Butuh waktu tiga hari untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan hingga Adelio dan Cherry bisa benar-benar keluar dari rumah Jakson dan Fika. Karena selain memindahkan barang Cherry dan Adelio, ada banyak hal dramatis yang mengakibatkan prosesnya menjadi lebih lama. Terutama disebabkan oleh Ratih yang ternyata memang rada protektif terhadap putrinya. Dia berceramah panjang lebar dan memaksa Adelio terus mendengar. Sampai-sampai Cherry yang merasa tidak enak hati harus meminta mamanya diam berkali-kali.
Dan seakan tidak cukup kemarin, hari ini pun Ratih masih ceramah lagi. Hanya saja Cherry sangat sabar saat meyakinkan Mamanya. "Ma, Mama percaya kan sama Iyo? Mama juga kan yang minta dia gantiin Iyan? Sekarang Mama kok kayak ragu gitu sama suami aku?"
"Mama bukannya ragu, sayang, Mama cuma khawatir aja, Iyo kan sering main film, entar kalau cinlok sama pemeran wanitanya gimana?"
Cherry sih nggak peduli ya, toh dia juga nggak benar-benar suka sama Adelio.
"Nggak, Ma. Iyo udah janji ke aku, dia nggak bakal suka sama wanita manapun selain aku. Jadi Mama tenang aja." Sebenarnya, Cherry bukan orang yang suka berbohong, tapi semenjak menikah dengan Adelio, dia jadi sering melakukannya. Dia bahkan lupa entah sudah berapa kali kalimat dusta yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Adelio diam saja, paling jawabannya cuma "iya, Ma" setiap kali Ratih selesai memperingati. Kentara sekali jika pemuda itu tidak begitu peduli.
Mendengar penuturan putrinya, Ratih menganggukkan kepala dan menarik napas lega, kemudian menoleh ke arah Adelio yang sejak tadi tidak berkata apa-apa sambil tersenyum hangat. "Iyo, kalau gitu Mama pamit dulu, ya, kalian baik-baik di sini. Kalau ada apa-apa langsung aja telepon Mama atau Papa, oke."
"Iya, Ma, nanti biar Labu--maksud aku Cherry aja yang telepon Mama kalau terjadi sesuatu."
"Ingat kan Cherry, ya, Nak. Soalnya istri kamu itu suka banget nyimpan sesuatu sendirian, makanya Mama khawatir banget sama dia. Mama takut terjadi apa-apa dan Cherry nyembunyiin itu dari kita semua."
"Mama nggak usah khawatir kayak gitu dong, sekarang kan udah ada Iyo yang jagain aku. Iya kan, sayang?" Cherry berujar sebelum Adelio sempat merespons kalimat mamanya. Gadis itu sengaja bergelayut di lengan Adelio.
"Iya, Ma. Ada aku yang bakal jagain Cherry." Tawa canggung Adelio mengudara. Bersamaan dengan itu Ratih memeluk Cherry, disusul kehadiran Jakson dan Fika yang baru turun dari lantai dua. Papanya Cherry tidak ada di sana karena ada rapat sangat penting yang harus beliau hadiri.
"Mama pulang dulu, ya." Ratih berpamitan sekali lagi. Meski berat hati, ia melepas putrinya dan membiarkan Fika memeluk gadis itu. Jakson sendiri hanya menepuk bahu Adelio dan tersenyum bangga pada pemuda itu. Karena setelah sekian lama, akhirnya Adelio melakukan sesuatu yang berhasil membuatnya bahagia.
"Baik-baik sama istri kamu."
"Iya, Pa." Adelio membalas senyuman Jakson sambil sedikit menunduk. Tetapi ketika sang papanya hendak menjauh, Adelio menyeletuk. "Sekarang Papa bangga kan sama aku?"
Jakson tertegun. Lantas menjawab dengan suara yang hanya bisa didengar oleh putranya. "Sedikit."
"Cuma sedikit?"
Pria itu mengangguk. "Iya. Masih belum sebanyak Ian."
Setelahnya Adelio tidak lagi bersuara, hanya merunduk di tempatnya berdiri. Bukan karena sakit hati. Tetapi karena ia tahu betul jika yang papanya katakan adalah fakta yang harus Adelio terima. Sejak kecil, Adelio tidak pernah bisa melampaui kepintaran Adrian meski sudah berusaha mati-matian. Dia selalu menjadi peringkat terendah di sekolahnya bahkan pernah beberapa kali terancam tidak naik kelas karena nilainya di bawah rata-rata. Selain itu, sifat Adelio yang suka cari masalah juga membuat orang tuanya kerap dipanggil ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Seratus Senti
RomanceSetelah tahu sang mantan mengandung anaknya, Adrian nekat minum obat bius di hari pernikahannya dengan Cherry. Ia mengira dengan begitu perjodohan tersebut akan ditunda, nyatanya Mamanya yang sering nonton film India malah mencetuskan ide tidak terd...