Shout Out #18 : Abstrak.

618 106 220
                                    

warning: crackpair, psychology issues, family issues, broken eng, harshwords. be wise.
ejwin ft. wonjay area.
vote dan comments.


Haris dan Juna berdiri di belakang Lia yang rebahan di kasurnya, kepala di tempat kaki, kaki naik bertengger di atas kepala ranjang, pandangannya kosong menatap langit-langit kamar, sudah satu minggu berlalu sejak Misi Gem Stone berhasil, dan sela...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haris dan Juna berdiri di belakang Lia yang rebahan di kasurnya, kepala di tempat kaki, kaki naik bertengger di atas kepala ranjang, pandangannya kosong menatap langit-langit kamar, sudah satu minggu berlalu sejak Misi Gem Stone berhasil, dan selama itu pula Lia udah gak masuk Kuliah, gak keluar rumah sedetikpun karena, ya, Juna gak akan biarin Lia keluar dan menghadapi dunia luar dalam keadaan kayak gitu.

Gak akan mau mengelak, Lia terguncang.

"Apa gak sebaiknya kita bawa Kak Lia ke Psiki—" Haris seketika langsung kicep waktu Lia menoleh dan langsung menatap tajam padanya.

"Aku gak gila ya!" seru Lia keras.

Juna ngehela napas, "sampai kapan mau begini, Lia?" tanyanya.

Bunda udah kirim obat, Ayah udah ngomel sejam full ke Juna dan Juna sendiri udah sempat sparing dadakan sama Wildan, dan semua gak menghasilkan apapun.

Lia memang bisa di kontrol, tapi masa harus begini terus?

"Emang aku kenapa sih?" tanya Lia dengan polosnya.

Lia bahkan gak tau kalau dirinya udah gak mandi sejak dua hari yang lalu karena setiap masuk kamar mandi, dia bercermin dan tantrum, Lia bilang, ada David muncul dengan wajah yang hancur.

"Abang, Lia gak gila," kata seraya duduk bersila di atas kasurnya, yang langung bikin Juna berjalan cepat menarik selimut dan menutupi kaki Lia yang dia cuma pakai celana dalam.

Haris reflek berbalik memunggungi, takut khilaf.

Lia manyun, terus garuk-garuk pipinya yang bernoda merah acak-acakan, Lia bermain dengan lipstik yang dia dapat dari Hasya sebagai hadiah Lia berhasil melawan kejatuhannya.

Eh, ini malah hancur, udah gitu ublek-ublekan lagi, kacau.

Juna menaikan kaos beler Lia sehingga menutupi bahu sempitnya yang terlihat semakin kurus, Juna menghela napas lagi, Lia yang gembul hilang dengan cepat.

"Ngga ada yang bilang Lia gila," kata Juna seraya mendekat dan ngulurin tangan buat merapikan rambut kusut sang adik.

"Ngga ada yang berani sekedar mikir adik Abang ini gila," ujar Juna dengan suara rendah, sudah lelah, "yang berani mikir atau bilang Lia gila, nanti Abang yang akan antar nyawanya ke Neraka," katanya, menyiratkan sudah semuak apa Juna liat betapa brutalnya sosial membuat Lia runtuh dan hancur.

[v] Shout Out! [EJWin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang