Shout Out #13 : Insane.

678 114 286
                                    

vote dan comments.


Ciuman terakhir Ayah dan Bunda masih teringat lamat di ingatan Juwi, kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ciuman terakhir Ayah dan Bunda masih teringat lamat di ingatan Juwi, kemarin.

Ketika Ayah dan Bunda kembali ke Jogja bersama Papa Helios dan Mama Shakeel, meninggalkan Jakarta dan segala kekacauannya.

Meninggalkan Juwi dengan kematiannya.

Kematian Juwi, Juwi yang ia bunuh dengan sepenuh hati.

Setelah apa yang terjadi padanya, Juwi sudah gila.

Terlalu gila untuk berpikir, mempertahankan dirinya yang sepekan lalu masih sebersih kanvas gak bernoda, tapi kini, Juwi gak ayal hanya sebuah kubangan air yang kotor, bekas hujan di tengah malam yang riuh, rusuh.

Hari ini, Juwi kabur dari Juna yang ketiduran di depan tv yang menyala, Juwi pergi tanpa bilang apa-apa pada sang Abang, untuk pertama kalinya, lagi, setelah kejadian kemarin.

Juwi muak.

Ia benci, benci menjadi dirinya.

Benci menjadi Juwi.

"Hasya!"

Juwi berseru pada Hasya yang celingukan di depan sebuah hair salon, dimana mereka janjian untuk bertemu.

"Juwiiiiii!" seru lantang Hasya dengan raut gembira.

"Juwi, baby are you okay???" Hasya menangkup wajah Juwi dengan kedua tangannya, menatap khawatir tetapi kemudian Juwi justru tersenyum.

Senyum yang gak ada Juwi-Juwinya sama sekali, senyum yang jatuhnya jadi sebuah seringai.

"I'm not," sahut Juwi buat Hasya ingin menangis.

"I'm sorry, for what happened with you, i, i was so—"

"Hasya, that's fate," kata Juwi, seraya melirik salon yang lengang, dimana Liz sudah menanti mereka di dalam sana.

"Tapi, Juwi—"

"Ssst, kak Ayas bilang, selama kita lemah, kita akan selalu kalah, Sya," kata Juwi, menggeleng lantas terkekeh, Hasya cengeng, dia mewek, melas menatap Juwi.

"Jangan bahas hal itu lagi, gue muak."

Hasya kaget sekaget-kagetnya sampai rasanya dunia Hasya terhenti ketika dengar kalimat terakhir Juwi sebelum lenyap di telan pintu salon milik Liz yang menjadi lokasi kaburnya Juwi, Hasya yakin setidaknya habis ini Juna pasti bakal ngamuk, Hasya harus siap-siap lahir dan batin.

"Juwi-ku yang gemoy..." lirih Hasya ketika dilihatnya, Juwi melepas jaket denim yang membalut kaos putihnya, ketika Liz bersiap dengan tugasnya.

"Hasya, ayo bantuin! kok malah nongkrong disitu, lo mau jadi maskot salon gue 'kah?" tanya Liz dengan ngegasnya, Hasya tersentak lalu masuk.

[v] Shout Out! [EJWin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang