyambutnya. "Thanks, Bro!"

Sementara itu, aku mencengkram kuat-kuat jubah yang dikenakan Gerhana karena kakiku gemetaran. Rasanya lama-lama di sini aku bisa tumbang. "Ger, gue gemeteran ini," bisikku di telinganya. "Lo di sini aja ya temenin gue."

"Lho, kenapa?"

"Udah. Pokoknya lo di sini aja."

"Itu gimana?" Gerhana menunjuk ke arah kasir dan deretannya.

"Ah, kan ada yang lainnya. Biarin aja dulu. Eh, eh, gue kayaknya masih suka deh sama Samudra. Kaki gue gemeteran ini di sebelah dia."

Gerhana merangkulku tiba-tiba. Wajahnya terlihak agak kesal. "Perlu ya ngomongin gituan di saat kayak gini?"

"Maaf."

"Rasi, kok gue enggak ngelihat Jessica?" tanya Samudra. "Harusnya dia ada di sini, kan?"

"Hm?" Aku kembali duduk, dan kusisakan sedikit ruang untuk Gerhana duduk. "Oh, itu." Aku menggigit bibir bawah. "Dia enggak gabung sama timku, Kak. Dia bikin stan sendiri di luar bareng Sandra dan gengnya."

SIMBIOSIS MUTUALOVE [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang