Shout Out #03 : Realisasi Adiksi.

1K 150 120
                                    

vote dan comments.


Pada akhirnya, mereka berhasil bisa nongkrong di Lights setelah dua hari berlalu sejak kejadian Bara di keroyok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya, mereka berhasil bisa nongkrong di Lights setelah dua hari berlalu sejak kejadian Bara di keroyok.

Juna jadi yang paling semangat bahkan dalam perjalanan dia jadi yang paling depan dengan gaspol bikin yang lain pada yakin aja kalau bocah itu beneran jatuh cinta setelah ratusan tahun kayak gak suka sama manusia.

Menyedihkan kadang si Juna.

"Wajib banget sih kita nongkrong disini," kata Hildan sambil menyesap rokoknya dengan penuh penghayatan.

Siapa sangka gebetan Hildan sejak sepuluh tahun yang lalu ternyata bekerja di Cafe itu?

Hildan merasa sangat terberkati bisa menemukan Dia setelah sekian lama gak ketemu lantaran Dia perlahan menjauh sampai gak tergapai, Hildan nt pride.

"Pegawainya titisan Dewi semua apa gimana ya?" celetuk Sena sambil mandangin salah satu pelayan Cafe yang punya rambut setengkuk yang kulitnya putih banget bersinar di terpa cahaya alami yang mempesona banget, Sena kecantol.

"Gue kira dia perempuan, Nyet," kata Juna nunjuk orang yang di liatin sama Sena.

"Cowok, Tot, tapi cantik banget ye," kata Sena dengan mata yang gak teralih dari setiap pergerakan Dia yang menarik atensinya, terus nada suaranya kayak orang nge-fly. Sena habis nge-lem.

"Mana yang katanya gebetan Bang Juna?" tanya Taki yang dasinya dia ikat di kepala, pusing banget tadi habis ulangan tiga kali berturut-turut, rasanya kayak kepala Taki mau meletus padahal bukan balon hijau.

"Tau tuh, hoax ya? kok gak keliatan," kata Hildan dengan ekspresi nyebelin.

"Ada, Cok, buat apa gue bohong?" tanya Juna dengan sinisnya.

"Ya mana, yang pasti-pasti aja lah, Jun, jaman sekarang mah, no bukti, hoax!" kata Hilda dengan nada super ngeselin.

"Kaga tau ya, mungkin dia kerjanya di dapur kali," kata Juna sambil ngedar pandang.

Sampai akhirnya, "Mbak!" seru Juna ke Dia yang di liatin sama Sena.

Mukanya auto bingung gitu, di teriakin sama cowok tapi arah matanya, dimana gak ada perempuan disana.

"Mbak, iya, Mbak-nya," kata Juna ke Dia yang dengan polosnya nunjuk diri sendiri.

"Tololnya gak luntur-luntur," sinis Danu ke Juna yang cengengesan.

"Gak tau namanya, mau manggil Mas kayak gak pantes," balas Juna dengan gobloknya.

"Ada apa ya, Mas?" tanya Dia setelah sampai di meja mereka.

Tatapannya di paksa ramah walau udah pengen banget nendang muka orang yang panggil dia 'Mbak' itu.

"Kenal sama Luna nggak, Mbak?" tanya Juna dengan santainya.

[v] Shout Out! [EJWin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang