19

1.3K 143 9
                                    



hari ini mereka kembali diintrogasi, menurut isu yg terdengar mereka akan menjalani 3x introgasi lagi jika sampai 3x kedepan tetap tidak terungkap maka mereka semua ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan

mereka semua kini sudah tidak memikirkan bagaimana nasib persahabatan mereka, yg mereka fikirkan membantu polisi untuk mengungkap kan siapa pelaku dan memberi informasi sekecil apapun ke polisi karena mereka tidak ingin dipenjara sia sia, jika awal awal mereka masih memikirkan persahabatan mereka sekarang mereka akan sedikit berfikir logis dan terima fakta bahwa memang salah satu dari mereka adalah pembunuh nya

diluar polisi sudah sampai tapi bukan hanya pihak polisi saja yg datang melainkan ada papa adel juga

"papa" ucap adel lalu memeluk papanya

"pak bisa introgasi yg lainnya dulu ya saya ingin berbicara dengan anak saya"

"baik pak lidyo" ucap polisi itu

papa adel menarik kasar tangan adel lalu membawanya keruangan pribadinya dan mengunci pintu ruangan itu

teman teman adel yg melihat adel hanya acuh dan memikirkan nasib mereka sendiri

"cih enak banget kalo punya privilege bisa introgasi diakhir" ucap zee yg masih bisa didengar ara olla dan indah

"udah lah zee biasanya dari kemaren kemaren juga adel sering yg pertama kan" jawab ara
"masih untung kita boleh tinggal dirumah adel bukan di sel tahanan"

zee hanya berdecih dan kembali memasang wajah datar nya, kenapa ara masih bisa berfikir positif ke adel, zee sebenarnya sudah  ingin memberi tau ara sesuatu saat mereka tidur bareng tapi papa nya melarang zee untuk memberi tau siapa siapa jadi lah zee hanya mengingatkan ara untuk hati hati saja

//

"ada apa pah?" tanya adel

Plakkk

papanya menampar pipi adel sangat kuat dan membuat adel kaget sebab tidak merasa ada kesalahan kenapa papanya menampar dirinya

"pah kenapa sih? kenapa nampar adel" adel memegang pipinya yg panas akibat tamparan papanya

"kamu masih berani nanya sama papa!" bentak papa adel

"kamu bisa bodohin orang lain tapi kamu gak bisa bodohin papa adel!"
"polisi udah periksa semua rekaman cctv dan papa ikut dalam pemeriksaan itu dari awal!"
"bukan cuma papa tapi orang tua zee dan ara juga, yg buat papa kaget kenapa polisi gak punya rekaman cctv didapur, dari situ udah papa simpulin kalo ini ulah kamu adel tapi papa diem aja karna gak mau terlihat mecurigakan, tapi orang tua zee sama ara pasti udah liat kejanggalan ini karena setiap sudut rumah kita ada cctv kenapa cuma didapur yg gak ada tepat ditempat terbunuhnya vivi"
"papa mau kamu jujur ada masalah apa kamu sama vivi sampe kamu bunuh dia! dia anak adek papa dia sepupu kamu adel!" bentak papa adel

"pahh" adel hanya menundukkan kepalanya

adel tidak mungkin menceritakan ke papa nya kenapa dia membunuh sepupunya itu

"papa gak bisa bela kamu lagi adel!"

"pah adel mohon pah jangan bilang ke siapa siapa"

papa adel hanya diam tidak menjawab perkataan adel lalu papanya hanya melihat jam ditangannya

"papa harus buru buru kekantor" papa adel hendak pergi dari sana tapi tertahan oleh suara adel

"urusin aja terus bisnis papa sampe gak perduliin anak sendiri" adel tersenyum miring melihat tingkah papanya
"ini penyebab adel gak punya hati pah karna gak pernah dapet kasih sayang dari orang tua, bahkan orang tua aku sendiri gak perduli mau anaknya dipenjara atau dihukum mati, papa lebih mentingin duit kertas papa"

AMERTA AKSA (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang