BAGIAN 8

203 23 14
                                    

HAPPY READING!!

.
.
.

Hati-hati banyak typo bertebaran!!

.
.
.

BRAKK!!

Pintu didobrak secara tiba-tiba dari arah luar, menampakkan seorang remaja laki-laki dengan seragam sekolahnya, dihiasi cengiran khas tanpa rasa bersalah di wajahnya.

Seluruh penghuni kelas itu sontak menengok ke asal suara, menampakkan raut keterkejutan dari masing-masingnya.

Begitu juga dengan seorang guru laki-laki yang sedang mengajar. Ini kalau dia punya riwayat jantung udah pasti mati ditempat, menghadapi murid-murid diluar nalar sekaligus marga satwa menurutnya.

"Apa lagi ini ya Gusti nu Agung!!!" Guru itu mengelus dadanya karena terkejut.

"Anjirr ganteng juga! Eh, sadar Ji sadar, yaa tapi gimana yaa emang beneran ganteng kokk!!" Jihan membatin, memperhatikan remaja laki-laki itu dengan tatapan yang berbeda, seolah...terpesona?

Melihat ke arah pintu yang telah terbuka, langkah guru itu menuju si remaja semakin dekat. Tatapan intimidasi diberikan padanya, yang sebenarnya tak akan berpengaruh apa-apa bagi murid spesialnya.

"Kenapa kamu baru dateng jam segini Gilaaanggg?!?!" Oceh sang guru.

"Duh, Pak, saya baru dateng dimarahin, ngajak berantem?" Ucap Gilang penuh drama.

"Kamu mau saya skors?!"

"Ya gak mau atuh Pak, siapa juga yang pengen di skors?" Jawab Gilang lagi.

"Kalau begitu jawab pertanyaan saya, Gilang Atmaja Putra, kenapa kamu sering telatt, hah?!" Omelnya pada Gilang.

"Atmaja? Mungkin sama doang kali ya? Lagian dia juga pakenya ditengah." Batin seseorang yang cukup terkejut ketika nama itu disebut.

"Duh Pak Asep kali ini alasan saya betulan, tadi saya itu—"

"Oh...jadi selama ini kamu bohongin saya?!" Potong Pak Asep.

"Gak gitu Pak! Ya Allah, Dengerin alesan saya dulu dong!" Ucap Gilang yang mulai frustasi sendiri.

"Alasan, alasan, alasaaann lagii! Mau alasan apalagi kamu? Kemarin ban motor meledak, trus nyari anak ayam kamu yang ilang, lalu kucing melahirkan, sekarang apa? Kamu dikejar banci?" Ocehnya tanpa henti.

Gilang tetap memasang wajah tenang dengan terus membela dirinya dengan seribu alasan yang ia miliki.

"Pak serius nih, beneran Pak, ini alesan yang ori, tadi saya itu kejebak macet nah posisinya itu lagi di—"

"Ealaahh bocah gemblung! Gak usah mengada-ada ya kamu, rumah kamu itu searah sama saya, jangan banyak alasan lagi!" Potong Pak Asep lagi.

"Tapi Pak, saya kan lewat itu ee—apa ya namanya, lewat—jalan tikus, ah iya jalan tikus!" Bela Gilang.

"Lah, ya seharusnya lebih cepat dong gimana sih?"

"Ya—gak muat Pak, saya kan gede!" Gilang menyengir tidak jelas.

Perkataan itu membuat seluruh penghuni kelas tertawa keras, ada-ada saja kelakuannya.

"Sudah, sekarang kamu keluar! Saya gak terima lagi apapun alasan yang keluar dari mulut besarmu itu!" Unjuk Pak Asep keluar kelas.

"Mulut besar? Bapak pikir saya gorila apa?" Gilang masih saja membeli dengan segala topik tidak jelasnya.

"KELUAR KAMU SEKARANG!" Perintah Pak Asep yang mulai naik pitam.

A.N.J.A.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang