BAGIAN 14

66 4 8
                                    

HAPPY READING!!

.
.
.

Hati-hati banyak typo bertebaran!!

.
.
.

PRANGG!!

Jendela kamar mereka tiba-tiba saja pecah, suasana mendadak jadi mencekam, membuat kembar lima itu sontak menengok ke arah jendela.

"Ini pertanda apa?" Nathan bertanya dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan. Matanya menatap Jihan dengan dalam.

Jihan meneguk salivanya, berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup sangat kencang. Ia kembali menatap kertas yang masih berada di genggamannya. "2? Die?" Beonya.

Suara derap kaki dari luar kamar berhasil menarik perhatian mereka. Para orang tua dengan wajah panik segera memasuki kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dulu.

"KALIAN GAK PAPA?!" Galang berteriak panik. Saat sedang bermain game online dengan Bintang, ia mendengar suara pecahan yang sangat keras. Tak hanya Galang, mereka pun juga mendengarnya dan langsung bergegas menuju kamar utama agak tidak terjadi sesuatu di sana. Bahkan Tio pun yang berada di halaman belakang ikut menghampiri para keponakannya itu dengan raut khawatir.

"Ada apa ini? Heh, kalian gak papa kan?!" Pekik Tio ikut panik. Kembar lima itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kenapa bisa pecah?" Imbuh Bintang dari arah belakang Galang, membuat pria itu langsung mendekat ke arah jendela yang pecah.

Kosong.

Tidak ada orang di sana. Hanya ada hamparan rumput yang luas dengan sungai kecil di tengah-tengahnya. Galang melirik ke arah serpihan kaca itu dengan tajam. Siapa yang sudah berani bermain-main dengan keluarganya?

"Aku harap bukan dia." Galang menghembuskan nafas seraya merapalkan segala doa dalam hatinya, berharap seluruh keluarganya dapat baik-baik saja.

"Gak tau, Om, paling orang iseng doang tadi." Ardhan menyanggah dengan cepat, memperlihatkan seolah mereka benar-benar tidak tau apa-apa.

"Kakak-kakak ga ada yang luka kan?" Tanya seorang anak laki-laki kecil dengan raut khawatir, yang diketahui itu adalah sepupunya.

Akhtar tersenyum lembut, "Gak ada kok Ariel..." Pria itu mengelus puncak kepala Ariel, saat seperti inilah ia tidak menunjukkan sifat cueknya. Tapi Akhtar adalah orang yang paling cepat mengubah ekspresi wajahnya dan kembali ke mode sebelumnya.

Sepasang derap kaki terdengar mendekati kamar, menampilkan sosok wanita cantik dengan raut wajahnya yang terlihat panik. "Jihann...!! Ya ampun putri Mommy, are u oke, hm?" Tiara menangkup kedua pipi Jihan dengan kedua telapak tangannya.

"I'm oke, Mom..." Angguk Jihan dan langsung berhamburan ke pelukan Mommy nya. Wanita itu sudah pasti membalas pelukannya.

"Mommy mah, masa kak Jihan doang yang ditanya," gerutu Yudha sambil memasang wajah masamnya.

"Kalian semua gak apa-apa kan? Kenapa bisa terjadi begini?" Tiara menatap wajah anaknya satu-persatu, memastikan mereka semua baik-baik saja.

"Aman kok, Mom, cuma tadi ada...problem sedikit," jelas Ardhan sedikit gugup.

"Syukur deh kalo kalian gak apa-apa." Tiara mengelus satu persatu kepala anaknya.

"Minggir, biar gue bersihin dulu." Inisiatif Bintang yang langsung mengambil sapu dan serokan sampah. Mereka semua keluar dari kamar, membiarkan pria itu membersihkan pecahan kacanya terlebih dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A.N.J.A.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang