PROLOG

995 70 19
                                    

Hati-hati banyak typo bertebaran!!

.
.
.

Dirgantara.

Siapa yang tidak kenal dengan marga itu? Tidak hanya dikenal sangar dan bar-bar, mereka juga dikenal dengan keluarga yang tegas dan bijaksana. Disegani oleh semua orang juga sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.

Pagi ini, seluruh media sosial tengah digemparkan dengan berita kelahiran dari keluarga Dirgantara. Bagaimana tidak? Keluarga mereka tidak ada satupun yang dapat melahirkan anak kembar. Tetapi ini adalah hal paling takjub di dalam sejarah keluarga Dirgantara.

Saat ini, keluarga Dirgantara sedang berkumpul disebuah ruangan. Menanti seseorang yang sangat mereka ingin lihat. Rasa khawatir tercetak jelas di wajah mereka satu persatu. Keringat dingin yang membasahi pelipis mereka membuat siapa pun yang melihatnya rasa seperti ingin mengusapnya.

"Ck lama amat si!" Decak seorang pria yang sedari tadi hanya mondar-mandir di depan sebuah ruangan.

"Yee, sabar lah oon! Lu kata lahiran sekali ngeden langsung keluar! Dikata kuda laut kali!" Ucap seseorang sambil menoyor kepala pria yang berada di sampingnya.

"Bisa gak, gak usah noyor? Lama-lama gue amnesia gara-gara lo doang nih!" Sahutnya lagi.

"Lah lu nya aja yang oon! Di mana-mana kalo orang lahiran itu—" ucapannya terpotong karena sesuatu berhasil membuat mulutnya tidak bisa berbicara.

"Gak usah ngomong! Suara lu bikin gue eneg! Huekk!" Pria itu menyentaknya tangan pria yang membekap mulutnya dan langsung menghindar.

"Tangan lo bau terasi! Pasti lo kagak cuci tangan kan tadi abis gadoin terasi? Hayo ngaku lu!" Tebaknya ngawur.

Sedangkan ibu mereka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia sudah lelah memisahkan kedua putranya itu. Sudah dipisahkan, masih saja bertengkar. Padahal sudah berumur, apa tidak malu dengan anak-anaknya?

"M-mohon maaf jangan berisik, takut pasien lain terganggu." Ucap salah satu perawat yang tengah lewat itu dengan gugup. Bagaimana tidak, orang yang ia tegur adalah sebagian dari keluarga Dirgantara. Tak mungkin orang tak kenal dengan mereka. Siapapun pasti akan berhati-hati dengan keluarga itu.

"DIAM!" Jawab mereka bersamaan. Sang perawat hanya bisa menunduk takut. Ia tak berani melawan sangarnya keluarga Dirgantara. Ia pun memilih pergi daripada menjadi korban.

.
.
.
.

Di dalam ruangan yang bernuansa putih, seorang wanita kini tengah berjuang diantara hidup dan matinya. Ia melahirkan lima anak kembar yang di mana salah satunya berjenis kelamin perempuan.

"AKHH!!! HUFT! HUFT!!" Teriak seorang wanita dengan rasa sakitnya yang hebat.

"A-A-ADUH ADUH, AWW!!" Teriak seorang pria yang sedang kesakitan ketika sang istri menjambak rambutnya karna tak kuat menahan sakit yang luar biasa.

Rasa khawatir dan sakit yang kini tengah dirasakan oleh seorang wanita yang bernama Tiara Fatma Dirgantara. Ia merupakan seorang istri dari salah satu keturunan Dirgantara yang paling tampan bernama Galang Dirgantara.

Tak ayal keluarga mereka sangat menyayangi Tiara dibanding yang lain. Tapi itu tak menjadi bahan iri menantunya yang lain. Justru mereka juga sangat menyayangi Tiara karena mereka telah belajar banyak darinya.

Setelah lama menunggu akhirnya seseorang keluar dari ruangan tersebut dengan senyuman yang mengembang. Dalam sekejap, kedua orang yang tengah bertengkar tadi menghentikan aksinya kemudian menghampiri sang dokter.

A.N.J.A.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang