HAPPY READING!!
.Hati-hati banyak typo bertebaran!!
.
.
.Yudha menelisik seluruh ruangan lantai 2 itu satu persatu, seraya mencari kelasnya, karena hanya Yudha lah yang ditempatkan di jurusan logistik.
Bukan tak pandai seperti saudaranya yang lain, tapi sang ibu sengaja memasukkan anak bungsunya itu ke logistik agar tidak menggoda banyak siswi di sana.
Karena hanya di jurusan logistik inilah jumlah siswi terhitung minoritas dari pada siswa-siswanya. Di jurusan multimedia dan perkantoran kan udah pasti banyak cewe, cakep-cakep lagi!
"Akhirnya gue nemu juga lo logistik!" Unjuknya pada sebuah kelas yang bertuliskan 'Kelas X Logistik 2'.
BRAKK!!
Pintu terbuka dengan keras membuat seorang guru perempuan yang sedang memulai aktivitasnya, yaitu mengajar pelajaran Bahasa Indonesia tergelonjak kaget dan sontak menghentikan perkataannya.
Guru itu menghela nafas seraya mengelus dadanya, melihat tingkah seorang siswa yang secara tiba-tiba masuk ke dalam kelas tanpa salam sedikitpun.
"HELLO EPRI—"
Kegiatan heboh Yudha ketika memasuki kelasnya menjadi terpotong karena sang guru terlebih dahulu memberikan tanda diam dengan mengangkat jari telunjuk kanannya di hadapan Yudha.
"Kamu pasti mau bilang, hello epribadeh nama saya Yudha Dirgantara yang tampannya tak terkira, kan?" Potong guru itu dengan cepat.
"Kok Ibu ta—"
Pertanyaan Yudha lagi-lagi terpotong karena guru itu memberikan tanda stop padanya.
"Kamu pasti mau bilang, kok Ibu bisa tau? Ya bisa dong, Ibu kan punya data siswa-siswi di kelas ini. Apalagi siswa yang tampangnya seperti kamu, Ibu sudah sangat hafal gerak-geriknya."
Yudha menyengir tidak jelas. "Y-yaudah Bu saya mau du—"
"Hshshshs, kamu pasti mau duduk kan? Emangnya Ibu sudah menyuruh kamu untuk duduk? Sudah masuk kelas tanpa salam, sekarang mau langsung duduk tanpa izin?!" Oceh guru perempuan itu pada Yudha.
"Kalo gitu saya min—"
"Stop! Kamu pasti mau minta maaf kan? Baik, saya maafkan karena kamu siswa baru di sini. Dan saya tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi, mengerti Yudha?" Tanyanya.
Yudha mengangguk kikuk, seraya menunggu guru itu memberinya tempat duduk. Ia berharap bisa duduk di dekat seorang siswi dengan rambut yang diikat dua di belakang sana.
"Yasudah sana, duduk di samping Gibran. Gibran tunjuk tangan!" Titah guru itu.
Seorang remaja laki-laki bernama Gibran dengan kulit sawo matang, berbadan ideal, dan bertubuh tinggi itu mengacungkan jari telunjuknya.
Yudha membelalakkan matanya, kok sama dia sih? Padahal Yudha sudah berharap duduk di samping siswi itu.
"Bu—"
"Saya gak terima protes! Cepat duduk di tempat kamu!"
"Yaudah Bu mak—"
"Sttt! Kamu pasti mau bilang makas—"
"MAKASIH YA, BU, SAYA DUDUK SEKARANG!" Potong Yudha cepat. Dirinya selalu ternistakan sang guru yang melihat itu hanya bisa mengelus dadanya seraya menggelengkan kepala.
Yudha berjalan cepat menuju tempat duduk yang disediakan, raut wajahnya terlihat bete. Beberapa kali ia mendumel tentang guru itu di dalam hatinya.
"Dasar gak ada akhlak!" Batin BuTut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.N.J.A.Y
Teen FictionIni bukan tentang ANJAY yang biasa dikatakan oleh orang-orang. Ini kisah tentang kembar lima yang mencoba melindungi keluarganya. Keluarga mereka bisa dikatakan ajaib dan bar-bar. Mulai dari sifat yang sedingin es hingga sifat yang membuat geleng-ge...