vote dan comments,
intermezzo.
shout out!
Bagaimana rasanya ketika kamu ingin menangis tapi menangis saja bahkan terasa memuakan dan gak akan mampu menyembuhkan rasa sakit yang bercokol di dadamu, seperti, ada luka yang semakin dicoba untuk di sembuhkan, bukannya berhasil, malah luka itu semakin besar.
Sakit.
Tak sanggup.
Dunia, dunia sudah terlalu hancur.
Dunia Madin.
"Jangan diam terus, jawab Mas tanya, kamu kenapa jadi begini?"
Raut frustasi Kenan membuat Madin semakin gak ngerti gimana cara menyikapi semua yang dihadapkan padanya saat ini.
Rumah Madin jadi latar sepulang dari Rumah Sakit, Yuma udah di kamarnya bersama Daniel yang katanya mau nginep karena besok mau meliburkan diri, ya udah, iyain aja.
Kenan yang udah di usir gak mau pulang, karena dia merasa gak bisa lagi di suruh jauh-jauh, keadaan Madin saat ini bener-bener perlu dijelaskan sejelas-jelasnya.
"Kamu masih mau diam terus?"
Sebuah pertanyaan yang bikin air mata Madin mengalir semakin deras, dadanya sesak, tangannya cuma mampu meremat denim milik Kenan yang memeluk tubuhnya, Madin pusing, karena terlalu banyak menangis dan sebagian di tahan.
Kenan gerah banget rasanya saking panasnya kepala dia seperti akan meledak.
Madin menunduk dalam.
"Apa yang kurang dari Mas?"
"Nggak ada," lirih Madin kecil.
"Ya, kenapa begini? kenapa jadi berantakan gini, Mas bingung, kamu maunya apa? maunya gimana?"
Madin menggeleng lamat, Kenan melirik sekilas dan ngehela napas.
Semarah apapun, Kenan gak pernah bisa ngamuk di depan Madin, padahal rasanya pengen gebukin orang sekarang juga tapi, Madin yang diam dan menangis membuatnya membayangkan akan jadi setakut apa dia jika Kenan lepas kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[v] Shout Out! [EJWin]
Fiksi PenggemarLegend of The Dark Moon Era; the struggle to find out all the puzzle pieces of their Destiny. pernah di : #1 on #yuma #2 on #daniel #2 on #andteam